AROMA khas rumah sakit menyambut indra penciuman Rangga sesaat setelah ia memasuki gedung bernuansa putih dan biru ini. Langkah kaki yang heboh tanda seseorang tengah berlari terdengar menggema di seluruh koridor rumah sakit.
Rangga memasuki ruangan yang ia tuju. Setelah lebih dari dua jam menemani ibunya di ruang rawat dan menyempatkan mengurus administrasi, Rangga pamit karena sang bapak telah datang.
Kegiatan tukar shift seperti ini telah ia lakukan setahun terakhir semenjak ibunya divonis penyakit pneumonia.
Rangga menyusuri koridor rumah sakit dengan santai. Hingga munculnya seseorang dari salah satu ruang rawat menghentikan langkahnya. Jarak yang tak terlalu jauh memudahkan Rangga untuk mengenali sosok tersebut.
Samudra? batin Rangga heran.
Terdorong oleh rasa penasaran, Rangga pun mendekati ruang rawat tersebut setelah memastikan bahwa Samudra telah benar-benar pergi.
Sosok perempuan yang tengah terbaring dengan berbagai peralatan medis yang terpasang di tubuhnya merupakan hal pertama yang Rangga tangkap sesaat setelah ia membuka pintu ruang rawat.
Mata terpejam, bibir pucat dan perban di kepala bukanlah pertanda bahwa perempuan itu sedang baik-baik saja. Jika boleh berasumsi, sepertinya perempuan itu baru saja mengalami kecelakaan parah.
Namun bukan itu yang menjadi fokusnya saat ini. Satu pertanyaan yang muncul di benaknya membuat keningnya otomatis mengernyit.
Siapa cewe ini dan apa hubungannya dengan Samudra?
Suara ketukan pintu yang datang secara tiba-tiba, mengejutkan Rangga. Dengan cepat, ia bergegas menuju toilet yang berada di dalam ruang rawat tersebut.
"Tada! Lihat apa yang aku bawa."
Suara Samudra terdengar diikuti suara plastik meskipun samar-samar.
"Batagor Mang Asep, makanan kesukaan kamu. Kamu mau? Tapi ada syaratnya, kamu harus bangun dulu. Dikata aku gak kangen apa? Ini udah seminggu sejak kecelakaan itu. Kamu sengaja nyiksa aku, ya?"
Ada jeda sebentar sebelum suara Samudra kembali mendominasi ruangan bernuansa putih ini.
"Aku mau kamu bangun. Makan batagor Mang Asep atau pecel ayam depan sekolah kamu. Ngobrolin hal-hal gak penting sama kamu. Aku mau kita berdua lagi kayak dulu."
Samar-samar, Rangga dapat mendengar helaan napas berat.
"Kamu inget gak pas awal-awal kita pacaran? Kamu masih malu-malu kucing gitu. Kalo aku godain dikit, pipi kamu langsung merah. Mau gandengan tangan juga masih malu-malu."
Spontan, Rangga menautkan alisnya. Keterkejutannya berubah menjadi rasa penasaran yang semakin menjadi-jadi.
Awal-awal pacaran? batin Rangga.
Tawa terpaksa terdengar. "Lucu ketika aku sayang banget sama kamu tapi takdir seakan sengaja memisahkan kita berdua."
Rangga refleks berdecih mendengar ucapan cringy yang keluar dari mulut Samudra.
"Cepet bangun ya."
Setelahnya, Rangga dapat mendengar suara kecupan meskipun samar-samar. Ia berasumsi mungkin Samudra tengah mencium punggung tangan siapapun cewe itu.
Decihan lagi-lagi keluar membayangkan betapa cringe-nya kejadian oh-so-romantic tersebut.
"Aku sayang kamu, Pelangi."
•••
Panikkah kalian jika waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam sedangkan deadline tugas adalah pukul delapan malam?
Jika iya, maka kalian tak sendiri. Suara grasak-grusuk yang memenuhi kamar Bintang menjadi bukti kepanikan cewe itu saat ini. Pasalnya, laporan praktikum biologinya ia simpan di dalam flashdisk. Sedangkan sejak tadi sore, flashdisk tersebut tak kunjung ia temukan.
