17

8.9K 219 9
                                    

Biarkanlah ini menjadi kenanganku.
Sakitku menjadi pengalamanku.
Pengalamanku menjadi kuatku.
Aku yakin entah kapan ini semua akan berputar.
Seberat apapun cobaan untukku saat ini, ini hanya cobaan kecil.
Tuhan tau aku kuat, tuhan memberiku cobaan ini untuk tetap tegar.

Mey terbangun dari tidurnya sedikit pening. Ketika mey lihat jam, ternyata ini pukul 12.43 siang. Ia tertidur sangat lama. Mungkin gara-gara tidur lama, mey merasa tidak enak badan. Ia langsung mandi agar sakit kepalanya itu hilang. Setelah mandi ia memakai baju untuk pergi dari rumah ini. Yg rumah ini entah punya siapa, bahkan kalo difikir-fikir lagi mey belum terlalu mengenal rafal. Tapi mereka sudah terlalu dalam untuk ini. Mey menatap ke depan, yg didepannya ada kaca. Ia terus menatap muka itu. Ia menangis kembali mengingat semalam.

CEKLEKK..

Mey langsung menghapus air mata itu. Mey pura-pura sedang sibuk menyisir. Dan tak mempedulikan orang yg sedang berada dibelakangnya bicara.

"Kenapa kamu sekarang tidak mau berbicara?"

"Menurutmu?" Gumam mey dengan sok tegar.

"Kenapa kamu semaleman tidur di sofa?"

"Bahkan kau hanya membangunkanku, bukan memindahkanku."

"Ya aku kira kamu enak tidur disitu."

"Ya mungkin terlalu enak tidur disitu."

Mereka bertengkar kecil. Tidak ada yg mau mengalah. Perlahan rafal mencium mey. Dengan cepat mey langsung pergi dari hadapannya. Membuka pintu, dan kemudian pergi.

"Ayo kejar aku raff." Bantin mey. Tapi apadaya, yg diharapkan mey tak sesuai dengan kenyataan. Itu memang menyakitkan. Mey tak ingin pergi dari rumah itu, tapi statusnya itu yg membuat mey bertekad diri. Mey yakin ini pasti pergi ke rumah sahabatnya itu, yg entah berapa lama mey meninggalkannya demi cinta gilanya itu. Tai emang eh hehehe.

Tok!!tokkk!!tokk!!

Belum saja membuka pintu entah kenapa rina tau kalo yg datang itu mey. Rina dengan cepatnya memeluk mey.

"Lo kenapa jarang ngontek gue? Gue kangen banget sama lo! Tega lo ninggalin gue demi si rafal kan? Gue yakin!" Sambil tetap memeluk mey.

"Aduh rin. Lepasi gue dulu nanti gue cerita. Dan lo kenapa tau kalo yg datang ini gue?" Mey terlihat bingung.

"Karna ya gue yakin itu pasti lo. Ya jarang banget ada yg ngetuk pintu ini hahhaha yaudah lo masuk terus duduk ya. Gue bawain dulu minum." ya memang terlihat gaje jawaban si rina membuat mey semakin bingung.

"Nih minum lo. Ceritain dong. Lo sebenernya ada apa? Gue tau lo ada di rumah rafal dan gue tau semuanya karna gue tanya-tanya sm si rafal. Si rafal tiap hari kesekolah."

"Rin apa gue salah mencintai rafal yg notabenenya gue bukan siapa-siapa dia?" Dia tak menahan airmatanya saat menyebut namanya.

"Loh ko lo nangis? Cerita dulu baru nangis mey." Rina memeluk mey. Karna ia tau mey sedang membutuhkannya.

"Rin jawab gue." Masih dengan tangisnya.

"Ga salah mey. Bahkan setiap org berhak jatuh cinta. Bukan hanya lo yg ngalamin beginian. Masih banyak mey. Disana bahkan yg sudah berkeluarga banyak juga yg masih jatuh cinta ke oranglain. Tapi mungkin jatuh cinta terlalu cepat itu gabaik mey."

"Gue udah terlajur sayang banget rin. Sebulan lebih ini gue bareng full sama dia. Makan, tidur, bercanda, pergi, masak, nyanyi, bahkan kita ngelakuin hal konyol kek dia selalu pake baju gue kalo gue lagi marah, dan sebaliknya. Tp kenapa Tuhan seakan-akan ga seneng liat gue seneng begini? Kenapa secepat ini gue kehilangannya? Bahkan gue belum memilikinya rin. Dan dia udah ada yg punya."

"APAAAA???! Maaf gue berlebihan. Udah punya kata siapa? Tuhan pasti punya arti tersembunyi dari cobaan ini mey. Bukannya lo pacaran mey?"

