02 • Fainted

25.2K 1.4K 470
                                    

PANGGILAN dan tepukan di bahu membuat Bintang terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Fisika di pagi hari memang mengandung obat tidur. Ditambah rasa pusing dan tidak enak badan yang melandanya sejak berangkat sekolah.

Sebenarnya, kedua orangtua Bintang sudah memerintahkannya untuk tidak masuk sekolah hari ini mengingat demam yang belum turun sejak kemarin, namun Bintang tetaplah Bintang yang keras kepala, memaksakan dirinya untuk tetap masuk sekolah dengan alasan akan bosan jika di rumah dan tentu saja ingin bertemu dengan teman-teman.

Dengan malas, Bintang mendongak dan berdecak kesal. "Apaan?"

"Itu, si Rangga," sahut Keisha sambil menunjuk ke arah jendela.

Bintang pun mengikuti arah jari telunjuk Keisha dan menemukan Rangga yang sedang melambaikan tangan ke arahnya dari luar jendela kelas.

Mulutnya komat-kamit seperti ingin memberitahu sesuatu. Bintang yang tidak menangkap maksud Rangga pun mengernyit.

"Hah? Apaan?" tanya Bintang tanpa suara.

Sekali lagi, Rangga menunjuk ke kanan sambil menggerakkan mulut membentuk kata 'Kantin Mang Ucup' tanpa suara.

"Oh, sip sip," balas Bintang sambil mengacungkan jempol.

Sekilas ia melirik cowo yang berada di samping Rangga. Bintang kembali mengernyitkan keningnya.

"Apa?" tanya Bintang tanpa suara.

Cowo itu tidak membalas. Ia hanya mengedikkan bahu dengan cuek sebelum melenggang pergi bersama Rangga dan tiga cowo lainnya.

"Gak jelas," komentar Bintang sebelum kembali melanjutkan aktivitas di alam mimpinya yang sempat terganggu.

Namun belum sampai tiga detik, teriakan dari luar kelas membuat Bintang kembali mengangkat kepala dengan mata melotot kaget.

"Bintang Cassiopeia Ruby absen 5 tidur lagi, Bu!"

Bu Hena yang sedang menulis materi fisika di papan tulis pun menghentikan aktivitasnya. Ia mencari sang pemilik nama yang memang langganan tidur di jam mengajarnya. Tatapannya menajam ketika menemukan Bintang yang tengah menyengir lebar.

"Kamu lagi-kamu lagi. Tidak ada kapoknya, ya. Keluar sekarang dari kelas saya!" perintah Bu Hena dengan satu tangan berkacak pinggang sedangkan tangan yang lain menunjuk pintu kelas.

"Tapi, Bu—"

"Tidak ada tapi-tapian. Keluar sekarang!"

Bintang menghela napas pasrah sebelum berjalan keluar kelas. Ia menghentak-hentakkan kaki dengan kesal, bersiap mencari sumber suara menyebalkan yang menyebabkan dirinya diusir dari dalam kelas.

Siapa lagi kalau bukan Altair Langit Alderado?

•••

Ketika murid-murid lain memanfaatkan jam pelajaran untuk belajar dan waktu istirahat untuk makan atau sekadar mengobrol dengan teman-teman, hal itu tidak berlaku bagi kelima cowo yang dengan santainya menduduki meja kantin ketika jam masih menunjukkan pukul sebelas siang.

Beruntungnya, rentang waktu antara istirahat pertama dan ishoma di hari Senin merupakan jam pelajaran membosankan bagi kelimanya.

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang