08 • Jealous

18.4K 1.2K 478
                                    

I don't like the way he's looking at you
I'm starting to think you want him too

EXILE

GELAK tawa tak dapat tertahankan ketika lagi-lagi lelucon dilontarkan. Cerita demi cerita terus disampaikan tak lupa diselingi celetukan pengundang tawa.

Namun ketika panggilan yang menyebut nama Bintang terdengar, gelak tawa itu berhenti seketika. Bukan hanya sang pemilik nama saja yang menoleh, namun hampir seisi kelas pun turut mengalihkan perhatiannya ke arah pintu kelas.

Memberi tatapan seperti bertanya, reaksi Bintang itu hanya dibalas dengan tunjukan jari ke arah luar kelas seakan memberi isyarat bahwa ada seseorang yang mencarinya.

Bintang mengangguk paham sebelum berkata, "Bentar, ya."

Tanpa berlama-lama, cewe itu segera melangkahkan kaki keluar dari kelas. Ia menoleh ke kanan dan kiri, lantas mengernyit ketika tidak menemukan siapapun.

Baru saja ingin melangkah masuk ke dalam kelas, panggilan seseorang menghentikan pergerakannya.

"Bintang!"

Yang dipanggil terkejut. Berbalik badan, Bintang refleks memukul pelan bahu si pemanggil.

"Ngagetin aja sih lo, Sam," gerutu Bintang. "Ngapain nyari gue?"

Samudra tampak merogoh saku celananya dan mengambil benda kecil yang ternyata adalah sebuah flashdisk. Ia menyerahkannya kepada Bintang.

"Laporan dana perlap terbaru. Tadi gue ketemu Kevin, katanya tolong titipin ke lo."

Bintang mengerutkan dahi. "Bukannya kemaren udah fix?"

"Kemaren sih iya. Tapi ternyata ada perubahan beberapa vendor. Jadi harus diganti."

"Trus gue yang ganti?"

"Menurut lo itu bukan salah satu tugas dari sekretaris?

Bintang tersentak. Cowo di hadapannya ini memang pintar dalam memilih kata hingga mampu membuat sang lawan bicara tersudutkan.

Bintang mengambil flashdisk tersebut. "Gue masih ngurusin class meeting, kirain proposal sponsor udah bener-bener fix."

"Gue juga berharap gak ada perubahan lagi. Tapi emang selalu dateng kendala-kendala kecil, kan?" Samudra memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Gue harap lo tau mana yang harus diprioritasin."

Bintang menatap Samudra sejenak sebelum mengiyakan.

"Malam ini udah jadi, bisa?"

Bintang melotot. "Ya kali!"

"Kalo gitu besok?" Samudra menaikkan satu alisnya. "Gue gak mau bekerja dengan sekretaris yang lambat."

Bintang berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Sebagai bawahan, mau tidak mau ia harus patuh dengan apa yang diperintahkan sang atasan, bukan?

Samudra tersenyum simpul sebelum mengacak-acak rambut cewe itu. "Ya udah gue balik, ya."

Bintang mengangguk. Samudra pun berbalik badan, berniat pergi sebelum teringat akan satu hal.

"Oh iya, jangan lupa pulang sekolah ada rapat BPH."

EXILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang