Bab 1

9.5K 470 63
                                    


"Baik, Mbak, terima kasih," ucap Keyla dengan senyum lebar menghiasi pipinya. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Dia mengakhiri teleponnya lalu melompat-lompat di dalam kamar. "Yes! Yes! Yeesss!!!!" teriaknya.

Setelah sempat merasa frustrasi, akhirnya Keyla bisa bernapas lega. Dia baru saja mendapat telepon kalau dia diterima bekerja di Narendra Architeam. Sebuah perusahaan arsitektur, tempat impiannya bekerja.

"Ah, mimpi apa gue semalam. Bisa dapat dua kabar gembira sekaligus kaya gini." Keyla memasuki kamar mandi dengan langkah riang. "Tadi Kak Rico telepon kalau lagi antre bagasi. Sekarang dapat kabar kalau gue diterima kerja. Aahhhh!!!! Masih nggak percaya!!!!!!!" serunya antusias pada diri sendiri. Dia pun bergegas membuka keran shower dan mandi. Dia harus segera bersiap karena sebentar lagi Rico akan datang.

Selesai sarapan dan bersiap di kamarnya yang berada di lantai dua, Keyla menuruni anak tangga dengan senyum yang terus mengembang. Dia memutuskan menunggu Rico di teras rumah yang dihuni Ibu Wijaya dan Rico, anaknya.

Sudah empat tahun Keyla kos di rumah Rico. Selama ini Rico dan Ibunya sangat baik padanya. Sejak pertama bertemu, Keyla sudah jatuh cinta pada Rico. Ditambah dengan kebaikan dan perhatian dari Rico, membuatnya semakin terpesona pada pria baik hati itu.

Keyla pun yakin, Rico memiliki perasaan yang sama dengannya. Buktinya selama ini Rico selalu peduli dan perhatian padanya. Rico memang baik pada semua anak kos. Tetapi cuma dia yang diantar Rico ke sana kemari jika ada keperluan. Bahkan sesekali Rico mengantarnya kuliah.
Keyla baru saja duduk di kursi teras ketika sebuah taksi memasuki halaman kos. "Pasti Kak Rico." Senyum manis mengembang di wajahnya.

Tidak lama kemudian, Rico keluar dari taksi dan tersenyum lembut pada Keyla. Dia berjalan ke belakang taksi untuk mengambil barang bawaannya. Dibantu sopir taksi, dia mengeluarkan koper dan sebuah tas jinjingan.

Rico berjalan menuju teras dan menghampiri ibunya yang baru saja keluar. "Assalamualaikum...." Rico mencium tangan ibunya.

"Waalaikumsalam," jawab Ibu Wijaya. "Kok sudah pulang Ric?" tanya Ibu Wijaya heran.

"Iya, Bu. Pekerjaannya selesai lebih cepat. Jadi sudah bisa pulang," jawab Rico sambil meletakkan kopernya di dekat pintu masuk. Dia kembali tersenyum pada Keyla dan ikut duduk di kursi teras di sebelah gadis itu. Tas jinjingan yang dibawanya, diletakkan di atas meja yang ada di hadapannya.

"Jadi semua teman-temanmu juga sudah pulang?" tanya Bu Wijaya lagi yang ikut duduk di kursi teras. Dia berseberangan dengan Rico.

"Belum. Mereka masih mau jalan-jalan. Kayanya pada mau ke Malang."

"Lah kamu kok nggak ikut jalan-jalan?" tanya Bu Wijaya kembali heran.

"Malas, Bu. Lagian sudah kangen Ibu," jawab Rico seraya tersenyum.

"Halah... gayamu! Kangen Ibu apa kangen yang lain?" goda Ibu Wijaya sambil melirik Keyla yang menunduk memainkan ponsel. Wajah gadis itu tampak memerah. "Ya sudah Ibu masuk dulu," lanjut Bu Wijaya tersenyum.

Rico ikut tersenyum. "Ini, Bu, lapis legit dan lapis Surabaya pesanan Ibu." Dia mengambil tas jinjingan dan menyerahkannya pada Ibu Wijaya yang sudah berdiri.

"Wah ingat juga kamu." Bu Wijaya berjalan ke dalam rumah.

"Sudah dapat telepon dari NA, Key?" tanya Rico sambil menatap Keyla.

Keyla yang dari tadi menunggu pertanyaan itu pun langsung menjawab. "Sudah, Kak. Keyla diterima. Lusa sudah mulai kerja," jawabnya antusias. Senyum lebar menghiasi pipinya.

"Bener kan kubilang. Gitu aja pakai galau segala." Rico mengacak rambut Keyla.

"Habis kan, saingannya ketat, Kak," rajuk Keyla manja.

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang