"Lo lah si orang ketiga, Bintang."
Bintang terdiam.
Seakan seluruh oksigen diraup habis oleh entah siapa, napas Bintang terasa sesak. Ia kehilangan kata-kata. Bintanglah si orang ketiga? Sungguh fakta yang sangat mengejutkan.
Dari dulu, Bintang selalu memegang prinsip bahwa orang ketiga selalu salah. Mau bagaimana pun, seorang perusak hubungan tetaplah perusak. Tak dapat ditoleransi apa pun alasannya.
Namun kini, posisi yang ia hindari sekuat mungkin itu justru terjadi padanya. Orang ketiga yang selalu Bintang maki-maki atas dasar pembelaan hak justru adalah dirinya sendiri.
Betapa ironinya.
Masih dengan rasa terkejut, Bintang berdeham setelah berhasil menemukan kembali suaranya.
"Gue ... si orang ketiga?" cicit Bintang.
Dirga tersenyum puas melihat reaksi cewe di hadapannya. Di luar ekspektasi, Dirga tak menyangka bahwa Bintang akan seterkejut ini.
"Dan karena itu, gue dateng ke sini. Gue butuh lo," tutur Dirga dengan nada yang mendadak lebih serius.
"Gue butuh lo untuk misahin Samudra dan Pelangi."
Dirga menarik napas sebelum mengembuskannya perlahan. Ia menatap Bintang tepat pada kedua bola mata coklat cewe itu.
"Lo bantu gue deketin Pelangi, sementara lo juga harus mendekati Samudra sebisa mungkin. In the end, lo sama Samudra dan gue sama Pelangi. Akhir yang sangat membahagiakan, bukan?"
Bukannya tertarik, Bintang malah berdecih mendengar permintaan konyol yang keluar dari mulut cowo itu. Lebih baik Bintang bersama cowo terburuk rupa di dunia saja daripada harus kembali kepada seorang yang hobi selingkuh seperti Samudra.
"Gak! Gue gak mau," tolak Bintang dengan cepat.
Dirga tampak terkejut. "Lo gak mau?"
"Gue gak sebodoh itu, Dirga." Bintang menunjuk cowo di hadapannya. "Gue. Gak mau. Balik. Sama. Si brengsek. Itu. Lagi," tegas Bintang.
Awalnya Dirga hanya diam. Namun beberapa saat kemudian, kilatan marah terpancar jelas dari bola mata cowo itu.
Tautan alis serta tatapan yang menajam cukup memberi isyarat bahwa semesta sedang tidak berbaik hati kepada Bintang. Ditambah kepalan tangan hampir bergetar yang sukses membuat Bintang ciut seketika.
"Lo mau tahu apa hukumannya bagi seseorang yang membangkang akan perintah gue?"
Tatapan setajam elang itu menghunus mata Bintang, seakan sengaja membangkitkan rasa takut pada diri cewe itu.
"Coba kita sebutin kesalahan lo."
Dirga menengadahkan kepala, seperti seseorang yang sedang berpikir.
"Pertama, lo memberontak berusaha kabur."
Dirga maju satu langkah. Seringaian menyeramkan itu kembali menyambut Bintang membuat nyali cewe itu turun seketika.
"Kedua, lo menampar gue."
Dirga menunjuk pipinya sembari maju satu langkah. Seringaian itu kini bertransformasi menjadi raut yang kentara sekali menunjukkan amarah yang meluap-luap.
"Terakhir."
Dirga memberi jeda. Dari jarak yang cukup dekat, Bintang tentu dapat merasakan aura mencekam dari cowo di hadapannya. Dirga sangat mendominasi membuat Bintang merasa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Teen Fiction#3 in teenfiction (21/06/19) Menghabiskan hampir lima belas tahun dengan perempuan yang sama lagi dan lagi? Bagi Altair Langit Alderado, melihat kehebohan Bintang bukan sesuatu yang mengejutkan. Memergoki kecerobohan Bintang pun tak mempan membuat...