"Iya. Istrinya nelfon malem-malem, gue yg angkat. Seakan-akan pertahanan diri gue hancur. Setelah apa yg gue kasih selama ini, tp dia ngebales dengan kesakitan ini. Gue belum pernah denger dia ngomong "mau gak jd pacar gue" atau apalah. Dan yg lebih menyakitkannya lagi gue ngelakuin itu tiap hari rin, gue ga nolak. Gatau gue lagi kerasukan apa."

"YaTuhan, yg sabar lo. Emang sialan tu orang. Udah jangan fikirin cowok sialan itu. Gue tampar kalo lo masih mikirin dia. Emang moveon itu ga segampang yg gue bilang, tp kalo lo tetep mikirin Dia ya kapan bisa moveonnya yakan? Udah tenang masih banyak yg sayang sama lo. Lo besok sekolah?"

"Engga rin. Gue nginep disini ya?"

"Iyadeh. Besok kita main ya semau lo. Lo kan yakin gapernah main lagi tuh selama dalam dekapan dia yakan?"

"Iya ayoo."

"Senyum dulu tapi"

Ya rina selalu membuatnya tersenyum. Mey tetap tidak bisa meninggalkan rokoknya. Ia tinggalkan jika sedang bersama pria itu. Karna dia suka membuang rokoknya yg sedang mey nyalakan. Tp kali ini ia rindu orang yg mengambil rokok ini untuk membuangnya. Mey selalu menangis akhir2 ini. Seperti gila. Tapi ujung-ujungnya rina yg membuat mey melupakannya.

1 hari

5 hari

10 hari

15 hari

Mey melewatkan hari-harinya dengan rina. Mey bahagia. Walaupun belum bisa melupakan pria itu seutuhnya. Namun hari ini berbeda seperti biasanya. Rina menyuruhku jangan makan, jangan merokok, dan memakai dres. Konyol memang.

"Lo mau nyiksa gue apa?"

"Dih lo di undang ke pernikahan si rafal mey."

Degggg. Seakan-akan hidup mey terasa sangat hancur.

"Udah lo jangan nangis. Lo kuat! Lo harus kuat dihadepan mereka. Jangan keliatan lemah ya mey! Lo bisa!" Bahkan rina merasakan apa yg mey rasakan. Rina juga sebenarnya sedih, tapi jika rina sedih siapa yg bisa membuatnya tersenyum.

"Hahaha siapa yg nangis? Gue udah lupain dia. Gue udah gasayang. Ayo ganti baju kita. Aku harus lebih cantik dari pengantin itu." Gumam mey dengan senyum palsunya itu.

"Gue tau lo bohong mey. Yg sabar sahabatku" batin rina.

Mereka akhirnya berdan-dan untuk menghadiri pesta pernikahan pria itu. Entah berapa lama mereka berada dikamar itu, tapi jam 12.16 mereka sudah bersiap-siap.

"Anjir lo meysha?" Sambil melihat kearah kaca itu.

"Ah lebay lo. Ayo nanti udah pada pulang lagi pengantinnya."

"Gue yakin lo kalah cantik deh sama pengantinnya"

Mey hanya tersenyum mendengarnya. Entah apa yg akan mey lakukan ketika berjabat tangan dengan pria yg telah mengisi hari-harinya. Mey tak menyangka secepat ini pria itu bisa melupakannya. Mey harus pura-pura kuat. Mey bisa tanpanya!

Setiba di depan gedung itu...

"Rin disini acaranya?"

"Iya sih kalo yg tertera di undangan itu."

"Anjir mewah bener rin. Andaykan gue yg jd pengantinnya kek nya gue bakal sebahagia-bahagianya. Hahaha" rina melihat wajah mey yg sangat sedih.

"Udah ayo masuk. Lo kuat mey! Ada gue dipinggir lo!"

Mereka memasuki gedung itu, sesampai didepan pintu itu mey merasakan ingin menangis. Mey tidak ingin melihat pria itu bersama yg lain. Mereka mengisi nama mereka dan... ya mey melihat pria itu bersama pria itu didepan mata mey. Di altar itu.

OhTuhan jika ini pilihan dia, bahagiakanlah mereka. Termasuk aku. Kuatkan aku. Aku rela Tuhan. Tapi bahagiakan aku sebahagia pria itu sekarang. Aku berharap mampu untuk melihatnya. Adakalanya kita harus berhenti mencintai seseorang yg kita cintai  demi org yg kita cintai berbahagia dengan yg lain. Mungkin ini bukan kebahagiaan aku. Aku harus melupakanmu. Merelakanmu. Aku akan pergi. Jika nanti kamu ingin menemuiku entah untuk hal apa, tapi aku lebih memilih pergi. Aku tidak akan pernah mengenangmu lagi. Tidak akan pernah. Biarkan cinta ini mati dengan sendirinya.










Maaf yak sellow mulu hahaha gimana mood ni soalnya. Jangan lupa vomment ya😍

"BAD BOY" Change Every Part Of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang