Bab 43

4.4K 328 128
                                    

"Yang, ikut ya ke kantornya Pak Brata? Tapi kita mampir dulu ke NA ambil dokumen," ajak Rendra begitu mereka selesai sarapan.

Saat ini mereka masih berada di rumah Anita. Ya, semalam mereka menginap karena paksaan Anita. Rendra yang sempat menolak dengan alasan Keyla tidak membawa baju, tidak bisa apa-apa karena ternyata ada baju Keyla yang tertinggal saat menginap dulu.

Apalagi Keyla juga tidak mempermasalahkan. Dan hasilnya dia tidak bisa "macam-macam" karena Keyla nyaris dikuasai mamanya. Dan sepertinya mamanya sengaja ingin membalas Rendra yang sudah mengerjainya.

"Pak Brata Citra Land?"

"Iya. Dua bulan yang lalu beliau minta dibuatkan desain untuk perumahan barunya. Aku sama Ryan yang pegang. Tapi nggak enak kalau Ryan yang maju. Beliau klien tetap. Makanya kita ke sana sebentar. Nggak pa pa kan? Cuma menyerahkan desain yang sudah diubah aja kok."

"Nggak pa pa. Ya udah habis cuci piring, aku siap-siap." Keyla berdiri lalu menumpuk piring kotor miliknya dan milik Rendra.

"Aku aja yang cuci piring. Kamu siap-siap gih." Rendra mengambil alih piring kotor dari tangan Keyla. Lalu berjalan ke tempat cuci piring.

"Pagi, Mas... Pagi, Mbak...." sapa Ita yang baru tiba di meja makan lalu meminum susunya.

"Tumben pake acara bilang selamat pagi," sahut Rendra yang mulai mencuci piringnya.

"Pagi Ita, mau berangkat sekolah?" tanya Keyla yang tidak jadi berjalan ke arah kamar. "Kamu kaya anak TK aja, pagi-pagi minum susu. Trus bawa bekal lagi ke sekolah." Keyla tersenyum menatap Ita.

Ita menyelesaikan minum susunya. "Kalau urusan minum susu, tu yang wajib'in." Ita menunjuk Rendra. "Dari pada Ita nggak dapat uang saku, ya udah minum aja. Kalo urusan bekal, Ita nggak bisa minum susu sekaligus sarapan. Lagian biar irit juga di sekolah."

"Siapa suruh punya badan kurus begitu. Kaya nggak dikasih makan aja," sahut Rendra.

Ita menoleh ke arah Rendra. "Mas Rendra aja yang nggak teliti lihatnya. Badan seksi begini." Ita kembali menatap Keyla. "Eh Mbak, kok nggak keramas?" Ita memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas. "Biasa pengantin baru kerjaannya tiap pagi keramas. Nggak bisa ngapa-ngapain ya semalam? Idih kasian..." Ita menatap Keyla dengan wajah menggoda.

"Aduh." Ita menoleh ke belakang. "Mas mah, suka betul jitak-jitak kepala Ita. Nggak boleh Mas, ntar Ita jadi nggak cerdas kan repot." Ita mengusap-usap kepalanya dengan wajah merengut.

"Makanya punya mulut jangan kepintaran. Sudah sana berangkat, bikin ribut aja pagi-pagi," omel Rendra. "Ayo Key, mending kita ke kamar." Rendra menghampiri Keyla yang tertawa melihat Ita.

"Gitu aja marah. Emosi tu emosi semalam nggak bisa ngapa-ngapain." Dan Ita langsung kabur menuju ruang tamu sambil tertawa ketika melihat Rendra berhenti melangkah.

"Kenapa nggak besok aja ke sananya Mas? Kan besok kita sudah masuk kantor," tanya Keyla sambil menahan tawanya melihat kelakuan Ita dan Rendra. Mereka masuk ke dalam kamar.

"Pak Brata besok ke Malaysia. Jadi harus hari ini ke sana. Kalau nggak, bisa mundur lagi proyeknya. Ini aja sudah berapa kali desainnya minta diubah."

"Ohh..." Keyla langsung menuju lemari menyiapkan pakaian untuk Rendra dan dirinya.

Rendra mengambil pakaiannya dari tangan Keyla. "Tapi nanti kita nggak masuk ke kantor ya? Biar Ryan yang keluar." Rendra mengganti pakaiannya

"Iya," jawab Keyla sambil mengalihkan pandangannya. Dia mengambil pakaiannya dan hendak beranjak menuju ke kamar mandi.

"Kamu mau ke mana, Yang?" tanya Rendra yang sudah tersenyum melihat kelakuan istrinya yang masih malu-malu.

"Ke kamar mandi."

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang