I just wanna make you feel okay
But all you do is look the other way• EXILE •
KATA orang, hilangnya seseorang dari jangkauan kita itu menyakitkan. Kata orang, tidak bersama ketika sudah terbiasa bersama juga sungguh menyiksa. Jika Langit kecil mendengar perkataan tersebut, maka tawalah yang akan keluar sebagai reaksinya. Namun beda halnya jika Langit remaja yang mendengar kutipan tersebut.
Karena kini ia menyadari bahwa kutipan tersebut adalah benar adanya.
"Woi, Lang! Bengong aja lo."
Panggilan diikuti tepukan tidak santai spontan membuat Langit kembali pada realita. Tanpa bertanya, tentu saja ia dapat dengan mudah mengenali suara serta tepukan keras tersebut. Siapa lagi tenaga badak di antara keempat temannya selain Raden?
"Jangan bengong, Lang," peringat Gian.
"Kesambet aja baru tau rasa lo," timpal Rangga seraya terkekeh pelan.
"Si Langit lagi galau, euy," seru Raden yang segera disambut tawa keempatnya.
Langit hanya diam sebagai balasan, tidak peduli dengan celetukan teman-temannya. Toh, memang Langit tipe yang jarang bicara, bukan?
"Jangan diem-diem gitu. Aneh. Gak kayak lo biasanya," ucap Ale sambil meneguk kopinya.
"Emang biasanya gue diem kali. Kan yang banyak bacot tuh si Raden," sahut Langit dengan jari menunjuk ke arah Raden.
"Sialan kau. Sekalinya ngomong nyelekit sangat. Lebih baik diam saja lah kau," sahut Raden lengkap dengan logat Medan yang dibuat-buat.
Tak mau kalah, Gian pun membalas, "Kau lah yang seharusnya diam, Den. Pencemaran suara saja lah kau sejak tadi."
Tawa ketiganya pun tak dapat terhindari. Langit ikut terbahak mendengar celetukan teman-temannya.
"Eh itu si Bintang dateng," ucap Ale sambil menunjuk ke arah pintu masuk kantin.
Keempat kepala yang lain pun kompak menoleh ke arah yang ditunjuk Ale. Alis Langit bertaut ketika bukan Keisha dan Rara lah yang berada di samping Bintang. Entah siapa cewe itu, mungkin teman baru.
Raden yang paling tidak tahu malu dan selalu siap menjadi juru panggil, baru akan memanggil Bintang. Namun suaranya tertahan ketika melihat seorang cowo yang tengah berjalan menghampiri cewe itu.
Dari kejauhan, keduanya tampak berbincang sejenak sebelum tarikan cowo itu membawa Bintang menuju tengah kantin.
"Mau ngapain si Samudra?" tanya Rangga tak dapat menahan rasa penasarannya.
Langit mengamati pergerakkan kedua remaja itu. Alisnya bertaut was-was. Takut yang terjadi selanjutnya adalah sesuatu yang tidak ia inginkan.
"Bintang."
Panggilan dengan suara berat dan dalam itu mampu membius satu kantin hingga hening seketika. Seakan berhasil diperbudak oleh rasa penasaran, kini semua mata tertuju pada dua orang siswa yang berdiri di tengah kantin.
Bintang yang dipanggil pun mendongak. Ia mengerjap kaget ketika mendapati jarak yang tak jauh antara dirinya dan Samudra.
"Sam, lo ngapain sih?" gerutu Bintang sembari melihat ke sekitar.
Mendapati semua mata tertuju padanya, ia pun buru-buru menundukkan kepala. Sudut bibir Samudra terangkat melihat reaksi cewe di hadapannya.
Samudra tiba-tiba saja mendekat. Melangkah maju dan maju hingga ujung depan sepatunya bersentuhan dengan milik Bintang. Samudra mengangkat dagu cewe itu, memaksa Bintang untuk menatapnya.
"Gue suka lo," tutur Samudra.
Hanya tiga kata, dengan suara yang tenang dan pelan, namun lebih dari cukup untuk mengejutkan seluruh pasang telinga yang mendengarnya. Bisikan, sahutan sampai pekikan kaget terdengar dari ujung ke ujung.
Jangan tanyakan bagaimana ekspresi Bintang karena bahkan cewe itu pun tidak dapat mendeskripsikan rasa terkejutnya.
"Lo mau jadi cewe gue?"
TBC
JENG JENG JENG
DRAMA APALAGI INI?
KIRA KIRA DITERIMA ATAU ENGGA YA?
Tunggu jawabannya di chapter selanjutnya!Jangan lupa vote dan comment sebanyak-banyaknya. Terima kasih sudah membaca. I love you so soOOOO much my readers and silent readers❤️
Sincerely,
G.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Teen Fiction#3 in teenfiction (21/06/19) Menghabiskan hampir lima belas tahun dengan perempuan yang sama lagi dan lagi? Bagi Altair Langit Alderado, melihat kehebohan Bintang bukan sesuatu yang mengejutkan. Memergoki kecerobohan Bintang pun tak mempan membuat...