Bab 49

4.2K 349 151
                                    

"Waktunya pulang," ucap Rendra sambil memasuki kamar rawat inap Keyla. Dia baru selesai membawa semua perlengkapan Keyla selama di rumah sakit ke mobil. Dan dia kembali dengan mendorong sebuah kursi roda.

Keyla memang sudah boleh pulang, tapi dia masih belum boleh banyak bergerak. Untuk sementara dia masih harus bedrest di rumah.

"Nggak usah pakai kursi roda kali, Mas," ucap Keyla yang masih duduk di pinggir ranjang.

"Sudah, nggak usah ngebantah, Key, itu Dokter yang suruh," sela Anita sambil membantu Keyla berdiri dan duduk di kursi roda.

"Tuh dengerin apa kata Mama," tambah Rendra lagi. Dia menahan kursi roda agar Keyla lebih mudah duduk.

"Sebentar, Mama mau bicara dulu sama kalian."

Rendra yang hendak mendorong kursi roda pun mengurungkan niatnya. "Kenapa Ma?"

"Untuk sementara, Mama sama Ita mau tinggal sama kalian. Boleh?"

"Mama mau tinggal sama kami?" tanya Rendra tak percaya.

"Kenapa? Nggak boleh?" Anita balik bertanya pada Rendra sambil menaikkan kedua alisnya.

"Kok nggak boleh sih Ma, Keyla malah senang, ada temannya. Mas Rendra juga pasti senang. Iya kan Mas?" Keyla menengadahkan kepalanya menatap Rendra.

"Iya Sayang." Rendra tersenyum sambil mengusap rambut Keyla, lalu dia kembali menatap Anita. "Mama serius mau tinggal sama kami? Biasanya Mama nggak pernah mau kalau Rendra ajak."

"Kalau Mama nggak tinggal sama kalian, Keyla gimana? Siapa yang perhatikan dia selama kamu kerja? Mama nggak mau dia masuk rumah sakit lagi."

Mendengar ucapan Anita, tiba-tiba Keyla menangis.

"Loh, kamu kenapa nangis Key?" tanya Anita bingung. Dia langsung membungkukkan tubuhnya di hadapan Keyla, menghapus air matanya.

"Makasih ya Ma. Mama baik banget sama Keyla." Keyla memeluk mama mertuanya.

Rendra menengadahkan kepalanya. Entahlah, dia bingung harus bagaimana. Semenjak hamil, Keyla sangat sensitif. Dua hari yang lalu, Rendra memergoki Keyla sedang menangis karena menonton berita di telivisi. Ternyata Keyla menangis karena melihat seorang nenek-nenek korban banjir yang tinggal sendiri, diangkat oleh petugas untuk diungsikan. Semenjak itu Rendra mewanti-wanti mamanya dan Ita untuk mengawasi apa yang ditonton Keyla.

***

"Key, makan dulu ya..." Anita membawakan makan malam ke kamar Keyla.

"Mas Rendra belum pulang Ma?" tanya Keyla sambil menatap malas makanan yang dibawa mama mertuanya. Dia langsung menutup hidungnya.

"Belum. Mungkin sebentar lagi." Anita memberikan kulit jeruk untuk dihirup Keyla. Hanya dengan cara itu Keyla bisa makan. Itu pun hanya sedikit.

"Kenapa Mama yang bawakan makan malam Keyla. Ita sama Bik Darmi mana Ma?" Keyla meletakkan kulit jeruk itu di bawah hidungnya dan menghirup aromanya.

"Kalau Bi Darmi sama Ita yang bawakan kamu makan malam, kamu mau langsung makan?"

Keyla nyengir mendengar ucapan mama mertuanya. Hanya dua orang yang tidak bisa dibantahnya kalau sudah menyuruhnya makan. Rendra dan Anita. Kalau Ita dan Bik Darmi tidak akan pernah berani memaksa Keyla makan. GALAKAN yang disuruh dari pada yang menyuruh.

Anita tidak pernah memaksa Keyla makan, tapi dia akan langsung menyuapi Keyla. Membuat Keyla tidak akan bisa menolak keinginan mama mertuanya. Jangan sampai Keyla dipecat jadi menantu. Kan nggak lucu.

Selama Rendra di luar rumah, Anita yang bertanggung jawab untuk urusan makan Keyla. Tapi Rendra juga selalu berusaha menemani Keyla. Selagi masih bisa, dia lebih memilih membawa pulang pekerjaannya.

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang