Di umur 18 tahun, aku seorang master akuntansi lulusan universitas ternama Inggris. 2 tahun setelah itu, sekarang, aku seorang wanita karir dengan aktifitas yang serba teratur.
Seperti, aku bangun dijam setengah 5 pagi dan jam 7 aku siap berangkat kerja. Kopi hitam pertama akan kunikmati di rumah dan sesampai di kantor, jam 9, aku akan mampir di mesin kopi untuk mengambil ekspresso penyemangat. Lalu aku akan mulai memeriksa semua berkas yang sudah ditumpuk asistenku di meja atau menghadiri rapat. Di jam 12, aku istirahat dan di jam 1 siang, aku sudah duduk kembali di belakang meja hingga jam 5. Atau 11 malam? Membuat 2 tahun masa kerjaku tak terasa, sama sekali. Oh. Aku bukan sarkatis. Tapi memang, begitulah aku menyukainya.
Aku menyukai posisiku sebagai kepala direksi keuangan disebuah perusahaan pembiayaan raksasa yang tergabung dalam Diraja Corp. Sebuah perusahaan besar yang kebetulan dimiliki oleh ayahku sendiri. Dari semua jabatan presdir yang bisa kuterima, aku ragu antara bank atau pembiayaan. Semuanya angka dan aku suka angka. Tapi sebagai anak 20 tahun, bayangkan para orang tua yang akan nelangsa bekerja di bawah arahanku? Jadi, aku memilih jabatan direksi keuangan di Dfinance. Itu cukup adil kurasa. Memberi mereka waktu mengenalku hingga jabatan komisaris kugenggam. Bukan sombong tapi setahuku, papa tak punya ahli waris selain aku. Jadi, sama seperti aku, mereka juga tak punya pilihan selain menerima. Suatu saat, aku akan menjadi pemimpin mereka.
Papa hanya punya aku dan aku hanya punya papa.
Papaku, Richard Diraja, meski beruntung dengan perusahaan, dia gagal dalam keluarga. Bercerai disaat aku berumur 6 tahun. Ibuku menikah lagi dan punya 2 anak. Lalu, wanita yang mengaku ibuku itu menghabiskan hidupnya dengan memaksa aku mengakui 2 anaknya sebagai adik. Maka kuputuskan, aku tak butuh ibu. Atau siapapun.
Hanya ada aku dan papa dan semua hal yang mengitarinya. Begitu sederhana seperti secangkir kopi. Hanya kopi dan gula. Tapi terkadang, aku tak bisa mengingat kenapa aku sangat menyayangi papa saat aku bahkan tak menyayangi diriku sendiri. Karena untuk beberapa alasan, papaku agak gila. Dan kali ini, aku bahkan tak bohong.
"Pagi pa."
Aku mengoleskan selai tanpa menengok orang yang kusapa. Saat mendengar senandung sumbang menggema di ruang makan, aku tahu itu dia. Bukan karena memang kami hanya tinggal berdua. Ingat saat kubilang dia gila? Seperti itulah. Dia mengalami delusi hebat dan berpikir kalau dia punya suara bagus dan membuatku selalu mendengar senandung super jelek setiap paginya, sepanjang hidupku. Aku bahkan tak menghinanya. Hanya benar-benar tak layak diperdengarkan pada siapapun.
Yang terparah adalah, lagunya yang selalu sama.
"pagi sayang." Jawabnya ceria. Begitu aku menengok, dia memberiku senyum hangat andalannya. Senyum yang sangat cerah membuat makhluk sepertiku sukses selalu merasa tak pantas melihantnya. Biarpun gagal ditarik suara, papa tetaplah orang paling ceria di muka bumi. Sebelum dia duduk aku sudah berdiri untuk membenari dasinya. "makasih sayang. What can i do without you?" dengan sok bercanda dia menepuk pelan kepalaku dan aku hanya memandanginya dengan ekspresi kosong. Dia sedang apa?
Salah satu bentuk keteraturan yang kusukai adalah rutinitas pagi kami. Menikmati sarapan dalam diam. Dari sebagian besar waktu yang kami habiskan dengan bekerja, sarapan adalah satu-satunya kegiatan tetap yang kami lakukan tanpa perlu mengatur jadwal. Setiap paginya, kami sarapan berdua di meja makan kecil yang tepat di samping dinding kaca yang menghadap kolam ikan di halaman samping. Kolam kesayangan papa dan langit luas yang bisa kunikmati.
Sepetak meja kecil dengan 2 kursi. Untukku, dan papa.
"aku dengar stasiun TV papa punya acara baru ya?" biarpun dia tak mengurusi hal sekecil itu, papa tetap tahu semua hal hingga begitu detail dari semua perusahaannya. Mendengarku, Papa yang baru saja akan meminum kopi pahitnya langsung berhenti mendadak dan keningnya berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Miss What (completed)
RomansWHAT? Di umur 18 tahun, aku seorang master akuntansi lulusan universitas ternama Inggris. 2 tahun setelah itu, sekarang, aku seorang wanita karir dengan aktifitas yang serba teratur. Seperti, aku bangun dijam setengah 5 pagi dan jam 7 aku siap beran...