#29

13.7K 960 14
                                    

Dua puluh sembilan

Keadaan semakin memburuk. Buat gue ini betul-betul yang dinamakan awkward moment. Dimana kita, 11 orang disini yang tadinya seru-seruan bisa mendadak bisu karena kedatangan tamu istimewa. Bahkan, dua orang cowok yang katanya macho aja gak berani ngomong. Gabriel dan Willy sukses bengong.

8 teman-teman gue serentak melirik ke arah gue, dan telepati diantara kami dimulai.

Prilie: ajak ngomong lah

Nanda: gila cowok seganteng ini mau tinggal di rumah lo?

Mona: cepetan ngomong, begok

Carissa: tolol, cepetan

Gue: apa yang harus gue bilang coba?

Bianca: nih cowo pasti demen sama gue

Gue: yaudah ajak ngomong lah

Bianca: takut ue cuk

Natassha: cepetan gila, jangan sok jaim deh biasanya lo yang paling heboh

Gue: gue lagi mikir apa yang cocok jadi topik para nona centil

Ginny: gimana kalo lo bilang "kenalan yuk!"

Caitlin: ah lama bener

Prilie mempelototi gue dengan sorot tatapan tajam seakan menyuruh gue mengatakan ide gila ini.

"Kalian semua kenapa kok diem?" tanya Reinghard, si cowok yang mau tinggal di rumah gue.

"Ngomong sekarang juga!" bisik suara hati Prilie. Entah darimana datangnya, tapi gue bisa mendengar apa yang diucapkan nya dari tatapannya itu.

"Kita diem, karna-" Nanda melirik Reinghard.

"Karna- karna lo ganteng banget. Iya- iya, Lo ganteng banget," potong gue tiba-tiba. Anjrit! Ngomong apa gue? Bibir seksi gue kadang emang gak tau malu!

Bianca yang matanya keliatan sayu tadi langsung mengerjap mendengar apa yang baru gue katakan. Seketika, mereka semua mengiyakan perkataan gue termasuk 2 cowok LGBT yang merangkap sebagai abang gue, dan teman abang gue.

"Ahahahahaahha," Reinghard tertawa ngakak. Lah, dia ketawa? Emang lucu?

"Kenapa? Lucu?" gue menyerngit heran.

Reinghard berdehem, mengendurkan kerah bajunya yang sedikit terangkat ke atas.

"Gak kok, lucu aja. Kalian diem karna gue- ganteng?"

Nih anak pasti kupingnya udah naik dikatain ganteng sama cewek-cewek macem kita ini. Perkiraan gue selalu benar, lho.
Gue memutar bola mata gue, malas menanggapi kata-kata si cowok asal Bali ini.

"Oh iya, kenalin. Gue Reinghard Samblessed. Gue bakal netap disini entah, kayaknya lebih kurang 2 minggu sampe bokap gue bisa pulang ngurus kepindahannya ke Jakarta." terangnya.

"Sambles? Apasih? Coba ulangi nama lo tadi, Sambles? Samblest? Or kepleset?" tanya Carissa, sungguh tak sopan.

Kita tergelak mendengar akhir kata yang Carissa ucapkan. Kepleset.

"S-a-m-b-l-e-e-s-e-d. Samblessed." kata Reinghard.

"Apasih? Cara bacanya gimana?" Carissa mengotot Reinghard untuk menjekaskan namanya.

Reinghard terlihat menghela nafasnya, "Samblesth. Lo coba ngomong pake huruf 'th' dibelakang pasti bisa kok."

Untuk apasih, Carissa nanya-nanya yang enggak penting? Kita jadi kena kacang goreng.

Bad Boy Do it Better [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang