Bab 15

3.3K 336 83
                                    

Akhirnya Rendra memutuskan membawa Keyla ke rumah mamanya. Paling tidak, dia tidak akan berdua saja dengan Keyla. Rendra pun melajukan mobilnya ke arah rumah Anita.   

Rendra membuka pintu pagar yang tidak dikunci.  "Assalamualaikum." Rendra mengetuk pintu rumah Mamanya.

"Waalaikumsalam," terdengar suara Anita dari dalam rumah. " Tumben, Ren. Kamu malam-malam ke sini," sambut Anita begitu membuka pintu.

"Sebentar, Ma." Rendra kembali ke mobil dan menggendong Keyla ala bridal style masuk ke rumah.

"Siapa dia, Ren? Kenapa kamu bawa ke sini? Terus kenapa kok dia berantakan gitu? Kamu apain dia?" tanya Anita panik.

"Karyawan Rendra, Ma. Bukan Rendra  yang buat dia begini." Rendra melangkah menuju ke kamarnya.

"Eh, mau kamu bawa ke mana dia?" tanya Anita kembali panik.

Rendra menghentikan langkahnya. "Ke kamarlah, Ma. Berat ini."

"Kamar kamu?" Anita mendekati putranya.

"Memangnya mau di kamar mana lagi, Ma?" tanya Rendra dengan wajah bingung.

"Kamu mau sekamar sama dia? Jangan macam-macam ya, Rendra. Di sini kesopanan masih dijaga!" suara Anita terdengar tegas.

"Ya, enggaklah, Ma. Kalau mau sekamar sama dia, buat apa Rendra bawa ke sini. Sudah Rendra bawa dia ke apartemen atau ke hotel. Rendra tidur di ruang TV."

Anita memperhatikan kondisi Keyla. Di pegangnya dahi gadis itu. "Dia agak hangat. Tidurkan di kamar Mama aja."

"Beneran, Ma?" Rendra menatap mamanya tidak percaya.

"Iya. Harus ada yang tunggui dia. Kalian belum makan, ya?"  

"Belum, Ma." Rendra melangkahkan kakinya ke arah kamar mamanya dan meletakkan Keyla di atas tempat tidur.

"Mama siapin makan malam, ya? Mama sudah makan. Jadi kamu makan sendiri."

"Nggak usah, Ma. Rendra belum lapar. Rendra mau buat bubur dulu buat Keyla." Setelah menyelimuti Keyla, Rendra keluar dari kamar mamanya.

"Jadi namanya Keyla. Sepertinya dia gadis baik-baik. Melihat kamu membawa dia ke sini dari pada ke apartemenmu, sepertinya kamu mau menjaga dia. Kamu mencintai dia?" Anita juga ikut melangkah keluar kamar.

Rendra berbalik. "Ma...," ucapnya memelas.

"Sudah, nggak usah dijawab. Sudah kelihatan jelas di wajahmu." Anita tersenyum melihat anaknya. "Kamu tetap harus makan ya, jangan sampai kamu ikut sakit."

***
Keyla terbangun dari tidurnya, kepalanya merasa berdenyut. Dia mengamati sekitarnya dan merasa bingung. "Di mana aku?"

Keyla menoleh, dilihatnya ada ibu-ibu tidur di sebelahnya. Dia duduk lalu melihat Bonia di tangan kirinya. Pukul 2.14. "Astagfirullah, aku belum sholat isya," gumamnya terkejut.

Keyla membangunkan Ibu yang tidur di sebelahnya. "Tante, maaf, saya ada di mana?" tanya Keyla begitu Ibu itu terbangun.

"Eh, kamu sudah bangun." Anita bangkit duduk. "Kamu di rumah saya. Saya Anita, Mamanya Rendra."

"Oh, maaf, Tante. Jadi merepotkan." Keyla merasa tidak enak hati.

"Nggak. Nggak pa pa. Kamu makan dulu, ya? Tadi Rendra buatkan kamu bubur." Anita bangkit dari duduknya.

"Saya mau sholat dulu, Tante. Saya belum sholat isya. Boleh pinjam mukenanya?"

"Boleh, Sayang. Tentu saja boleh. Kamu sholat dulu. Tante siapkan buburnya, ya...."

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang