Bab 23

3K 290 124
                                    

"Key, ke ruanganku ya...," pinta Rendra melalui interkom.

"Ada apa, Pak? Aku lagi sibuk ini," tanya Keyla pelan. Dia menjepit gagang telepon di antara telinga dan bahunya. Matanya masih fokus menatap layar laptop, sedangkan jarinya bergerak lincah di atas keyboard laptop.

"Kesini dulu!"

"Pak... Senin aku meeting sama klien. Aku harus selesaikan desainku hari ini." Keyla masih memelankan suaranya. Dia tidak ingin teman-temannya mendengar suaranya.

"Ok. Tapi setengah jam lagi kesini!"

"Kalau sudah selesai ya, Pak." Keyla sudah hendak menutup teleponnya. Tapi terdengar lagi suara Rendra.

"Kalau kamu nggak kesini juga, aku yang ke sana." Telepon ditutup, Keyla menghela napas.

Semenjak mereka resmi pacaran, Rendra memang sering menyuruh Keyla ke ruangannya. Terkadang Keyla sampai harus bekerja di sana. Sepertinya Rendra ingin semua orang di kantor tahu kalau mereka sepasang kekasih.

Keyla masih fokus dengan desainnya ketika tiba-tiba ada yang memutar kursi dan menarik tangannya. Dilihatnya Lisa dan Shifa bengong melihat dia ditarik Rendra.

"Pak, Bapak ngapain? Kita lagi di kantor," protes Keyla dengan suara tertahan. Dia melihat semua mata tertuju pada mereka berdua.

"Siapa suruh kamu nggak mau datang. Kepalaku sudah pusing. Kamu malah ngebantah terus," ketus Rendra sambil terus menarik Keyla ke ruangannya.

Keyla merengut. "Terus kalau desainku nggak selesai, gimana? Senin aku meeting, Pak. Aku sudah kebanyakan santai gara-gara Bapak," ucap Keyla setengah kesal.

"Kamu satu tim sama siapa besok?" tanya Rendra sambil membuka pintu ruangannya.

"Mbak Titik." Keyla tersenyum malu pada Vetty yang berusaha menahan tawanya melihat Keyla.

"Kalau gitu suruh Mba Titik yang selesaikan."

"Pak! Bapak mau aku jadi bahan ejekan orang satu kantor? Aku sudah kerja sungguh-sungguh aja masih digosipin macam-macam. Apalagi kalau seenaknya?" suara Keyla terdengar lebih keras. Selain kesal, toh mereka sudah berada di ruangan Rendra. Tidak akan ada yang mendengar suaranya selain dia dan Rendra.

Rendra tertawa. "Iya juga ya. Hehehe... maaf deh."

"Memangnya mau ngapain sih?"

"Sini duduk."  Rendra menyuruh Keyla duduk di ujung sofa panjang, lalu dia sendiri meletakkan kepalanya di pangkuan Keyla dengan wajah menghadap ke perut Keyla. "Aku mau tidur sebentar. Kepalaku sakit."

Keyla tercengang. "Bapak nyuruh aku nungguin Bapak tidur?" tanyanya tak percaya. Dia menatap Rendra yang memejamkan mata.

"Sudah, Key. Nggak usah ribut. Kepalaku sudah sakit ini."

Keyla berubah tersenyum dan membelai lembut rambut kekasihnya. Dia tidak menyangka, setelah berpacaran Rendra akan seperhatian dan semanja ini. Setiap hari Rendra akan menjemput dan mengantarnya pulang. Mereka juga selalu makan malam bersama. Setiap tidak ada meeting, Rendra akan lebih sering menyuruh ke ruangannya, walaupun setelah itu mereka akan sibuk mengerjakan pekerjaan masing-masing.

Setelah beberapa saat, Keyla mendengar suara pintu dibuka. "Ups, sorry." Vetty yang tampak terkejut hendak keluar lagi.

"Vet, Vetty.... "Keyla memanggil dengan suara tertahan.

Vetty berbalik dan menatap Keyla. "Apa?" tanyanya dengan suara nyaris tak terdengar.

"Ada bantal nggak?" suara Keyla pun tak kalah pelan.

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang