Bab 25

2.9K 259 88
                                    


Keyla duduk bersandar di dinding kamarnya. Dia baru selesai sholat subuh. Pikirannya menerawang, memikirkan apa yang sebaiknya dilakukannya. Biasanya setiap menangis, selalu ada Rendra yang menemaninya, menenangkannya. Apa dia harus menceritakan semua pada Rendra? Tetapi bagaimana reaksi Rendra jika mengetahui Rico sangat mencintainya? Apa dia masih mengizinkan Keyla dekat dengan Rico? Memikirkan itu semua membuat Keyla kembali menangis. Dia memeluk kakinya dan meletakkan kepalanya di atas lutut. "Pak... apa yang harus aku lakukan?" lirihnya di sela isak tangisnya. 

Hampir satu jam Keyla menangis. Setelah lebih tenang, dia membasuh wajahnya dan memutuskan menemui Bu Wijaya. Dia ingin menanyakan  di mana Rico dirawat.

Keyla keluar kamar menuju lantai bawah. Karena pintu rumah terbuka, dia langsung masuk dan menemukan Bu Wijaya sedang berada di dapur.

"Bu…," panggil Keyla lemah.

Bu Wijaya menoleh dan langsung meneteskan air mata melihat keadaan Keyla. Mata gadis itu bengkak, menandakan dia menangis semalaman. Bu Wijaya menghampiri Keyla dan memeluknya.

"Di mana Kak Rico, Bu?" tanya Keyla lirih.

"Nanti kita sama-sama ke rumah sakit ya...." Bu Wijaya menghapus air matanya, lalu mendudukkan Keyla di salah satu kursi makan. Dia sendiri duduk di hadapan Keyla.

"Keyla, kita harus kuat. Kita harus kasih semangat ke Rico. Bujuk dia biar mau operasi. Kamu bisa, kan?" Bu Wijaya kembali menghapus air matanya yang masih tidak berhenti keluar.

Keyla mengangguk. "Iya, Bu. Keyla usahakan," suara Keyla bergetar.

"Sekarang kamu sarapan dulu ya. Terus mandi, siap-siap, kita ke rumah sakit. Ingat kamu harus tegar." Ibu Wijaya berdiri menyiapkan sarapan untuk Keyla. Tidak lama kemudian dia meletakkan sepiring mie goreng ke hadapan Keyla.

Keyla menyantap sarapannya dengan tidak semangat. Tetapi Bu Wijaya benar, dia harus tegar. Bila tidak, bagaimana dia bisa membujuk Rico agar mau dioperasi.

Setelah bersiap-siap mereka segera menuju rumah sakit tempat Rico dirawat menggunakan taksi. Sesampainya di sana, Keyla memasuki kamar Rico dengan tubuh gemetaran. Sebenarnya dia tidak siap bertemu Rico sekarang. Jika bisa memilih, dia akan memilih menenangkan diri terlebih dahulu. Ini semua terlalu mengejutkan untuk dirinya.

Rico sedang berbaring dengan infus ditangannya ketika mendengar ada yang masuk ke kamarnya. Rico berusaha untuk duduk. "Mungkin Ibu."

Rico tersenyum ketika melihat ibunya, tetapi senyum itu langsung menghilang ketika dilihatnya Keyla berada di belakang ibunya. "Keyla," lirihnya. Bisa dilihatnya mata Keyla yang sedikit bengkak dan sembab.

Pertahanan Keyla runtuh seketika. Tubuh Rico lebih kurus sekarang, wajahnya juga pucat. Perlahan Keyla menghampiri Rico lalu duduk di kursi di samping ranjang Rico. Keyla hanya diam memandangi pria yang ternyata sangat mencintainya. Tubuhnya bergetar. Sedangkan Rico membuang pandangannya ke luar jendela.

"Kenapa Kakak sembunyikan ini dari aku?" tanya Keyla terisak.

Melihat Rico tetap diam menatap keluar jendela, Keyla mengguncang tangan Rico. "Kak. Kak Rico...."  Isak tangis Keyla semakin menjadi.

"Aku nggak pa pa, Key. Aku pasti sembuh," jawab Rico tercekat tanpa menoleh.  Hatinya terasa perih melihat Keyla kembali menangis karena dirinya. Sebisa mungkin dia mengatur suaranya agar terdengar normal. 

"Kalau Kakak mau sembuh, ikuti kata Dokter, Kak. Kakak harus mau operasi."

"Aku belum siap, Key. Aku belum siap. Bagaimana kalau gagal?" Rico tetap tidak mau menatap Keyla.

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang