Keyla berjalan terburu-buru menuju kantornya. Sepanjang jalan dia terus mengomel dalam hati. Bagaimana tidak? Jalanan ditutup. Dia harus berjalan kaki dari persimpangan jalan menuju ke kantornya. Jaraknya pun lumayan, enam ratus meteran. Dia baru saja dari kos untuk mengambil buku agenda yang berisi catatan kerjanya.
Sesampainya di depan kantor, dia semakin terkejut melihat ada banyak polisi di sekitar kantornya. "Kenapa ini, Pak?" tanya Keyla pada satpam kantor.
"Ada simulasi mengatasi demo, Neng," jawab Pak Agus, satpam kantor.
"Ohh.... pantesan rame, jalanan ditutup. Demo apa, Pak?" tanya Keyla lagi. Dia memperhatikan keadaan di sekitarnya. Ada polisi yang memakai baju seragam coklat, ada yang hitam-hitam, banyak juga yang memakai pakaian sipil.
"Nggak tau, Neng..."
"Pengamanan Pilkada."
Keyla menolehkan kepalanya ke sumber suara dan melihat seorang pria yang lumayan tampan. Eh, ralat. Sangat, sangat tampan dan ehmm... gagah!!!
Tubuhnya tinggi besar dengan dada yang bidang. Dia mengenakan hem putih panjang yang lengannya digulung sampai siku. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. Terlihat jelas dia memiliki tubuh yang tegap. "Pasti polisi. Ganteng bangettttt..." kata Keyla dalam hati.
"Simulasi pengamanan Pilkada," jelas orang itu sekali lagi setelah melihat Keyla hanya diam menatapnya.
"Ohh... polisi ya yang ngadain?" tanya Keyla sok akrab. Dia berjalan mendekati polisi itu.
"Gabungan. Polda dan Brimob."
"Ohhh... gitu. Bedain yang mana Polda mana Brimob gimana, Mas?" tanya Keyla bingung sembari memperhatikan kerumunan polisi di hadapannya.
"Itu Pasukan Huru Hara (PHH) dari Polda. Sedangkan yang itu Pasukan Anti Anarkis (PAA) dari Brimob," jawab polisi itu sambil menunjuk masing-masing pasukan dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya masih di dalam saku celana. Setelah selesai dia kembali memasukkan tangannya ke saku celana.
"Keren-keren yaa.. Pakai baju hitam-hitam gitu. Bawa senjata pula." Keyla menatap kagum pada PAA. "Mas, bisa tolong pegangi sebentar?" pinta Keyla sambil menyodorkan map yang dibawanya.
"Boleh." Polisi itu mengangguk dan mengeluarkan tangannya dari saku celana. Dia mengambil map milik Keyla, lalu memperhatikan gadis itu mengambil jepit rambut dari tasnya.
Keyla menggelung rambutnya asal ke atas, membuat beberapa helai rambutnya lepas dan terjuntai di samping pipinya. "Makasih ya, Mas." Keyla mengambil kembali mapnya dengan tersenyum.
Si polisi hanya mengangguk dan ikut tersenyum. Dia kembali memperhatikan simulasi di hadapannya.
Ponsel Keyla berbunyi. Dia kembali membuka tasnya namun agak kesusahan.
"Sini, saya pegangkan lagi." Mas Polisi kembali menawarkan bantuannya.
"Makasih,ya." Keyla menyerahkan mapnya lalu mengambil ponsel dari tasnya. "Halo."
"Lo di mana, Key. Dicari Kak Ryan tuh," terdengar suara Shifa teman satu ruangannya.
"Iya, ini sudah di depan kantor. Sebentar gue naik."
"Ya sudah, cepetan."
Keyla menutup telepon dan mengambil kembali mapnya. "Makasih ya Mas. Saya masuk dulu."
"Kerja di sini?" tanya polisi itu sambil menunjuk ke kantor Keyla.
"Iya. Sekali lagi makasih ya, Mas." Keyla kembali tersenyum.
Setelah pria itu mengangguk, Keyla setengah berlari menuju kantornya. Sedangkan polisi tadi masih terus menatap Keyla.
Sesampainya di ruangan, Keyla langsung ke meja kerjanya. Tidak dihiraukannya teman-temannya yang sedang berkumpul di salah satu meja.
"Ada buku agenda lo, Key?" tanya Shifa, teman satu ruangannya yang paling senior di antara mereka bertiga. Dia, Shifa dan Lisa.
"Ada. Ketinggalan di meja tamu. Eh... kalian nggak nonton simulasi di bawah?" Keyla duduk di kursi kerjanya lalu mengambil kertas bekas dan mengipasi wajahnya.
"Gimana mau nonton, kalo Pak Bos jadi satpam di bawah," jawab Lisa sambil kembali ke mejanya.
"Pak Bos?" tanya Keyla bingung.
"Iya. Pak Bos kita. Kan baru datang tadi pagi dari Singapura. Lo belum pernah ketemu ya, Key? Pak bos kan kemarin sebulanan di Singapura," jawab Shifa yang juga kembali duduk di kursi kerjanya.
Keyla hanya menggelengkan kepalanya.
"Hati-hati loh, Key, kalo ketemu dia," lanjut Lisa.
"Emang kenapa?" Keyla menatap serius Lisa.
"Cakepnya... kebangetan. Hahahaha..." lanjut Lisa lagi.
"Paling cakep dah kalo di kantor kita," sahut Shifa.
"Jiahh... kirain apa. Emang seberapa cakepnya sih? Tadi gue ketemu polisi cakep di bawah, biasa aja. Kalo kalian yang lihat, pasti pada heboh. Nggak mau masuk kantor." Keyla mencibir seraya terus mengipasi wajahnya.
"Yah... ini anak, pakai nggak percaya lagi. Ntar kalo kita ada meeting, lo liat baik-baik ya," ujar Shifa kesal.
"Iya... deh iya," jawab Keyla setengah terpaksa. Dari pada teman-temannya terus ribut.
Telepon di meja Keyla berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Keyla
RomanceSUDAH TERBIT SP HANYA DIPUBLISH ULANG SAMPAI TGL 10 OKTOBER 2017 (MAAF, TIDAK SEMPAT MEREVISI SEMUA) VERSI CETAK ADA 4 BAB TAMBAHAN Keyla dan Rico saling mencintai diam-diam selama empat tahun. Keduanya yakin bahwa cinta mereka bersambut, namun tida...