LANGIT terdiam. Niatnya mendongak adalah untuk melihat apa yang temannya katakan. Raden yang melipir karena ingin berduaan dengan cewe incarannya. Namun bukannya hal itu yang ia dapatkan, Langit malah menangkap pemandangan dua sejoli yang tengah berjalan masuk ke dalam kantin.
Bukan hanya Langit, teman-temannya pun sama terkejutnya. Keisha menoleh ke arah Langit seakan meminta penjelasan. Kedua alisnya bertaut bingung.
"Lang, itu kok Bintang ...."
Langit tidak menggubris. Ia terlalu terkejut. Wajahnya memang masih datar seakan tanpa emosi, tetapi jauh di lubuk hatinya, segala rasa itu berkecamuk.
Bukan karena siapa cowo yang ada di samping cewe itu. Namun lebih kepada kenyataan bahwa cewe itu tertawa bersamanya. Bersama cowo itu. Tawa yang sangat natural, tanpa paksaan.
"Bintang ... deket sama Samudra?" tanya Gian.
Lagi-lagi tak ada jawaban.
Langit terus menatap cewe itu dan tawanya yang Langit akui luar biasa manis.
Sepasang bola mata berbinar itu akhirnya menangkap miliknya. Sorot bahagia itu lenyap seketika, digantikan pelototan kaget.
"Sejak kapan mereka jadi sedeket itu?" tanya Rara menuntut penjelasan.
Sesaat tidak ada jawaban dari mulut Langit. Seperti patung, cowo itu masih terdiam di tempat dengan tatapan lurus ke satu titik, menghujam si target dengan tatapan tajam tanpa ampun. Seakan berusaha menyalurkan emosi lewat sorotan mata tersebut.
Setelah suasana tegang yang cukup lama, akhirnya Langit menghabiskan minumannya dengan terburu-buru, lantas berdiri.
"Itu hak dia kan mau deket sama siapapun yang dia mau?" Langit membalas, sebelum berjalan meninggalkan teman-temannya.
Kelimanya kompak mengernyit. Melihat kepergian Langit, mereka pun bergegas menyusul. Keisha menyikut lengan Gian membuat cowo itu menoleh. Ia berjinjit dan mendekatkan bibirnya ke telinga Gian.
"Lo hutang cerita, ya," bisik Keisha lengkap dengan tatapan mengancam. Gian mengenyit sebelum menggelengkan kepala.
"Gue juga gak tahu apa-apa."
"Bohong."
"Kan lo, Rara sama Bintang tiga sejoli. Harusnya yang pertama dia ceritain itu lo berdua dong."
Keisha mendengus. Ale yang berjalan di belakang keduanya dan mendengar bisik-bisik mereka pun menarik satu sudut bibirnya ke atas.
"Lang," panggil Bintang hampir seperti bisikan.
Langit menatap Bintang sekilas sebelum beralih kepada Samudra. Menghela napas kasar, Langit pun terus berjalan melewati keduanya. Tanpa menyapa.
Bintang terkejut namun juga bingung di saat yang sama. Ia menatap kepergian Langit hingga menghilang di balik pintu kantin.
Sekali lagi, Ale melihat segalanya.
Dan tentu saja, ia jauh lebih pintar dari sekadar percakapan bodoh antara Gian dan Keisha.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Teen Fiction#3 in teenfiction (21/06/19) Menghabiskan hampir lima belas tahun dengan perempuan yang sama lagi dan lagi? Bagi Altair Langit Alderado, melihat kehebohan Bintang bukan sesuatu yang mengejutkan. Memergoki kecerobohan Bintang pun tak mempan membuat...