Reinghard memasuki sebuah gedung tua, markas besar komunitas anak Genalitar. Dulunya, Reinghard tinggal di Jakarta sebelum pindah ke Bali. Ia pindah karena Ayahnya, Riyan tidak tahan karena istrinya meninggal saat itu. Jadi, saat inilah, dia kembali lagi. Berkumpul bersama teman-teman lamanya.
Di sini, di gedung tua ini. Sudah bertahun-tahun tempat sunyi ini dijadikan markas komunitas yang bernama Genalitar itu, anak-anak berandalan yang sering membuat onar dimana-mana. Genalitar mempunyai anggota yang cukup banyak karena dibentuk mulai tahun 2000. Anggotanya berusia beragam, mulai dari umur 12 sampai 20 ada di tempat ini. Tak ayal juga kalau Genalitar ini anggotanya adalah turun menurun dari orangtua mereka dulunya yang merupakan anak Genalitar.
Kembali ke topik.
"Jadi udah merasa kalah?" suara seseorang membuat Reinghard menoleh ke belakang.
"Gue gak merasa kalah dan gak pernah kalah." Jawabnya datar seraya tangan kanannya merogoh saku celananya dan mengeluarkan pemantik. Ia mengambil sebuah rokok dari meja yang tak jauh berada darinya.
"Jadi lo berpikir kekalahan lo di balap kemarin bukan apa-apa, hm?" orang itu mendekat. "Oh, cm'mon man, gue kira lo gila. Lo buat malu anak genalitar!"
Reinghard menyesap rokoknya dalam-dalam lalu mengepulkan asap bewarna putih itu ke udara.
"Lo tau kan, anak Kagawa itu musuh kita, musuh sejak tahun 2000! Apa lo lupa? Dan lo dengan entengnya kalah, dan membiarkan Yezreel menang? Lo pikir itu-"
"Calm down, Jer. Lo buat gue makin suntuk!" tukas Reinghard.
"Terus apa rencana lo selanjutnya?"
"Gue bakal buat Aqueena luluh dengan permintaan maaf gue,"
"Terus?"
"Gue ngerebut dia dari Yezreel."
"Gue harap lo tau lo berhadapan sama siapa." Jeremi membalikkan badannya meninggalkan Reinghard. Senyum Reinghard merekah, dia tau harus melakukan apa.
***
Paginya setelah mobil Gabriel terparkir sempurna, Aqueena lekas keluar dari mobilnya karena ia akan menghadapi suatu masalah kalau tidak sempat mengerjakan PR Fisika yang akan dikumpul pagi ini.
"Gab, luan ya!" teriaknya lalu berlari sekuat tenaga. Gabriel yang memandang adiknya itu menyerngit heran, dan membatin 'pasti si monyet mau nyontek'.
"Woi, Gab!" pekikan seseorang membuat Gabriel sedikit terkejut karena orang itu menepuk bahunya. Gabriel menoleh ke belakang dan mendapati Willy sedang nyengir kuda.
"Anjir, kirain siapa, taunya monyet!"
"Lo udah ada persiapan belom?" tanya Willy menyeimbangkan jalannya dengan Gabriel.
"Persiapan apa?" tanya Gabriel polos.
"Anjir! Jangan bilang elo lupa kalau nanti sore kita Try Out!" kata Willy. Wajah Gabriel terlihat panik dan membuat tawa Willy meledak. "Nah kan, lupa lo, hayo lo!"
"Serius?!"
"Becanda hehe. Sadar dong udah kelas 3 kita, man. Bentar lagi lulus."
"Oh iya," Gabriel mulai setengah sadar, "Nanti gue beli aja."
"Lo udah mikirin pasangan prom night lo nanti sama siapa?" tanya Willy.
"Belom lah, masih lama juga." Ucap Gabriel tak perduli.
"Yakin nih? Yaudah, Selena buat gue ya!" Willy berhenti tepat di hadapan Gabriel. Gabriel membelalak membuat tubuhnya ingin memaki cowok itu sekarang. Namun Willy tahu Gabriel akan mulai memakinya dan dia langsung lari menjauh dari Gabriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Do it Better [completed]
Teen FictionSiapa sih yang tidak mengenal Aqueena Reicheneder? Ingat namanya baik-baik. Gadis cantik penyuka segala hal tentang Bad Boy yang punya hobby nge-stalk mantan, cuci mata lihat cowok ganteng, menjadi troublemaker di sekolahnya dan satu lagi, tidur! Ke...