33 • Conciliation

10.7K 703 161
                                    

Langit tersenyum tipis. "Long time no see, Pelangi."

Pelangi terdiam sejenak seakan masih tak percaya dengan sosok yang mendadak muncul di hadapannya.

Setelah hampir dua tahun, akhirnya ia kembali bertemu dengan cowo itu. Tak dapat dipungkiri, rasa rindu melonjak hebat dalam diri Pelangi membentuk senyum lebar yang terukir pada wajah cewe itu.

"Lama gak ketemu juga," ucap Pelangi. "Kenapa ke sini?"

"Gue mau ngomong sesuatu, boleh?"

"Oh, boleh kok. Masuk aja," ucap Pelangi mempersilakan. Ia menuntun Langit masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.

"Siapa, Lala?"

Suara seorang wanita paruh baya terdengar. Pelangi yang akrab dipanggil Lala pun membawa Langit ke hadapan bundanya.

"Temen Lala pas SMP, Bun." jawab Pelangi lengkap dengan senyum sumringah.

Langit tersenyum sopan. "Saya Langit, Tante. Temannya Pelangi saat SMP."

"Oh, silakan duduk. Anggap aja rumah sendiri." Wanita itu tersenyum ramah. "Mau minum apa?"

Langit menggeleng. "Gak usah repot-repot, Tan."

"La, buatin teh gih buat temen kamu. Masa tamu dateng gak dijamu," ucap wanita itu kepada buah hatinya.

Mendengar itu, Langit pun buru-buru menyela, "Gak usah, Tante. Gak apa-apa. Saya cuma sebentar kok."

"Udah, gak apa-apa." Wanita itu tersenyum ramah. "Kalo gitu, Tante tinggal dulu ya. Mau beres-beres di atas."

Langit mengangguk sopan. Sesaat setelah wanita itu berlalu, Pelangi pun angkat suara.

"Gue buatin teh dulu ya, Lang."

Belum sempat menahan, Pelangi terlanjur menghilang menuju dapur. Tak beberapa lama kemudian, cewe itu kembali dengan nampan di tangannya. Ia meletakkan dua cangkir di atas meja sebelum duduk di samping Langit.

"Jadi, apa yang mau lo omongin?" tanya Pelangi dengan tatapan ke arah Langit.

Langit terdiam sejenak. Ia memutar otak agar dapat menemukan kalimat yang pas untuk mengawali pembicaraan tersebut.

"Gue baru aja ketemu Dirga," ucap Langit.

Pelangi tampak terkejut. Dalam hati, Langit yakin bahwa cewe itu dapat menebak ke mana arah pembicaran ini.

"Kalo lo mau bahas gue, lo dan Dirga, sori tapi gue gak mau ngomongin itu lagi. Gue baru aja keluar rumah sakit dan gue butuh istirahat setelah—"

"Kecelakaan?" potong Langit.

Pelangi mengernyit. "Lo tahu dari mana?"

Langit tertawa sumbang. "Ternyata bener lo cewe yang di rumah sakit."

Pelangi semakin tidak mengerti dengan apa yang cowo itu katakan.

"Lo tahu dari mana? Apa jangan-jangan selama ini lo masih merhatiin gu—"

"Samudra." Lagi-lagi, Langit memotong perkataan cewe itu.

"Samudra? Kok jadi Samudra?"

"Gue tahu lo kecelakaan dari Samudra."

Pelangi terdiam.

Ia membuang wajah ke arah depan, tidak lagi menghadap ke arah Langit.

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang