BINTANG melihat pantulan dirinya di cermin. Setelah hampir satu jam menata rambut di salon, ia pun tersenyum puas melihat hasilnya. Gaun merah selutut, sepatu hak berwarna senada, tas kecil yang tampak elegan, make up tipis namun cukup memancarkan kecantikannya serta rambut yang telah ditata sedemikian rupa.
Lengkap sudah penampilannya malam ini.
Setelah membayar bill yang tertera, Bintang melangkahkan kaki keluar dari salon. Ketika mengecek tas, ia menemukan sebuah cincin kecil yang terbuat dari ranting. Terdapat bunga kecil berwarna pink pada lingkar cincin tersebut.
Tanpa sadar, senyum terbit di wajah Bintang. Otaknya kembali memutar kejadian sekitar tujuh tahun yang lalu ketika ia dan Langit masih berumur sepuluh tahun.
Gadis kecil dengan mahkota bunga di kepalanya itu tampak sangat bahagia. Seakan dirinya adalah Cinderella yang sedang berdansa di pesta, gadis itu terus menari lengkap dengan senyum yang tercetak di bibirnya.
"Bintang ngapain sih?"
Sungutan kesal tersebut membuat sang pemilik nama menghentikan aktivitasnya. Bintang menoleh sebelum menyengir lebar.
"Bintang lagi berkhayal bisa dansa sama pangeran di pesta. Kayak Cinderella."
Langit mengernyit. "Aneh."
Bintang memanyunkan bibirnya. "Langit iri ya? Mau dansa juga?"
Langit menggeleng dengan cepat. "Langit kan cowok. Masa dansa sih."
"Di mana-mana dansa itu dilakuin cewe sama cowo. Jadi Langit juga boleh dansa."
"Boleh ya?"
Bintang mengangguk antusias.
Langit pun mendekat ke arah Bintang. "Ya udah, ayo dansa sama Langit."
Mendengar itu, Bintang pun berteriak girang. Namun sedetik kemudian, senyum bahagia itu luntur digantikan raut cemas.
"Tapi Bintang gak ngerti caranya. Bintang ngasal aja ya dansanya?" tanya Bintang dengan polos.
Langit terkekeh pelan. Banyaknya film Disney yang Bintang tonton—sehingga Langit dipaksa untuk turut menemaninya—membuat Langit sedikit hafal akan tata cara berdansa.
Tangan kanannya menggenggam tangan Bintang sedangkan tangan kirinya bertengger pada pinggang cewek itu.
"Ih, Langit! Geli," seru Bintang ketika Langit memegang pinggangnya.
Langit mengernyit. "Emang begini caranya."
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Teen Fiction#3 in teenfiction (21/06/19) Menghabiskan hampir lima belas tahun dengan perempuan yang sama lagi dan lagi? Bagi Altair Langit Alderado, melihat kehebohan Bintang bukan sesuatu yang mengejutkan. Memergoki kecerobohan Bintang pun tak mempan membuat...