Bintang membongkar semua tas sekolah yang ia punya. Ia juga mengecek satu per satu barang-barang di tempat pensilnya yang penuh akan pulpen berbagai warna. Tak hanya itu, Bintang juga menggeledah meja belajar, tempat tidur dan seluruh barang-barang di kamarnya.
Namun hasilnya tetap sama. Nihil. Bintang tak kunjung menemukannya tersebut. Refleks, ia mendecak kesal.
"Dimana sih flashdisk-nya?"
Tidak mungkin ia mengulang laporan praktikum yang berlembar-lembar itu, bukan? Selain waktu yang tidak mencukupi, tentu saja Bintang tidak serajin itu untuk mengulang tugas hingga dua kali.
Seakan muncul bohlam di atas kepala, Bintang menepuk dahi saat akhirnya mengingat ke mana hilangnya flashdisk tersebut.
"Oh iya, kan dipinjem Samudra buat laporan pensi."
Bintang buru-buru meraih ponselnya. Ia berhenti sejenak ketika menyadari bahwa hubungannya sedang tidak baik-baik saja. Namun mengingat betapa daruratnya keadaan, Bintang pun terpaksa menelepon.
Dering pertama tidak diangkat. Begitu seterusnya hingga dering selanjutnya. Berdecak kesal, Bintang pun mengetikkan pesan.
Bintang
Sam, urgent. Flashdisk aku ada di kamu. Aku butuh itu sekarang.Bintang
Sam?Bintang
Aku udah cukup sabar pas tau kamu menghilang bahkan sampe seminggu. Kamu gak masuk sekolah, gak ada kabar, dikontak pun gak bisa.Bintang
Kalo kamu sibuk dan gak bisa anter, aku bisa ke rumah kamu.Suara kaki yang beradu dengan lantai seakan menjadi pengisi Bintang di kala menunggu balasan chat dari Samudra. Tak kunjung juga mendapat balasan, ia segera meraih jaket dan kunci mobilnya.
Bintang
Aku ke rumah kamu sekarang.•••
Bintang memarkirkan mobilnya, namun tidak benar-benar di depan rumah Samudra. Dari jarak yang tak terlalu jauh, Bintang dapat menangkap sosok Samudra yang tampak keluar rumah dalam keadaan rapi.
Samudra yang terlihat tergesa-gesa lengkap dengan ponsel yang didekatkan pada telinga berhasil menciptakan kernyitan pada dahi Bintang.
Samar-samar, Bintang dapat mendengar suara cowo itu.
"Serius, Sus?"
"...."
"Dia sudah sadar?"
"...."
"Baik, Suster. Saya ke sana sekarang."
Samudra menurunkan ponselnya. Sesaat setelahnya, suara tanda pintu mobil terbuka terdengar. Tanpa berlama-lama, Samudra segera masuk ke dalam mobilnya dan berlalu.
Kernyitan pada dahi Bintang menjadi semakin dalam. Berbagai tanda tanya muncul di benaknya.
Suster? Maksudnya apa? Siapa yang sadar? batin Bintang.
Dan rasa penasaran yang melunjak tinggi itulah yang membuat Bintang menggas mobilnya mengikuti mobil hitam di depannya.
TBC
Hehehe bosen gak aku up mulu?
Kalian maunya aku up berapa kali seminggu? Dan hari apa aja?
Btw, ada yang inget Pelangi? Kira-kira apa hubungan dia sama semua konflik ini ya?
Sampai jumpa di chapter selanjutnya dengan kejadian yang sangat ... SANGAT APA HAYO? Ya udah pokoknya, see you on the next chapter!
Sincerely,
G.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Teen Fiction#3 in teenfiction (21/06/19) Menghabiskan hampir lima belas tahun dengan perempuan yang sama lagi dan lagi? Bagi Altair Langit Alderado, melihat kehebohan Bintang bukan sesuatu yang mengejutkan. Memergoki kecerobohan Bintang pun tak mempan membuat...