28 • Rooftop

11.5K 793 215
                                    

But if he breaks your heart like lovers do
Just know that I'll be waiting here for you

EXILE

BINTANG menggoyangkan kakinya. Memang sedikit menyeramkan duduk di pembatas rooftop dengan kaki melayang tak bertapak. Namun pemandangan kota Jakarta yang sangat mengagumkan di malam hari tentu sulit untuk ditolak.

Semilir angin menerpa pelan wajah Bintang. Mungkin setelah ini, ia harus berterima kasih kepada angin malam yang dengan baik hatinya menghapus air mata yang mengalir deras melalui pipinya.

Lagu yang Bintang putar melalui ponsel dengan suara paling keras menjadi semacam musik pengiring di kala kesedihannya. Jangan berpikir lagu galau menye-menye yang Bintang putar karena ia tak 'kan kuat mendengar bait demi bait yang akan sangat menohok hatinya.

"Adem banget ya di sini?"

Bukan.

Itu bukan suara Bintang. Menautkan alis, Bintang pun menoleh ke belakang di mana sumber suara tersebut berasal. Ia menyipitkan mata mengingat cahaya remang yang tidak mendukung penglihatannya.

Bintang memindahkan kakinya ke bagian dalam rooftop, tidak lagi melayang di atas jalanan kota. Dugaannya akan siapa seseorang tersebut menguat seiring suara langkah yang semakin besar.

Sosok itu berhenti tepat di hadapannya.

"Langit?" Bintang mengernyit. "Ngapain di sini?"

"Harusnya gue yang tanya. Ngapain lo sendirian di rooftop rumah sakit jam sebelas belas malem? Apalagi duduk di pinggirannya kayak gitu. Kalo jatuh, lo bisa mati dalam waktu kurang dari sepuluh detik."

Bintang terdiam sejenak. Meredakan keterkejutannya, ia pun terkekeh pelan.

"Cuma nyari ketenangan aja."

Langit berdecak. "Nyari ketenangan your-ass."

Bintang menautkan alisnya. "Ih, serius. Masa gue gak boleh me-time sih?"

"Boleh kalo lo gak menghilang tanpa kabar."

"Namanya juga me-time. Masa ngasih tau orang lain. Nanti kalo disamperin namanya bukan me-time lagi dong," ucap Bintang dengan nada kesal.

Tak mau memperpanjang perdebatan—yang Langit yakin tak akan selesai sebelum ia mengalah—Langit pun menghela napas.

"Ngapain di sini?" ulang Langit.

"By the way, lo tau dari mana gue ada di sini?" tanya Bintang mengalihkan topik pembicaraan.

"Lo ngapain di sini, Bintang?"

"Kayaknya gue gak ngasih tau lo kalo gue di sini. Kok keren sih, bisa tau dengan sendirinya."

"Bin."

"Jangan-jangan diem-diem lo ngikutin gue. Dasar fans." Bintang tertawa pelan.

"Bintang!" tegur Langit dengan nada meninggi.

Bintang terdiam. 

Cewe itu menunduk sembari memainkan jarinya. Sebisa mungkin menahan air mata yang dengan menyebalkannya kembali memaksa keluar.

Sesuatu yang dingin menyentuh tangannya membuat Bintang sedikit terkejut. Melihat tangan yang menggenggam erat tangannya, Bintang pun mendongak menatap cowo di hadapannya.

Lagi-lagi tatapan teduh itu menyambutnya. Memaksa Bintang untuk tenggelam dalam satu-satunya hal yang menjadi kelemahannya sejak lama.

Tatapan mata seorang Altair Langit Alderado.

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang