Tatapan tajam

3.7K 318 4
                                    

Typo bertebaran di mana - mana !!!!

☆☆☆☆☆

Veranda baru saja keluar dari kelasnya. Berjalan dengan langkah santai menelusuri koridor kampusnya. Setiap langkah nya tidak lepas dari perhatian mata laki - laki. Parasnya yang cantik mampu membuat laki - laki mana selalu menoleh padanya.
Tapi Veranda hanya berjalan dengan santai.
Jika ada yang menyapa, maka dengan ramah dan sopan dia akan membalasnya.

"Hai Veranda " sapa seorang laki - laki di koridor itu. Veranda menoleh. Dan mengangguk dengan senyum.

"Veranda !" Terdengar seruan seorang laki - laki dari belakang Veranda. Dan dia langsung menoleh kebelakang.

"Dimas " gumamnya saat melihat teman kelasnya berlari ke arahnya.
"Kenapa ?" Tanya Veranda saat Dimas sudah di hadapannya.

"Itu loe di panggil pak Taufik, " ujar Dimas pada Ve. Veranda sedikit menghela nafas nya.

"Thanks Dim " ucap Veranda dengan senyum. Dimas mengangguk dengan senyum. Lalu pamit hendak ke kantin.

"Yaudah gue duluan ya " pamit Dimas pada Veranda. Dan Veranda mengangguk.

Veranda pun kembali melangkah. Jika tujuan awalnya dia ingin ke kantin, maka kini arah langkahnya berganti. Veranda dengan langkah berat harus menemui pak Taufik, yaitu salah satu staff di kampusnya.

Tok tok tok

"Misi pak " ujar Veranda saat sudah sampai di depan ruangan pak Taufik.

"Ya ? Masuk Ve " ujarnya dengan ramah. Veranda pun mengangguk dan masuk ke dalam ruangan pak Taufik.

"Kamu udah tau kan ? Kenapa saya panggil ?" Tanya Taufik pada Veranda. Veranda mengangguk lemah.

"Iya pak, " jawab Veranda.
"Maaf Pak, baru bisa bayaran sekarang "

Pak Taufik tersenyum.

"Gak apa Ve. Saya ngerti kok " jawab Pak Taufik sambil mengurus admistrasi milik Veranda.

Setelah selesai mengurus bayaran kuliah untuk semester ini. Ve kembali pamit pak Taufik.

"Saya permisi pak " pamit Veranda. Pak Taufik mengangguk dengan senyum.

Veranda pun keluar dari ruangan pak Taufik. Dan kembali melangkah dengan lesu.

"Kenapa ?" Tanya Shania saat melihat Veranda duduk di hadapannya dengan lesu. Kini dia sudah berada di kantin kampus.

"Kayak nya aku harus nyari kerja deh " ujar Veranda dengan lesu.

"Kok ? Kenapa ?" Tanya Shania pafa Veranda.

"Iya, aku gak bisa terus - terusan ngarepin kiriman duit dari mama, " ujar Veranda pada Shania.
"Mama pasti juga susah kan ? Apa lagi sejak papa gak ada " ujar Veranda lagi.

"Trus loe mau kerja apa ? Kuliah loe gimana ?" Tanya Shania pada Ve.

"Ya apa aja, asal halal. Kan bisa malam Shan " jawab Veranda. Shania hanya mengangguk.
Veranda mengaduk lemon tea nya dengan sedotan. Matanya memandang jauh ke arah luar kantin.

Awalnya pandangan Ve kosong. Tapi semakin lama matanya sedikit menyipit seperti sedang memastikan sesuatu.

Pandanga Veranda tertuju pada laki - laki yang tadi pagi tidak sengaja bertabrakkan dengannya. Yaitu Farish dan juga Keynal. Mata Ve tepat pada Keynal yang sedang berdiri dengan tatapan intimidasi ke arah seorang perempuan yang terus menarik tangannya. Tapi Keynal selalu menghempaskannya.

"Ve.. Veranda " panggil Shania membuat Ve sedikit kaget.

"Ya Shan ?" Saut Veranda menoleh pada Shania.

The Rain (Repost )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang