Bab 16

2.9K 290 68
                                    

Keyla melangkahkan kakinya dengan riang. Hari ini dia ke kantor mengenakan kemeja putih berlengan ¾ yang pas ditubuhnya. Kakinya yang jenjang, terekspos sempurna karena dia memakai rok span coklat muda di atas lutut. Rambutnya yang biasa belah tengah lurus melewati bahu, kali ini dibuat belah pinggir dan di keriting gantung. Stiletto coklat muda, menyempurnakan penampilannya.

Langkahnya terasa ringan, tidak ada beban dihatinya. Tanpa terasa, sudah dua bulan sejak Rico memberitahu akan menikah dengan Tyas.   Perlahan Keyla bisa menerimanya. Apalagi Bu Wijaya juga sudah bisa menerima Tyas.

Bu Wijaya memang sempat menemuinya dan mengajaknya bicara. Pembicaraan yang penuh air mata. Keyla yang sudah berjanji tidak akan menangis lagi, tidak dapat menahan air matanya ketika melihat Bu Wijaya terus menangis.

Walau bagaimanapun Ibu Wijaya akan menerima Tyas. Dia tidak ingin anaknya menjadi lelaki yang tidak bertanggung jawab. Ibu Wijaya juga meminta maaf dan mendoakan Keyla agar mendapat lelaki yang lebih baik dari Rico.

Keyla berjalan menuju lift dan memencet tombol naik. Tidak lama kemudian, dia menoleh karena ada seseorang di sampingnya. Ternyata Lisa yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Lis, sombong amat sih, lo. Mentang-mentang sudah dekat sama Kak Ryan."

Lisa menoleh dan terpekik kaget. "KEYLAAAA!!! Elo...." Lisa menatap kagum Keyla dengan penampilan barunya.

"Nggak usah heboh gitu, deh. Malu-maluin aja lo." Keyla mengedarkan pandangannya. Takut mereka akan jadi pusat perhatian. Untungnya kantor masih sepi. Jadi tidak ada tatapan aneh dari orang yang melihat tingkah Lisa.

Pintu lift terbuka, Keyla dan Lisa memasukinya. "Key, kok lo bisa berubah gini, sih?" Lisa masih memperhatikan penampikan Keyla.

"Berubah apanya? Gue cuma keriting rambut dikit terus dibelah pinggir."

"Tapi elo jadi cantik banget, Keyla! Lo pakai rok span lagi. Kapan juga lo pernah pakai rok pendek gini?" Lisa  terus menatap kaki jenjang Keyla.

"Kependekan ya roknya?" Keyla menunduk memperhatikan roknya.

"Nggak kok. Bener kan gue bilang. Kaki elo itu bagus. Jadi pakai rok selutut gini jadi makin cantik elo-nya. Gue yakin, Pak Rendra bakal nggak berkedip lihat elo."

"Kok jadi bawa-bawa Pak Rendra sih. Kami itu cuma  berteman. Ingat ya, BERTEMAN." Keyla menekankan kata berteman.

"Kalau cuma teman, boleh dong gue dekati dia," goda Lisa sambil mengedipkan matanya.

"Dekati aja. Tapi Kak Ryan mau lo kemanain?"

Pintu lift terbuka.

"Gue sama Kak Ryan juga belum jelas. Dibilang teman, mesra. Dibilang pacar, nggak ada status. Akkhhh... pusing gue!" gerutu Lisa sambil keluar dari lift. Keyla hanya tertawa mendengarnya.

"Ya lo tanyalah sama dia."

"Ogah, ah. Malu gue."

"Ya sudah, terserah lo. Oh iya, nanti gue meeting di luar ya, sama Mbak Titik."

"Oke."

***
Keyla baru kembali dari meeting di luar bersama Mbak Titik. Tasnya di sangkutkan di bahu, sedangkan tangannya membawa setumpuk berkas.

"Mau dibantu, Neng?" tanya satpam kantor.

"Nggak usah, Pak. Bisa kok. Makasih, ya."

"Nggih, Neng."

Keyla berjalan menuju lift sambil membahas masalah pekerjaan dengan Mbak Titik. Sebentar lagi proyek mereka akan selesai. Tinggal menyelesaikan finishing.

Keyla dan Mbak Titik masuk ke lift yang memang sudah terbuka. "Tinggal sekali lagi kita ke sana dan selesai, Key," ujar Mbak titik sembari memencet tombol tujuh dan delapan.

"Iya. Syukurlah, sepertinya mereka puas sama pekerjaan kita. Tinggal lihat hasil akhirnya."

"Iya. Tadi Mbak Iin juga bilang kok, Bosnya suka dengan pekerjaan kita."

"Alhamdulillah."

Pintu lift terbuka. "Saya duluan, Mbak," pamit Keyla. Ruangan Keyla dan Mbak Titik memang beda lantai. Keyla di lantai tujuh, sedangkan Mbak Titik di lantai delapan.

Keyla berjalan menuju ruangannya, tetapi ada yang aneh dengan sepatunya. Rupanya kaitan sepatunya terlepas. Dia pun menuju bangku panjang yang ada di lorong. Dia harus membetulkan kaitan sepatunya kalau tidak mau terjatuh.

Baru saja melangkah, tiba-tiba ada yang menyentuh kakinya. Keyla menunduk dan melihat Rendra sedang berjongkok mengaitkan sepatunya. "Eh, Pak, ngapain?" tanya Keyla panik dan memundurkan kakinya, namun  Rendra menahannya.

Keyla pun mengedarkan pandangannya, ternyata dia sudah menjadi pusat perhatian orang-orang kantor. Ada yang senyum-senyum, ada juga yang memperlihatkan wajah tidak suka dan sinis.

Rendra berdiri dan menyentil dahinya.  "Masih aja ceroboh. Kalau kamu jatuh gimana?"

"Baru mau saya benerin, Pak," jawab Keyla dengan wajah memerah.

Rendra memperhatikan penampilan baru Keyla. "Nanti kalau pulang, bareng saya," katanya pelan lalu berjalan menuju ruangannya. 

Keylapun berjalan ke ruangannya dengan wajah masih memerah dan sedikit tertunduk. Perbuatan Rendra tadi sungguh membuatnya malu. Apalagi didengarnya ada yang berusaha menggodanya.

"Cie cie... Keyla. Katanya teman, tapi Pak Rendra sampai berjongkok gitu. Hadeh... Kapan pacarku bisa kaya gitu?" goda Shifa dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Memang kami cuma teman kok," elak Keyla. 

"Teman tapi mesra, Key. Hahahaha." Lisa ikut menggoda Keyla.

"Sudah-sudah. Kalian nggak kerja apa. Godain orang melulu."

***
Sekarang sudah waktunya jam pulang. Tetapi Keyla masih belum bersiap juga. Dia bingung, bagaimana caranya menghindari Rendra. Akhirnya Keyla mengambil ponsel dan mengirim chat ke Rendra.

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang