#42

11.9K 863 33
                                    

Cahaya terik matahari di siang bolong cukup membuat semua orang ingin pulang ke rumah. Termasuk Aqueena dan Gabriel tentunya. Mereka tengah menyusuri koridor sekolah menuju parkiran. Untungnya hari ini Gabriel ingin pulang ke rumah langsung. Biasanya, setiap pulang sekolah dia harus mengabsen dulu ke markas.

Untung Gabriel sudah sedikit sadar mengingat dia sudah kelas 12 sekarang. Siapa sih anak kelas 12 yang belum tobat di pertengahan februari? Lihat, mereka anak kelas 12 tinggal berjuang 2 bulan lagi. Tidak terasa memang. Biasanya anak SMA menyebut, kelas 10 adalah masa dimana semua anak kelas 10 diam-diam makan dalam. Di kelas 11 adalah waktu yang tepat buat senang-senang. Anak kelas 11 punya motto; "You only life once. Break the rules. Forget your problems. Enjoy your teenlife!" Jadi gak salah kalau anak kelas 11 otaknya sedikit miring semua.

Dan terakhir adalah masa pertobatan. Ya apa lagi kalau bukan kelas 12. Di kelas 12 ini, semua para siswa kelas 12 bertobat, merenung, dan sebagainya. Contohnya ya Gabriel. Dulunya seorang bandit sekolah, kini berubah menjadi malaikat (pencabut nyawa).

Kembali ke topik.

Jadi, intinya Gabriel sedang melakukan proses pertobatan.

"Gab, tau gak-"

"Gak tau." Balas Gabriel langsung menyela Aqueena yang hendak berbicara.

"I'm not done speaking yet!" Aqueena memukul lengan Gabriel geram. Siapa sih yang tidak sebal kalau memotong pembicaraan?

"You're never done speaking." Gabriel menjawab datar.

"Pantes kak Selena ilfeel liat lo! Because you're a disgustingly positive son of a bitch-" Aqueena mengedikkan dagunya memandang Gabriel geram, "ehhh... sakit tai!" ringisnya karena Gabriel langsung menyentil telinga Aqueena.

"Gue bilangin mama lo ya!"

Aqueena manyun. Dia mengerucutkan bibirnya dengan kedua tangan dilipat. Gabriel duduk di jok motornya, lalu mulai menyalakan mesin kendaraan.

Dari kejauhan, tampaknya Aqueena dan Gabriel layaknya sepasang kekasih yang sedang ngambekan. Murid-murid di sekolahan kadang iri kalau sudah melihat adik-abang itu bersatu. Para siswa cewek ingin seperti Aqueena yang mempunyai kakak laki-laki layaknya Gabriel. Dan para siswa cowok ingin seperti Gabriel yang setiap hari bisa dekat dengan Aqueena. Tapi, beginilah kenyataannya. Siapa yang hendak merubah?

"Jadi tadi lo mau bilang apa?" tanya Gabriel.

"Gak jadi. Lo nyebelin." Aqueena naik ke jok belakang motor Gabriel. Gabriel memukul kaki adiknya itu pelan.

"Lo lain kali kalo duduk di motor bawa jaketlah atau apa gitu. Paha kecil kayak anak tk kurang gizi gitu aja dipamerin," ucap Gabriel dongkol sendiri.

TUK!

Aqueena menjitak kepala Gabriel. "Eh enak aja lo bilang paha gue kecil kayak anak kurang gizi! Gue seksi tau!" gerutunya dengan sebal. Gabriel melepas jaket varsity merahnya dan memberinya pada Aqueena.

"Pake nyet," ujarnya. Aqueena meraih jaket itu lalu diletakkannya di atas roknya agar paha nya tidak kelihatan. "Makasih jing," balas Aqueena.

"Pulang cepet! Gue mau semedi di kamar." Lanjut Aqueena.

"Ngapai lo semedi? Hahaha," tanya Gabriel diselingi tawa.

"Udah cepet jalan!!"

Motor Gabriel keluar dari parkiran sekolah. Ketika ingin keluar dari gerbang, Willy yang duduk di jok motor menghentikannya. Willy dan teman-temannya yang lain duduk berkumpul di bangku motor mereka masing-masing tepat di depan gerbang sekolah. Anak kagawa memang suka menguasai tempat-tempat. Gak salah kalau mereka sesuka hati berkumpul dimana-mana. Biasanya karena nge-gap seperti ini, anak-anak sekolahan khususnya cewek, akan takut jika melewati gerbang kalau anak kagawa berkumpul di depan. Takut jika nanti anak kagawa akan mengganggu mereka. Padahal enggak. Buat apa anak kagawa mengganggu kalau mereka tidak ingin mengganggu? Anak-anak cewek sekolah St. Joseph emang sering kepedean untuk diganggu.

Bad Boy Do it Better [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang