01 • Introducing You

53.2K 2.2K 1.5K
                                    

JIKA seseorang yang duduk sendiri di meja tengah kantin adalah salah satu murid antisosial, mungkin hal tersebut bukan sesuatu yang aneh. Namun beda cerita jika murid itu adalah seorang Bintang Cassiopeia Ruby. Sebutkan namanya, maka hampir satu sekolah pasti tahu. Cari masalah dengannya, dijamin tak ada lagi hari esok bagi siapapun yang berani melakukannya.

Terkesan berlebihan? Sayangnya, memang begitu realitanya. 

Bintang dengan jiwa menyenangkan dan mudah bergaulnya mampu menarik banyak teman, bahkan seorang kutu buku sekolah sekalipun. Jadi, masih bertanya mengapa sendirinya seorang Bintang di tengah kantin adalah suatu kejanggalan?

Entah sudah berapa kali decakan kesal keluar dari bibir cewek itu. Kembali ia tolehkan kepala ke kanan dan kiri, berharap teman-temannya segera datang. Keisha, teman sebangkunya dipanggil guru untuk entah apa Keisha sendiri pun tak tahu. Rara tidak ada kabar. 

Sementara Bintang tak dapat memastikan apakah kelima cowok menyebalkan itu masih di sekolah atau sudah memanjat pagar dan bolos seenaknya.

"Bintang!"

Teriakan diikuti tepukan keras di bahu sukses membuat sang pemilik nama tersedak. Terbatuk-batuk, Bintang segera meraih minuman apa pun dan meneguknya dengan cepat. Setelah merasa batuknya mulai reda, cewek itu menoleh ke arah sumber suara. Mulutnya telah terbuka siap melampiaskan emosi sebelum terpotong oleh ucapan seseorang itu.

"Lo makan gak ada anggun-anggunnya, deh. Heran gue," ledek Gian tanpa merasa bersalah. Cowo itu meringis ketika melihat sedikit tumpahan kuah bakso di baju seragam Bintang.

Bintang melotot tidak percaya. "Ini gara-gara lo!"

Mendengar itu, alih-alih meminta maaf, tawa Gian meledak membuat yang ditertawai cemberut karena kesal.

"Gila lo, Yan. Anak orang hampir mati keselek itu," sahut Keisha yang datang bersamaan dengan Gian. Ia mengambil tempat duduk tepat di hadapan Bintang.

Gian terkekeh pelan. "Gue ikhlas lahir batin kalo Bintang ngeduluin gue."

Mendengar itu, Bintang pun melempar makaroni ke arah Gian hingga cowok itu mengaduh kesakitan. Senyum kemenangan pun terbit di bibir Bintang ketika permohonan maaf terucap dari bibir Gian.

"Eh, bro!"

"Minggir lo, biawak!"

"Assalammu 'alaikum."

Sesuai perkiraan, ketiga cowok itu datang dengan cara yang jauh dari kata sopan. Tipikal pentolan-pentolan sekolah, Bintang telah terbiasa dengan tabiat ketiganya yang selalu menghadirkan kerusuhan di mana pun kapan pun. Pengecualian untuk yang terakhir. Siapa lagi yang mengucapkan salam dengan begitu sopannya selain Ale?

"Wa'alaikumsalam," jawab Bintang, Keisha dan Gian bersamaan.

Alis Raden bertaut. "Ale doang yang dibales. Gue nggak nih, Bro?"

"Lo ngomong 'eh, Bro' mau dibales apaan? Eh, Sis?" celetuk Rangga yang mengundang gelak tawa teman-temannya.

"Dikata mbak-mbak olshop kali," timpal Gian.

Rangga terkekeh pelan. "Itu kan lo."

Gian terdiam. Ia  menarik paksa bungkus keripik milik Keisha sebelum melempar satu biji ke arah Rangga. Refleks, Rangga menutup mata sambil bergeser guna menghindar. Ia menoleh ke arah Gian sebelum melempar tatapan tajam.

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang