"oh."
3 orang di depanku itu berjejer rapi di ruang tamu. Begitu aku pulang—setelah berjuang berjalan pelan menuju parkiran—mereka melotot melihatku. Hany bahkan menjatuhkan kucing salah nama dari pangkuannya. Kucing itu melompat marah dan setelah mengeong kesal dia kabur ke ruang tengah. Meninggalkan mulut ketiga orang itu masih membentuk 'O' sempurna.
Hany yang pertama sadar dan melompat memelukku. Kenapa dia selalu memeluk? Anak ini benar-benar perlu di periksa. Dia obsesi memeluk. Pasti. Makas seperti biasa, aku mendorongnya setelah 3 detik. Terlalu lelah untuk mengulang postulat anti pelukku padanya. Toh, dia tak pernah mengerti.
"Jade. Kamu potong rambut?!" jeritnya dengan tangan masih terbuka bekas memelukku. Apa perlu kujawab? Dia bisa lihat sendiri.
"kenapa di potong sayang?" papa ikut berdiri dan mengacak rambutku. Aku mundur. Apa dipikirnya aku sudah memaafkannya begitu saja? Selama lututku masih biru, aku belum akan memberinya senyum. Dia perlu dibuat mengerti seperti Hany.
"tapi rambut pendek kamu tetap cantik Jade. Kayak barbie." Hany memekik riang. "iya kan pa? Kayak boneka?" Gilang yang sedang memperhatikanku itu hanya tersenyum pada Hany.
"kamu pergi ke salon dengan kaki begitu?" malah ini yang keluar dari mulut Gilang. Menurutnya aku bisa mengganti kaki sesuai selera. "sendiri?" apalagi pertanyaan ini.
Mata papa juga tiba-tiba terbuka. "benar. Kamu ke salon padahal jalan aja belum lurus. Sendiri?"
Aku mengabaikan mereka dengan berjalan segagah mungkin ke kamar. Kenapa semua orang sibuk dengan kakiku. Ini tak sesakit kelihatannya. Memang sakit tapi aku tetap bisa kemana-mana dan melakukan apapun seperti biasa. Hanya berjalan saja yang lebih lambat. Apalagi Gilang dan Peter yang mengikuti kemana-mana. Ini pasti hasil karya papa. Mereka memperlakukanku seperti anak kecil yang baru belajar berjalan.
Ohmpt!
Ada apa ini?! Tiba-tiba aku sudah tak menginjak lantai lagi dan kembali mendapati muka yang Gilang hanya beberapa centi dari mukaku. Kenapa dia menggendongku? Lagi.
"berapa berat kamu? Kenapa kayaknya sama kayak berat Hany?" dia gila?
Aku melipat tanganku didada dan melotot tajam padanya. "turunkan aku." Dia menggeleng. Aku berusaha melotot lebih tajam. Dia malah tertawa.
"kamu tahu. Muka kamu itu gak bisa dibikin serem." Dia benar gila. Lalu aku rasa dengan sengaja, dia melangkah naik tangga. Membuatku mengalungkan tangan dengan tiba-tiba ke lehernya. Apa-apan! Dia hampir menjatuhkanku!
"apa? Kamu mau jatuhin aku ditangga?" tanpa menjawab dia mengulum senyum melangkah naik tangga. Dimana papa? Apa dia terima aku digendong seperti ini? Sumpah. Aku merasa seperti anak umur 5 tahun. Apa ini. Ini sangat memalukan.
"lihat. Lebih cepat sampai kan?" dia menurunkanku di atas tempat tidur. Aku melipat tanganku didada dan membuang muka. Aku bisa sampai tanpa perlu digendong. Cepat atau lambat tak masalah. Dia tak perlu melakukan hal tak penting seperti itu. sama sekali tak penting.
Kemudian, bukannya langsung keluar, dia duduk disampingku. Terlalu disamping. Maka aku bergeser dan dia malah ikut bergeser. Aku kembali bergeser. Dia ikut bergeser. Aku kembali bergeser..
Tangan Gilang menangkap pinggangku sebelum aku terjun bebas dari atas ranjang dan menghantamkan pantatku ke lantai kayu.
Aku menyikutnya agar melepas tangan dari pinggangku. "kamu!"
Dia! Aku memberinya plototan tajam. Setajam yang aku bisa.
Dia malah tertawa. "Jadica... Jadica... gak usah begitu serius. Oke?" lalu menepuk rambutku dengan memajang mukanya tepat didepanku. "selamat malam."
Setelah itu dia keluar kamar.
Ya tuhan. Tidak.
Kenapa jantungku berdetak begitu kencang? Kenapa rasanya aku susah bernafas?
Tenangkan diri Jadica. tarik nafas. Keluarkan secara perlahan.
TIDAK.
Kenapa dia memandangku seperti itu?
kenapa dia tersenyum begitu?
Kenapa dia tertawa?
Kenapa dia menyebut namaku berulang-ulang?
Dan kenapa dia menyentuh rambutku?! Kenapa dia...
"Jade..."
"APA?!" Hany mencekik kucing salah nama karena terkejut mendengar sahutanku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey of Miss What (completed)
RomanceWHAT? Di umur 18 tahun, aku seorang master akuntansi lulusan universitas ternama Inggris. 2 tahun setelah itu, sekarang, aku seorang wanita karir dengan aktifitas yang serba teratur. Seperti, aku bangun dijam setengah 5 pagi dan jam 7 aku siap beran...