9

12.3K 318 0
                                    

Meysha POV

"Rin? Lo darimana? Kok ngga bilang mau balik sih? Gue sedih. Gue gatau harus gimana rin. Hidup gue hampa." Ia memang sering manja hanya di depan rina. Tidak di depan oranglain.

"Maaf ya. Gue baru ketemu om itu. Nih hp lo. Dan lo jangan sebut-sebut kesedihan lo itu. Gue udh bilang kan lo masih ingin hidup disana tp lo hrs berbuat wajarkan? Udh tenang. Dgnya berjalan waktu gue yakin lo bisa lupain. Udah ya jgn selalu ngomongin dia. Dia hanya masa lalu lo. Dan lo ko gabilang kalo bapak-bapak itu ga kek yg lo bilang. Ganteng banget taiii". gumam rina. Ia harus menghibur sahabatnya ini.

"Iya rinn. Maafin hehee. Hahhh???  Lo ketemu s cowok berotak mesum itu? Ganteng? Ganteng pala lu!!! Jijik gue ingetnya. Entah kenapa gue selalu dipertemukan dengan keadaan sial mulu sama dia. Hufftt."

"Asli dih ganteng banget mey. Gue aja kelepek tp pura-pura tegar aja. Apalagi wanginya duh unch. Pacaran sama dia aja mey. Gue yakin lo bahagia. Eiya dia keknya peduli banget. Dia minta gue ceritain tentang lo, dan akhirnya gue nurut karna gue pgn berlamaan sm dia wkakkaka."

"Sebel najis. Lo aja sana. Gue ogah."
Mey dan sahabatnya pun ketawa bersama. Mey selalu ingin berada dengan keadaan seperti ini. Ketawa lepas. Tanpa beban. Gatau dia harus berbuat apa kalo besok harus ketemu dengan mantannya itu. Tidak terasa waktu berlalu.

"Lo nginep disini dong plisplisss." Gumam mey dengan wajah memelas.

"Ogah ah. Gue kalo disini paling selalu mendengarkan ucapan Lo dg mantan lo yg ga bermutu itu."

"Ah lo! Ga deh janji asli-asli gue gakan ngomongin dia janji."

"Janjii???"

"Iyaaaiyaaaa."

"Menurut lo rafal itu gimana sii?"

"Tampan." Dalam hati mey.

"Jelek. Mesum. Tai. So kegantengan. Tajir. Gitu doang udah lah jangan omongin dia. Gue pgn muntah."

"Hahaha kan gue pernah bilang kalau cinta jgn cinta-cinta amat. Begitupun sebaliknya. Jgn terlalu benci."

Merekapun debat dengan candaan-candaan mereka. Mereka tertidur pukul 02.00 dikarenakan mereka terlalu bahagia membicarakan kejelakan mereka, mencibir oranglain. Hahaha. Pagipun datang. Hari dimana yg tidak diinginkan oleh mey.

"Rin, gue gabisa sekolah." Dengan tiba-tiba dia berkata seperti itu. Tanpa membangunkan rina. Tanpa duduk. Rinapun mendengarkan itu membuat hati rina semakin sakit melihat temannya selalu terganggu oleh fikiran busuk itu.

"Aduh mey jamberapa si ini? Ayo deh mandi. Gue udah bangun gini bakal susah tidur lagi bolot. Serah lo mau sekolah apa engga. Inget lo disini mencari kesuksesan buat keluarga lo. Gue no comment!"

"Tapi rin-"

"Gada tapi-tapian. Lo sekarang mandi. Sarapan. Duduk cantik. Cus. Stop!"

Mey pun menuruti apa yg diperintah rina. Hari itu membuat mey takut untuk mendatangi sekolah. Sangat. Mey terlalu takut untuk melihat hansel. Setiba disekolah banyak sekali yg mencaci mey. Disebut babulah, apalah, itulah, inilah. Tai kucing memang. Mey pura-pura tidak mendengarkannya. Mey memegang tangan sahabatnya itu dengan sangat keras. Sahabatnya tau kali ini mey akan menangis.

Hanselpun mendekati meysha. Mey tau ini membuat mey gugup. Tp dia harus kelihatan tegar.

"Mey?"

"Apa han? Ada perlu apa? Ah maaf saya sedang sibuk sekali."

"Bisakah kau jangan menghindar dariku?" Ucap hansel dengan mimik muka menyeramkan itu. Tak lama di balas omongan itu oleh rina.

"Jangan menghindar pala lo! Lo gabisa bayangin betapa sakit hatinya dia? Sekarang lo berkata seperti itu? Iblis macam apa lo tai? Jangan jadikan mey kek babu lo! Lo bakal ngerasain apa yg mey rasa!" Teriak rina dengan hati yg membenci pria iblis itu.

"Hahahhaa sakit hati seperti apa yg akan gue rasain Rin? Gue ingin menikmati badan mey. Itu saja. Tidak lebih. Gue ga sempet CICIPI tubuh dia karna dia terlalu baik. Tp sekarang gue gabisa tahan itu." Wajah pria itu bahkan sekarang mirip sekali dengan iblis. Persetan dengan ucapan cicipi itu. Mey bukan makanan. Ketika mendengar ucapan itu mey dan rina terasa kaku untuk berbicara. Bahkan bergerakpun susah.

"Lo pengen rasain badan gue? Oke. Siapa takut! Tapi kalo lo bisa, gue punya 1 syarat yg harus lo lakuin! Apapun itu." Dengan tegarnya mey berbicara seperti itu. Dengan nafas yg tak teratur. Semua sekelaspun menga-nga melihat mey seperti itu.

Sesakit ini Tuhan? Bahkan saya tau apa yg akan pria itu lakukan, saya tetap mencintainya. Menuruti perintahnya. YaTuhan carikan cara agar pikiranku tidak tertutup. Tiba-tiba mey tertawa. Bahkan rina tidak pernah melihat senyum itu. Senyum menyakitkan sekaligus menakutkan. Terlintas dipikiran mey...

"Apakah dia seperti Tuhan? Saya selalu menuruti perintahnya. Menjauhi larangannya. Hahahha. Saya memang tolol!"

"BAD BOY" Change Every Part Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang