#39

14K 916 27
                                    

Lelaki itu baru sampai di sekolahnya. Dibalut sepatu Vans bewarna merah, ia memasuki gedung sekolahnya, berjalan melewati koridor yang ramai. Yezreel memiliki wangi yang khas, parfumnya tidak sama dengan teman-temannya. Karena wanginya yang begitu khas, tanpa perlu tahu siapa yang datang, cukup dengan mencium wanginya, anak-anak di sekolahnya bisa mengetahui kalau dia datang. Lelaki bermata hijau itu berjalan gontai, sangat malas.

Rambut spikenya tak henti jadi korban kemalasannya, karena diacaknya terus menerus. Seolah-olah berpenampilan rapi bukanlah dirinya. Tapi, siapapun yang melihatnya memang bisa mengira demikian. Coba saja lihat gaya berpakaiannya. Vans merah, celana sekolah bewarna abu rokok yang tidak kebesaran dan tidak kekecilan, kemeja putih SMA yang di keluarkan dari dalam celananya, mengenakan varsity bewarna merah yang senada dengan sepatunya, tindik hitam di telinga kiri, rambut berantakan. Dia terlihat awut-awutan­, kan?

Tetapi, siapa pula yang mau berurusan dengan anak nakal sepertinya? Seluruh sekolahpun tahu siapa dia. Anak bandel yang sulit diatur. Terkadang membuat onar, dan terkadang mengerjai temannya. Atau, jika sedang bandel, mulutnya yang bertindak, mengejek dengan menyindir anak-anak yang dirasanya memiliki sesuatu untuk dibully. Oh, tentu saja ada yang mau berurusan dengan anak seperti dia. Siapa lagi kalau bukan guru-guru dan kepala sekolah? Dan, yang lainnya –yang mau berurusan dengan dia− hanyalah sisa dari teman-teman sepermainannya

Banyak anak mengetahui mereka, terlebih lelaki yang awut-awutan ini. Tapi mereka enggan berurusan. Salah-salah, mereka justru bisa jadi korban bullynya. Jadi, mereka lebih baik tidak ikut campur sama sekali. Dan, ya. Itu juga alasan yang membuat mereka malas berkomentar mengenai penampilan lelaki ini.

Yezreel membuka lokernya, dan setumpuk sampah langsung keluar jauh berhamburan. Tapi ia terlihat tidak peduli. Dia menata lokernya, mengeluarkan, menjatuhkan sampahnya ke lantai begitu saja. Ada bungkus kulit permen dan juga remasan kertas berhamburan di dekat kakinya. Ia hanya mengambil satu buku Kimia untuk kelasnya pagi ini, lalu menutup lokernya dan menguncinya.

"Kak Yezreel." Seseorang mencicit padanya. Nyalinya keburu ciut menghampiri Yezreel yang baru mengambil satu buku Kimia tersebut. Seorang itu terlihat gemetar, jelas merasa takut.

"Hm." Yezreel membalas dengan galak. Rahangnya mengeras. Rasa kesalnya masih bertahan dalam dirinya. Dan mendapati seseorang menghampirinya, ia semakin kesal saja. Sesaat, Yezreel mengamati karena seorang itu tak kunjung menjawabnya. Ternyata seorang itu juniornya, karena dia baru sekali ini melihat orang ini. "Woi!" Bola matanya berputar malas.

Seorang itu merutuk dalam hatinya. Merasa sial karena harus berurusan dengan seniornya yang nakal ini. Kepalanya senantiasa menunduk, tidak berani menatap mata emas yang berkilat kesal itu. "M-maaf. Kakak dipanggil, Frater Silvester."

"Dasar." Yezreel mendengus pada juniornya, lalu berjalan meninggalkannya yang masih terpaku di tempatnya itu. Lelaki itu membenarkan ransel di bahunya, dan berjalan kian gontai menuju ruang Frater Silvester, kepala sekolahnya. Rasa-rasanya dia sudah bisa menebak untuk apa dirinya dipanggil masuk. Dan itu makin membuatny malas pagi ini. Tapi, kakinya tetap melangkah menelusuri koridor yang belum lengang, karena bel belum berbunyi.

Kini Yezreel sudah berdiri di depan sebuah pintu kayu yang bagian tengahnya diberi lapisan kaca, dan tetutupi tirai yang biasa digunakan di kantor-kantor. Di atas pintu itu, sebuah papan bertag Headmaster tergantung lurus. Yezreel menghembuskan nafasnya keras, dan sebelum ia masuk sekali lagi ia mengacak rambut spikenya. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung membuka pintunya, masuk, dan langsung duduk malas, agak melorot di kursinya. Sebuah meja kerja menjadi pembatas jarak kedekatannya dengan kepala sekolahnya yang sama sekali sudah tidak terkejut dengan kelakuannya. Toh, dia sudah sering masuk kemari.

Bad Boy Do it Better [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang