Bab 28

3K 274 45
                                    

Keyla menemani Bu Wijaya di kamar rawat inap Rico, mereka saling menguatkan. Keyla tersenyum menatap Rico. Dia sudah berjanji tidak akan menangis di depan Rico. Rico sendiri sudah siap dibawa ke ruang operasi.

Pukul 7.45 Rico dibawa ke ruang operasi. Bu Wijaya dan Keyla ikut menggiring tempat tidur Rico hingga di depan ruang operasi. Bu Wijaya mencium kening Rico. Memintanya untuk sabar dan tabah. Keyla sendiri menggenggam tangan Rico. Berusaha memberi kekuatan. "Kakak pasti sembuh. Doa Keyla selalu bersama Kakak." Rico tersenyum mendengar ucapan orang yang sangat dicintainya itu.  

Brankar Rico akan didorong memasuki ruang operasi. Tiba-tiba terdengar suara Rico. "Tunggu." Keyla dan Ibu Wijaya saling bertatapan. "Keyla...," panggil Rico perlahan.
Keyla maju mendekati Rico.

Rico mengambil tangan Keyla, menggenggamnya erat. Dia menatap Keyla dengan tatapan teduh. "Setiap orang, pernah melakukan kesalahan. Setiap orang, berhak mendapatkan kesempatan kedua. Yang terpenting bukanlah masa lalu. Tapi, masa sekarang dan masa nanti. Berbahagialah Keyla..." Perlahan Rico melepas pegangannya lalu tersenyum pada Keyla. Membuat pertahanan gadis itu runtuh. Matanya berkaca-kaca. Tidak! Dia tidak boleh menangis. Hingga pintu ruang operasi itu tertutup dan Keyla terduduk di tempat dia berdiri.

Ibu Wijaya membantu Keyla berdiri. Mereka saling berpelukan, air mata membasahi wajah keduanya.

Setelah hampir 8 jam, akhirnya pintu ruang operasi terbuka. Perawat tergesa-gesa membawa Rico menuju ruang ICU. Membuat hati Keyla berdebar-debar tak karuan. Bagaimana keadaan Kak Rico? Apakah operasinya berjalan lancar?

Keyla dan Ibu Wijaya segera mengikuti Rico ke ruang ICU. Tapi mereka masih belum diperbolehkan masuk. Mereka menunggu di depan ruangan ICU. 

Keyla menunggu dengan gelisah. Sebentar lagi dia harus ke bandara. "Pergilah Nak. Nanti Ibu akan kabari kamu. Kita juga belum tahu, kapan Rico akan siuman." Ibu Wijaya mengelus kepala Keyla.

"Tapi Bu, Ibu di sini  sendirian." Keyla menatap cemas Ibu Wijaya.

"Nggak pa pa Nak. Besok juga Ibu sendirian di sini. Sudah kamu berangkat aja. Nanti kamu malah ketinggalan pesawat."

"Janji ya Bu, segera kabari Keyla."

"Insya Allah. Nanti segera Ibu kabari." ucap ibu Wijaya sambil tersenyum.

"Keyla pergi dulu Bu... assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warohmatullah..."  Ibu Wijaya menatap kepergian Keyla dengan sedih. 

Dengan berat hati, akhirnya Keyla pergi menuju ke bandara. Dia berjalan ke ruang rawat Rico sebelum operasi untuk mengambil kopernya sambil menelepon taksi langganannya. Tidak lama kemudian taksi itu sudah berhenti di depan rumah sakit.

Sepanjang perjalanan menuju bandara, Keyla hanya memikirkan perkataan Rico. Keyla tahu dia salah dengan pergi diam-diam. Tapi dia juga tidak sanggup untuk bertanya pada Rendra. 

Keyla memasuki Garuda Executive Lounge dengan langkah gontai. Tubuhnya terasa bergetar karena sedari pagi tidak kemasukan apa pun.

Keyla memilih duduk di salah satu sudut ruangan. Air mata yang ditahannya semenjak di rumah sakit tadi sudah nyaris tumpah. Dan dia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Bahkan dia duduk menghadap ke arah dinding.

Keyla mengambil handphonenya yang sudah dalam mode pesawat, lalu membuka menu galeri. Air mata yang sudah mulai turun, semakin deras melihat foto-foto kebersamaannya bersama Rendra. Ternyata seberat ini meninggalkan Rendra. "Maaf Pak.. maaf..." ucapnya dalam hati. Keyla menutup mulutnya, menahan agar isakannya tidak keluar.

Keyla mengangkat kepalanya ketika mendengar panggilan penumpang agar segera memasuki pesawat. Hatinya gamang. Bisakah dia benar-benar melepas Rendra? Selama ini dia masih bisa tersenyum karena hampir setiap hari dia masih bertemu Rendra.

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang