Papa dan Hany diluar kebiasaannya, sungguh tenang pagi ini. Tak perduli aku memplototi dan menepis tangannya, papa tetap membantuku turun hingga ke meja makan. Dia melarangku ke kantor tapi karena aku mendiamkannya, papa tak bicara lagi.
"ya gusti! Bos kenapa?!" aku sudah datang luar biasa pagi. Menolak diantar papa atau satu mobil dengan Gilang, aku berhasil mencapai kantor. Jangan tanya perjuanganku berjalan dari parkiran hingga bisa menginjakkkan kaki di lantaiku. Dengan mulut tertutup rapat menahan sakit. Perban di keningku mematahkan semua tampang sok tegarku.
Aku bisa mengakali lutut dengan celana panjang. Tapi aku tak bisa bertopi untuk menutupi perban. Belum lagi, jeritan Diana yang berdiri tak jauh dari pintu lift bersama beberapa orang.
Dia langsung menyerbuku. Tak seperti kebanyakan orang yang mematuhi jarak yang kujaga, Diana mengabaikannya begitu saja.
"aku dengar ada kebakaran kecil di teras rumah. Tapi kenapa bos yang cidera? Kenapa keningnya? Kenapa jalannya nyeret gitu?"
Nah, dia tahu segalanya seperti biasa. Sementara semua karyawan lain yang tadinya pura-pura tak perduli sudah lupa untuk tak perduli sekarang. Terima kasih pada corong masjid yang dipakai Diana.
Aku mengangkat tanganku sebelum Diana kembali memberondong. Lalu melangkah lebih dulu ke ruanganku. Dengan mudah, Diana menyusul. Oh, dia malah membukakan pintuku dengan tak sabar agar aku masuk.
Pagi ini akan terasa sangat panjang sebelum aku benar-benar memulainya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Miss What (completed)
RomansaWHAT? Di umur 18 tahun, aku seorang master akuntansi lulusan universitas ternama Inggris. 2 tahun setelah itu, sekarang, aku seorang wanita karir dengan aktifitas yang serba teratur. Seperti, aku bangun dijam setengah 5 pagi dan jam 7 aku siap beran...