"Asik asik, jos!"
"Goyang terus, pantang putus!"
"Boleh ibu-ibu, bapak-bapak, sawerannya."
Gelak tawa yang berbalapan dengan suara mesin bus serta gesekan roda dengan aspal jalan tol terdengar. Bintang pun tidak ketinggalan, air matanya bahkan keluar saking terlalu bersemangatnya tertawa. Habis, adik-adik kelasnya itu sangat lucu membuat dirinya tak kuasa menahan tawa.
Ketika tawa tersebut mulai meredam, Bintang mengalihkan pandangannya ke kiri. Lebih tepatnya ke arah jendela bus dengan pemandangan pepohonan yang tentu saja lebih enak dipandang dibandingkan dengan cowo di sebelah kanannya.
Dipasangkan sebagai mentor kelompok dalam acara Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa atau LDKS memang mengharuskan Bintang untuk duduk di sebelah Samudra selama perjalanan menuju villa.
"Gimana kalo kita panggil mentor-mentor kelompok untuk maju terlebih dahulu?" Suara host membuat Bintang sadar dari lamunannya.
"Boleh banget, tuh. Di bus ini kan ada tiga kelompok, mentor kelompok berapa dulu nih yang maju?"
Sontak, seruan-seruan menunjuk baik berasal dari mentor maupun anggota kelompok pun terdengar. Mentor kelompok satu menunjuk mentor kelompok dua atau tiga. Begitupun sebaliknya. Tidak ada yang sukarela mengajukan dirinya sendiri.
"Sudah-sudah. Karena tidak ada yang menawarkan diri, gimana kalo kita mulai dari mentor kelompok satu?"
Kelompok dua dan tiga tentu saja berseru setuju dengan sangat keras, berusaha membalap seruan kelompok satu yang menolak hal tersebut. Bintang yang tidak mengetahui apa-apa hanya bisa melotot kaget.
"Gimana nih, Samudra dan Bintang, bersedia untuk maju terlebih dahulu?" tanya sang host yang merupakan teman seangkatan keduanya.
Bintang terdiam di tempat. Ia menoleh ke arah Samudra yang kini tengah mengangkat alis meminta jawaban. Merasa tidak mendapat jawaban, Samudra yang tidak sabar pun segera berdiri dan menarik tangan Bintang untuk maju ke depan. Bintang memekik kaget.
"Jadi nama permainan ini adalah you're expensive, girl. Aturan mainnya adalah si cowo harus melemparkan gombalan ke si cewe, sedangkan si cewe harus menolak setegas mungkin. Nanti mentor kelompok dua dan tiga juga akan melakukan hal yang sama. Siapa yang percakapannya paling nyambung atau malah skakmat, mereka yang menang."
"Baiklah, kita mulai ya," ucap sang host kemudian menatap keduanya. "Bintang dan Samudra siap?"
Bintang masih terdiam sehingga Samudra berinisiatif untuk mengangguk.
"Mulai!"
Samudra memutar tubuhnya menghadap Bintang dan menatap cewe itu lamat-lamat.
"Good morning, Star," sapa Samudra mengawali.
Seruan-seruan dari adik kelasnya lantas terdengar. Bintang berusaha bersikap tak acuh membuat sudut bibir Samudra terangkat.
"Lo tau gak bedanya lo sama rumus fisika sialannya ton-baru?" tanya Samudra memulai serangan pertamanya.
"Ton-baru apaan, deh?" tanya Bintang salah fokus.
Satu bus tertawa mendengar pertanyaan Bintang. Samudra pun meringis sebelum menyikut lengan cewe di sampingnya. "Jawab 'enggak, emang apa?' cepetan."
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Teen Fiction#3 in teenfiction (21/06/19) Menghabiskan hampir lima belas tahun dengan perempuan yang sama lagi dan lagi? Bagi Altair Langit Alderado, melihat kehebohan Bintang bukan sesuatu yang mengejutkan. Memergoki kecerobohan Bintang pun tak mempan membuat...