Chapter 44

1.7K 79 0
                                    

"kamu mau sarapan dulu?" Aku sudah sarapan.

"kamu mau ngopi dulu?" Aku sudah minum kopi.

"kamu mau jalan dulu?"

Kali ini aku berbalik sepenuhnya menghadap pria yang berjalan di sebelahku. Selain ini semua menghabiskan waktu, dia malah membuatku ingin melemparnya dengan sepatu.

"bisa kita selesaikan secepatnya?" aku punya begitu banyak hal yang mesti dikerjakan. Selain aku akan terlambat, aku juga harus mengundur jadwal rapat mingguanku, untuk pertama kalinya selama aku bekerja. Tapi cowok disampingku itu Cuma tertawa dan bilang kalau kami sudah sampai.

"what?" sampai?

"yups. Sampai." Dia menunjuk. "aku belum sarapan. Bisa nemenin aku sarapan dulu?" Lalu dia memberiku senyum manis. Sekarang aku berhenti sama sekali. menarik nafas panjang dan berbalik menghadapnya.

"Daniel. Aku kesini buat nyelesain surat tilang. Mau ngambil STNK aku yang kamu tahan. Bukan nemenin kamu sarapan." Dia membuatku tak bisa membawa jeepo keluar rumah. Aku juga mesti kemana-mana naik taxi. Dia ingin aku menemaninya sarapan?!

Dia melipat tangan di dada dan bersandar ke dinding kafetaria. Yang tak luput dari perhatianku adalah, semua yang ada didalam tempat makan itu melihat kesini. Ketempat kami berdiri. Kenapa mereka melihatku seperti itu?

"Jadica... anggap ini karena kamu udah gagal nelp aku waktu aku ngasih kesempatan." Dia kemudian menarikku kedalam kafetaria. Maksudku, menggenggam tanganku dan menarikku masuk.

Kali ini, penghuni kafetaria itu tak lagi pura-pura melihat tapi jelas-jelas melotot melihat aku yang diseret masuk. Apa polisi boleh melakukan ini?

"please, jangan tampar aku disini. Kasihan sama harga diri aku. Oke?" bisiknya tepat disampingku sambil memesan sarapan.

Argh! Apa dosaku?!

***

"hey. Hari ini lumayan. Kamu bisa gak cemberut? Aku lebih suka Jadica yang di Bali." Dia membuka pintu mobilnya saat menurunkanku di loby kantor.

Aku melipat tangan dan dengan keras kepala masih duduk diam di kursi penumpang. Cowok ini... dia membuatku berkeliling kesana kemari. Mengenalkanku pada semua orang. Mengulur waktu hingga makan siang kemudian baru mengantarku kembali ke kantor. Tanpa mengungkit tentang tilang menilang sama sekali!

Sama sekali tidak.

Aku bahkan merasa dia menyuruhku ke kantor polisi sama sekali tak ada tujuan yang berhubungan dengan tilang menilang.

"Jadica." Aku menengok dan dia tepat disampingku. Membuatku mundur. Dia mau apa? Daniel malah tertawa. Lalu mengambil tanganku dan meletakkan STNK ku yang ditahannya kemaren. "kamu emang paling cantik kalau marah. Entar sore, aku masih boleh jemput kamu pulang?"

Ah. Senyumnya memang manis. Tak bisa ditahan. Aku malah tertawa. Menggenggam STNK ku dan mendorongnya agar aku bisa turun.

"kamu tahu kantor aku dimana."

Setelah itu aku melangkah masuk lobby. Menahan malu saat Daniel berteriak kencang mengatakan 'yes.'

***

BRAAK!!!

"BOSSSSSS!!!!"

Jantungku nyaris berhenti mendadak. Sungguh. Aku akan mati karena serangan jantung karena Diana. Kenapa dia harus selalu masuk dengan membanting pintu?!

"sorry bos. Aku gak tahan." Setelah itu dia langsung maju hingga tepat di depanku. "BOS UDAH PUNYA PACAR?!"

Semua pernak pernik mejaku bukan saja bergeser tapi roboh kali ini. Entah kapan alasan Diana menggebrak masuk ruangananku ini sesuatu yang sangat penting. Maksudku, aku baru saja duduk dan menaruh tas. Bahkan belum menarik nafas kedua setelah masuk, dia sudah menerobos.

"Na. Kamu ngagetin aku." aku benar-benar kaget. Tapi asistenku itu ngotot tetap mempertahankan posisinya dan dari punggungnya aku bisa melihat semua gadis di lantaiku memasang telinga.

Dia bahkan tak menutup pintu.

"bos benaran punya pacar secakep itu?" dia terlihat begitu sumrigah.

What?

Akhirnya, inisiatif, aku bangun dan menutup pintu. Baru berbalik menghadap Diana. Dia terlihat begitu tak sabar. Dia mengharap aku mengatakan apa?

"berkas yang kamu pegang itu hasil rapat direksi yang kemaren kan? Ayo kita bahas itu." sambil mengatakannya, aku mengambil berkas itu dari pelukan Diana dan duduk di sofa. Dia mengikutiku.

"bos!" Aku memandanginya dari balik kacamata. "benaran pacaran?"

Ah. Asistenku satu ini.

***

The Journey of Miss What (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang