20 • Hesitation

10.6K 694 424
                                    

AROMA khas pascahujan menelusuk indra penciuman Bintang selama perjalanan menuju supermarket. Belakangan ini, bundanya jadi sering meminta tolong untuk membeli berbagai macam hal padanya.

Biasanya Bintang akan mengendarai motor untuk mencapai tempat-tempat yang dirasa lumayan jauh. Namun karena suasana setelah hujan yang sejuk, Bintang pun memutuskan untuk berjalan kaki saja.

Di tengah perjalanan, kilas balik satu minggu yang lalu kembali menghampiri pikirannya. Tentu saja Bintang masih ingat dengan jelas bagaimana terpuruknya ia saat itu.

Satu minggu yang lalu.

Bintang meraih tas sebelum memakai sepatu ketsnya. Ia pun berdiri dan siap untuk menjenguk Samudra di rumah sakit. Tepat setelah ia membuka pintu untuk keluar dari rumah, seseorang menerjangnya tanpa aba-aba membuat Bintang sedikit terdorong ke belakang.

"Bintang! Kamu gak apa-apa?"

Pertanyaan dengan nada khawatir serta suara yang sangat familier membuat Bintang melepas pelukan tersebut agar dapat melihat seseorang di hadapannya.

"Bunda!" seru Bintang dengan girang sebelum kembali memeluk bundanya.

"Bunda khawatir banget sama kamu, Bin."

"Bunda gak usah khawatir. Bintang gak apa-apa, kok."

"Kamu serius baik-baik aja, kan?" tanya Bulan sekali lagi.

Ketika merasakan anggukan mantap diikuti jawaban yang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, Bulan pun melepas pelukannya dengan anaknya.

"Bintang adek gue yang jago banget bikin khawatir!"

Seruan seseorang sukses membuat Bintang menoleh ke arah sumber suara. Mendapati cengiran khas Biru, Bintang pun berlari dan memeluk kakaknya.

"Lo gak apa-apa kan, Cil?" tanya Biru seraya mengusap-usap punggung Bintang.

Mendengar panggilan 'Cil' yang merupakan kependekan dari kata 'kecil', Bintang pun melepas pelukan tersebut seraya memanyunkan bibirnya.

"Gue udah tujuh belas tahun, Bang. Udah bukan anak kecil lagi."

"Adik kecil gue masih aja ngambekan ya. Gimana gak gue panggil 'Cil' coba?" ledek Biru sambil terkekeh pelan.

Tak lama setelahnya, sosok yang sejak tadi tak Bintang lihat pun muncul di hadapannya. Pria itu berdiri tegap lengkap dengan tatapan lurus ke arah depan.

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang