41 • Lovebirds

12K 771 129
                                    

Aku ingin dirimu
Yang menjadi milikku
Bersamaku mulai hari ini
Hilang ruang untuk cinta yang lain

EXILE

SUARA roda yang beradu dengan bebatuan taman menjadi semacam musik pengiring interaksi kedua insan tersebut. Tawa yang menunjukkan kebahagiaan terpancar dari raut keduanya.

Hampir sebulan hanya mendapati mata terpejam dan tak merasakan kehangatan canda tawa bersama Langit membuat Bintang merindukan momen-momen seperti ini. Momen yang sederhana namun terasa luar biasa jika dilalui bersama cowok itu.

"Mau tau gak ternyata apa yang direbutin Raden sama Rangga?"

"Emang apa?"

"Bubble wrap."

Bintang tercengang. Tawanya meledak seketika.

"Gak penting banget," ucap Bintang di sela tawanya.

Langit menggeleng-gelengkan kepala. "Gak ngerti lagi gue sama mereka."

"By the way, gue jadi kangen mereka deh," tutur Bintang.

"Emang lo gak ketemu mereka selama gue di rumah sakit?"

"Ketemu sih. Tapi jarang ngumpul-ngumpul gitu. Kan gue langsung ke sini pas bel pulang sekolah."

Langit mengernyit. Menangkap perhatian tersirat dari kalimat tersebut membuat cowok itu menoleh ke belakang. Mendapati tatapan Langit padanya, Bintang pun berhenti, membuat kursi roda pun ikut berhenti.

"Apa?" tanya Bintang bingung.

"Coba ulangin kata-kata lo," titah Langit.

"Kata-kata yang mana?"

"Yang barusan lo bilang."

"Jarang ngumpul-ngumpul pas pulang sekolah?"

"Setelah itu."

"Oh, bel pulang langsung ke sini?"

Langit menjentikkan jari. "Nah."

Bintang mengernyit tidak mengerti. Namun tak membutuhkan waktu lama hingga ia menyadari maksud dari pertanyaan Langit. Spontan, Bintang menggigit bibir salah tingkah.

"Ngapain langsung ke sini pas pulang sekolah?" pancing Langit lengkap dengan senyum jahil.

"Kepo banget sih," jawab Bintang dengan ketus.

"Buru-buru banget kayaknya sampe abis bel langsung ke sini." Langit terus memancing.

Bintang membuang muka, sebisa mungkin menahan malu.

"Kenapa sih? Ada yang dicari di rumah sakit?"

"Iya, nyari kutu kebo."

Langit menaikkan satu alis. Sesaat setelahnya, senyumnya terbit. Bintang sungguh menggemaskan terutama ketika salah tingkah seperti ini.

"Ngaku aja kali," ucap Langit.

"Ngaku apa?"

Tak tahan, Langit pun mencubit kedua pipi cewek itu dengan gemas. Tawanya berderai menciptakan tautan kesal dari raut di hadapannya.

"Langit! Jangan cubit-cubit ih," omel Bintang sambil berusaha menjauhkan tangan Langit yang bertengger di pipinya.

"Salah sendiri ngegemesin," balas Langit sambil terus mencubit pipi cewek itu.

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang