07 • God's Perfect Creature

17.8K 1.3K 643
                                    

HELAAN napas terdengar. Kembali ia tolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, berharap sosok yang ia cari segera datang menghampiri. Namun sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepadanya. Sejurus mata memandang, hanya ada beberapa motor yang masih terparkir.

Bintang kembali mengecek jam tangannya. Ia meraih ponsel dan menekan nomor yang entah sudah berapa kali ia hubungi. Alih-alih suara cowo itu, yang Bintang dapati hanyalah suara operator yang mengatakan bahwa nomor tersebut tidak dapat dihubungi.

Bintang berdecak kesal.

Kurang dari setengah menit kemudian, seakan keluhannya terdengar, ponsel Bintang berdering membuat cewe itu mengeceknya dengan cepat.

Langit pagi siang sore malam is calling...

Bintang mendengus kesal sebelum mendekatkan ponselnya ke telinga.

"KEMANA AJA—"

"Gue basket. Lo pulang sendiri aja. Sorry."

Dan panggilan terputus.

Bintang melongo, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Rapat selesai pukul setengah lima sore sedangkan waktu telah menunjukkan pukul enam sore. Maka jika dihitung-hitung, cewe itu telah bertahan selama lebih dari satu jam dan waktu selama itu ia habiskan untuk menunggu sesuatu yang sia-sia?

Bintang menggeram kesal.

"Bintang?"

Panggilan tersebut membuat yang dipanggil refleks mendongakkan kepala. Bintang mengerutkan keningnya bingung.

"Siapa, ya?"

Seseorang itu membuka kaca helmnya membuat Bintang terkejut ketika mengenali wajah tersebut.

"Samudra?"

"Kok belum pulang?" tanya cowo itu.

Bintang menghela napas kemudian menggeleng. "Gak jadi dijemput."

"Emang tadinya mau dijemput siapa?"

"Siapa lagi."

Samudra mengerutkan kening. "Langit?"

Bintang mengangguk.

"Tadi gue liat dia basket."

Bintang mendengus. "Iya dan dia baru bilang sekarang."

Samudra tersenyum simpul. "Ya udah bareng aja."

"Bareng?"

Samudra mengangguk sebelum menunjuk jok belakang motornya. "Tuh, belakang kosong."

Bintang menggeleng. "Gak usah. Gue bisa sendiri, kok."

"Kok."

"Hah?"

"Kata kok cuma diperuntukkan bagi orang yang berbohong," jelas Samudra.

Bintang mengerutkan keningnya. "Terus lo nuduh gue bohong?"

"Mungkin?" Samudra melepas helmnya. "Emang lo mau pulang naik apa sesore ini? Yakin bakal selamat seratus persen?"

Bintang berpikir sejenak.

"Lagian rumah kita searah."

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang