Bab 11

3.3K 315 71
                                    

Keyla baru selesai sholat tahajud ketika samar didengarnya suara ribut-ribut di lantai bawah. Dengan perlahan dan mengendap-endap dia berjalan keluar kamarnya.

Sebenarnya dia juga takut, tetapi ketika dia sudah berada di luar kamarnya, sayup-sayup dia mendengar suara wanita memanggil Rendra. Semakin dia mendekati tangga, suaranya semakin terdengar jelas.

"Sepertinya Bu Rahmi." Keyla mempercepat langkahnya menuruni anak tangga. "Ada apa, Bu?" tanya Keyla begitu tiba di depan kamar Rendra.

"Aduh non Keyla, gimana ini? Saya dapat telepon, anak saya mau melahirkan. Padahal mestinya akhir bulan ini melahirkannya. Ini saya banguni Mas Rendra, tapi nggak bangun-bangun." Bu Rahmi, asisten rumah tangga yang biasa menjaga vila bersama suaminya bercerita dengan panik.

"Bentar, Bu." Keyla kembali mengetuk pintu kamar Rendra, tetapi tetap tidak ada sahutan. "Ini orang tidur apa pingsan, sih?" omel Keyla. Akhirnya Keyla menggedor kamar Rendra.

"Iya, ada apa, sih?" terdengar suara serak Rendra. Tidak lama pintu pun terbuka. Rendra terpana. Dia tidak salah lihat kan? Mau apa Keyla mengetuk pintu kamarnya jam begini? Jangan bilang Keyla....

"Pak, anaknya Bu Rahmi mau lahiran." Suara Keyla menyadarkan Rendra.

"Hah! Siapa mau melahirkan?" Rendra belum sadar benar.

"Anak saya, Mas." Rendra menoleh ke arah Bu Rahmi.

"Oh, Putri, Bu?" tanya Rendra yang sudah sadar sepenuhnya. Dia mengusap-usap wajahnya

"Iya, Mas. Kalo boleh saya mau minta izin temani Putri di rumah sakit. Kasihan dia, suaminya lagi tugas ke Kalimantan," mohon Bu Rahmi dengan wajah memelas.

"Oh ya sudah, nggak pa pa. Ibu ke rumah sakit aja." Rendra memberikan izinnya. "Tapi Ibu naik apa ke sana?"

"Sama Bapak, Mas. Naik motor aja. Biar cepat. Tapi gimana makannya anak-anak, Mas?"

"Sudah. Ibu nggak usah pikirin. Biar saya nanti yang masak," sela Keyla.

"Nak Keyla bisa masak?"

"Bisa, Bu. Ibu berangkat aja. Nggak usah khawatirkan kami."

"Mau saya antar, Bu?" tanya Rendra.

"Nggak usah, Mas. Tambah lama nanti sampainya. Kalau Putri sudah melahirkan, saya usahakan secepatnya kembali kesini. Nanti biar adiknya yang nunggui di rumah sakit."

"Iya, Bu. Ibu tenang aja."

"Saya tinggal dulu, ya. Assalamualaikum," pamit Bu Rahmi.

"Waalaikumsalam," jawab Rendra dan Keyla bersamaan.

"Mau ke mana, Key?" tanya Rendra ketika melihat Keyla berjalan menjauhinya.

"Ke dapur," jawab Keyla tanpa menoleh.

Rendra mengikuti Keyla dan mengambil air minum. Sedangkan Keyla memperhatikan isi kulkas. Dapur tampak sedikit berantakan. Di meja yang berbentuk persegi, tampak bawang yang sebagian sudah dikupas. Sepertinya Bu Rahmi akan membuat nasi goreng untuk sarapan.

"Kamu mau masak sekarang?" tanya Rendra yang masih berdiri di dekat dispenser.

"Iyalah, Pak. Masak untuk delapan belas orang tuh nggak sebentar," jawab Keyla sambil menaruh dandang di atas kompor. Bu Rahmi sudah menanak nasi. Tetapi belum dinaikkan ke dandang.

"Kok kamu sudah bangun, Key?" Rendra memperhatikan Keyla yang terus bergerak.

"Tadi habis sholat tahajud, dengar suara Bu Rahmi. Makanya saya turun."

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang