Man is such a fool
Why are we saving him?• EXILE •
GELAK tawa mengiringi langkah dua murid yang tengah berjalan menyusuri koridor IPA. Sebenarnya, pemandangan dua insan itu sudah biasa bagi murid-murid SMA Aksara terutama para murid kelas XI. Namun menghilangnya pemandangan tersebut selama beberapa minggu terakhir membuatnya terkesan baru saat ini.
"Gak jelas lo, Lang," ucap Bintang di sela tawanya.
"Lah, gue mana tau nama pasiennya siapa. Pas gue nanya Rangga, nyokap lo nelepon. Katanya lo belum pulang padahal udah hampir tengah malem." Langit menggelengkan kepala. "Emang jago banget bikin orang khawatir ya lo."
Bintang tersenyum penuh arti. "Oh, jadi ceritanya lo khawatir sama gue nih?"
"Bukan gue. Tapi nyokap lo," ucap Langit masih dengan nada tenang.
"Lo juga 'kan?"
"Enggak."
"Bohong."
"Kepedean lo."
"Ngaku aja," ucap Bintang lengkap dengan cengiran lebar. Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah Langit seakan sengaja meledek.
"Ya, khawatir. Sedikit," ucap Langit datar.
"Gengsi lo ketinggian, Lang. Sekali-kali bikin orang seneng kek. Pahala loh."
Langit menghela napas. "Iya, gue khawatir banget sama lo. Puas?"
Tawa Bintang pun pecah. "Belakangan ini lo jadi lucu gitu deh, Lang. Lagi jatuh cinta ya? Sama siapa? Si Lentera-Lentera itu?"
"Kepo."
"Ih, jahat. Sebentar baik sebentar ngeselin. Gak jelas lo, Lang."
"Bodo."
"Lagi jatuh cinta sama siapa lo, Nyet?" cecar Bintang.
"Kepo banget sih lo, Nyet," balas Langit lengkap dengan panggilan yang sama dengan yang diucapkan cewe itu.
"Jadi bener nih lo lagi jatuh cinta? Wah gila, jahat banget lo gak cerita-cerita sama gue."
Bintang melipat tangannya di dada. Ia menatap Langit dengan tatapan seakan menuntut penjelasan.
"Bawel lo. Gue gak lagi jatuh cinta, Nyet. Udah, jauh-jauh sana dari gue. Nanti ada rumor baru lagi, judulnya 'Depresi karena sang pujaan hati, Mimi Peri dekati sahabatnya sendiri'," ucap Langit dengan asal.
Bintang melongo sebelum mendengus kesal.
"Masa gue disamain sama Mimi Peri sih?" protes Bintang.
"Kan emang mirip."
"Jahat!" seru Bintang sembari memukul pelan bahu Langit. "Lagian gue gak bakal deketin sahabat gue sendiri kali. Apalagi lo. Bisa stroke sebelum waktunya."
"Dih, siapa juga yang mau dideketin lo?" balas Langit sembari bergidik ngeri.
Bintang baru akan mencubit pinggang Langit untuk melampiaskan kejengkelannya sebelum kemunculan seseorang di hadapannya membuat pergerakkannya terhenti.
"Hai, Sayang."
Sapaan disertai senyum ramah menyambut Bintang sesaat setelah tubuhnya ditarik mendekat oleh cowo itu.
Bintang berdecih. Ia serasa ingin muntah melihat senyum penuh kepalsuan itu.
Dan apa yang cowo itu katakan? Sayang?
KAMU SEDANG MEMBACA
EXILE
Teen Fiction#3 in teenfiction (21/06/19) Menghabiskan hampir lima belas tahun dengan perempuan yang sama lagi dan lagi? Bagi Altair Langit Alderado, melihat kehebohan Bintang bukan sesuatu yang mengejutkan. Memergoki kecerobohan Bintang pun tak mempan membuat...