14 • Who is She?

13.5K 904 184
                                    

SUNGGUH sial kuadrat Bintang malam ini. Seluruh keluarganya sedang berada di luar kota. Begitu pula Langit yang tengah bertanding demi mengharumkan nama sekolah. Samudra yang merupakan orang terakhir dari daftar orang-orang yang akan ia andalkan ketika dibutuhkan pun tidak dapat menjemputnya pulang.

Alhasil, di sinilah Bintang berada. Melangkah gontai menuju pangkalan ojek dekat sekolahnya. Namun seakan kesialannya tidak berhenti sampai di situ, Bintang tak mendapati satu pun ojek yang biasanya memangkal di samping sekolah. Ia pun menghela napas berat..

"Ketemu lagi kita."

Suara tapak kaki seperti melompat terdengar keras. Dengan beruntun seakan telah direncanakan, suara tersebut datang dari kanan dan kiri menuju tepat di hadapan Bintang. Terkejut, cewe itu pun refleks mundur lengkap dengan mata melotot kaget.

"Selamat malam, cewe murahannya Langit."

Sapaan—atau lebih tepatnya hinaan—itu membuat Bintang melempar balik ingatannya. Tentu saja, tidak salah lagi.

Cowo di hadapannya, dengan jambul panjang tidak terawat, seragam keluar-keluar, celana pensil yang sangat ketat, sepatu buluk yang dipakai asal-asalan dan jangan lupakan piercing di hidung yang sangat mencolok.

Cowo ini pasti Dirga, murid SMA Tunas Bangsa yang pernah Bintang lihat berkelahi dengan Langit di depan Wartas.

"Jadi lo yang katanya sahabat kecil Langit, yang dijaga ketat berasa adek sendiri." Dirga bertepuk tangan. "Dia pasti sayang banget ya sama lo."

Senyum miring Dirga menciutkan nyali Bintang yang biasanya berkobar-kobar. Harus Bintang akui, senyum itu terlihat seperti seringaian seorang psikopat.

"Gue udah menunggu lama buat bisa jemput lo. Lo gak tau seberapa besar perjuangan gue buat nemuin orang yang sangat berarti buat Langit," sahut Dirga. Ia melipat tangan di depan dada. "Akhirnya saat yang gue tunggu-tunggu pun tiba."

Dirga menatap Bintang dari atas ke bawah kemudian dari bawah ke atas. Begitu seterusnya hingga Bintang tidak bisa menghitung berapa kali.

Merasa dilecehkan secara tidak langsung, Bintang pun refleks membuat benteng pertahanan dan gerakan refleks tersebut mengantarkan tangan Bintang menuju pipi cowo itu.

Menamparnya telak.

Seperti sifat cowo pada umumnya, Dirga pun sangat mudah tersulut emosi. Cowo itu tidak akan segan melawan siapapun yang mengusiknya tanpa pandang gender.

Dan kali ini, kilatan marah benar-benar terlihat dalam kedua manik mata Dirga, membuat nyali Bintang semakin ciut.

"Lo!" Dirga menggeram, "bawa dia sekarang!" perintah Dirga pada kedua temannya.

Mengangguk patuh, kedua cowo berseragam SMA itu pun menarik paksa Bintang menuju mobil. Sementara Dirga hanya berjalan santai menuju pintu depan, di samping kursi kemudi.

Panik, Bintang pun berontak. Ditendang-tendang kakinya dan digerakkan tangannya dengan asal, berharap dapat lepas dari cengkraman kuat sekaligus menyakitkan kedua cowo itu.

"Woi! Apa-apaan, nih!" berontak Bintang.

"Diam!" perintah salah satu cowo yang menarik ujung seragam Bintang hingga kerahnya pun ikut tertarik.

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang