PEMANDANGAN kota di malam hari memang selalu mengagumkan. Sejauh mata memandang, terdapat gedung-gedung tinggi serta berbagai mobil di sisi kanan dan kiri. Gemerlap lampu yang menyinari gelapnya malam seakan menambah keindahan kota.
Dan di sinilah Bintang berada, di dalam mobil dengan gaun hitam elegan yang membalut tubuhnya. Hak setinggi delapan sentimeter tampak indah menghiasi kakinya. Ditambah lagi dengan makeup tipis namun manis serta tatanan rambut model low bun yang menampilkan leher jenjangnya.
Melihat betapa cantiknya cewe di sampingnya, Langit tak dapat mengalihkan pandangannya. Jalan raya yang berada di hadapannya seakan tak menarik perhatiannya. Dengan satu tangan memegang kendali setir, Langit menggenggam tangan cewe di sampingnya.
"Jangan gugup dong. Gue pengen ketawa nih liatnya," ucap Langit sambil terkekeh pelan.
Mendengar itu, Bintang pun menoleh. "Gue kan gak pernah makan malam keluarga. Lo tahu sendiri gimana kacaunya keluarga gue belakangan ini."
"Justru harusnya lo seneng."
Bintang berdecak. "Tapi daritadi tuh perasaan gue gak enak. Tumben banget bokap sama nyokap ngajak makan malem keluarga, di restoran mewah lagi. Gak mungkin gak ada sesuatu 'kan?"
"Hush, gak boleh suudzon."
"Siapa yang suudzon?"
"Kata-kata lo seakan nunjukkin kalo lo curiga sama bokap-nyokap lo."
Bintang menghela napas. Ia kembali menghadap ke depan. Sesaat, rasa lega menghampiri Bintang ketika mendapati jalan yang mulai lengang setelah sebelumnya bermacet-macet ria.
"Kalau pun ada sesuatu, berdoa aja itu sesuatu yang baik," ucap Langit berusaha menenangkan.
Bintang terdiam sejenak.
"Tapi di sisi lain, gue juga seneng, Lang. Setelah kecanggungan yang terjadi di keluarga gue belakangan ini, akhirnya kita bisa kumpul-kumpul lagi kayak dulu."
Langit terkekeh pelan. "Nah, harusnya kata-kata ini yang gue denger."
Langit kembali mengalihkan fokus pada jalan raya. Setelah beberapa kilometer ditempuh, mobil pun berhenti di depan sebuah restoran di Jakarta Selatan. Bintang melepas sabuk pengaman setelah mobil benar-benar berhenti.
Sebelum Bintang keluar dari mobil, Langit menggenggam tangan cewe itu. Bintang pun menoleh.
"Have fun, Cassiopeia," ucap Langit lengkap dengan senyum tipis.
Bintang tertegun.
Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat dari biasanya, membuat suatu gejolak aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Berusaha menepis gejolak menyebalkan yang datang secara tiba-tiba tersebut, Bintang refleks menggeleng-gelengkan kepala. Ia mengangguk kaku ketika kembali sadar pada realita. Segera setelah itu, Bintang keluar dari mobil dan berjalan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Teen Fiction#3 in teenfiction (21/06/19) Menghabiskan hampir lima belas tahun dengan perempuan yang sama lagi dan lagi? Bagi Altair Langit Alderado, melihat kehebohan Bintang bukan sesuatu yang mengejutkan. Memergoki kecerobohan Bintang pun tak mempan membuat...