Bab 46

3.8K 337 142
                                    

Rico sedang memperhatikan Keyla yang tidur bersama Ibunya di sofa bed dari atas tempat tidurnya. Mengetahui Keyla sedang hamil anak pertamanya membuat Rico bahagia. Karena itu berarti sebentar lagi Keyla akan menjadi Ibu.

Pandangan Rico beralih ke Rendra yang tidur di sofa. Rendra tampak meringkuk karena panjang sofa itu tidak memadai untuk tubuhnya. Sebenarnya Rico kasihan melihat Rendra harus tidur di sofa. Tapi mau bagaimana lagi. Keyla memaksa ingin menginap.

Tiba-tiba Rendra menggeliat dan bangun. Dia duduk dengan mata masih terpejam. Tidak lama kemudian, dia membuka mata dan melihat Rico yang sudah bangun.

"Kamu nggak tidur, Ric?" tanya Rendra sambil menatap Rico.

"Tidur. Baru aja bangun. Kamu kenapa bangun?"

Rendra melirik jamnya. "Mau tahajut. Hampir tiga minggu di Eropa, nggak pernah tahajut. Hehehe..."

Rico tersenyum. "Di sana masih ingat 5 waktu aja, sudah syukur. Tapi nggak sia-sia kan. Ada hasilnya."

"Hahaha... gara-gara lupa bawa pengaman. Tapi memang sudah waktunya juga kali yaa..." Rendra menggaruk kepalanya dan menghampiri Rico.

"Ren, thanks yaa.... sudah kasih ijin Keyla tetap ketemu aku. Tetap bisa dekat sama aku. Padahal kamu tahu, aku masih cinta sama dia." Rico menatap serius Rendra yang sudah duduk di kursi di samping tempat tidurnya.

"Nggak usah GR. Itu karena Keyla cuma cinta sama aku. Jadi dia nggak mungkin pindah ke lain hati."

Rico mendengus. "Iya, iya. Dia cuma cinta sama kamu. Puas???"

"Hahaha.. nggak mungkin aku larang dia. Dia sudah anggap kamu seperti kakaknya sendiri. Masa iya aku mau pisahin kakak dengan adiknya."

"Berarti aku kakak ipar mu dong?" sahut Rico cepat.

"Nah itu, benar sekali." Rendra menjentikkan jarinya di depan wajah Rico.

"Kalo gitu kenapa kamu nggak pernah panggil aku kakak?" tanya Rico dengan nada sinis.

Rendra memajukan tubuhnya menatap Rico. "Memangnya kamu mau ku panggil kakak? Ok. Mulai sekarang aku panggil kamu kakak. Ok Kak Rico?"

Rico bergidik. "Nggak usah Ren. Mau muntah aku dengarnya." Rico turun dari tempat tidurnya. Dia sudah tidak diinfus. Membuatnya bisa bebas bergerak.

"Mau ke mana Kak Rico?" goda Rendra sambil memperhatikan Rico.

Rico langsung melempar Rendra dengan gelas aqua kosong. "Mau ke kamar mandi Dek. Mau ikut?"

"Hahaha... ogah. Kalau Keyla yang ke kamar mandi, baru aku mau ikut."

"Dasar omes," rutuk Rico.

"Ric.. thanks juga sudah membiarkan aku memiliki Keyla. Terima kasih juga sudah ikut berbahagia bersama kami. Aku tahu perasaanmu ke Keyla tulus."

"Aku nggak pernah menyesal membiarkan Keyla menikah denganmu. Karena aku belum pernah melihat dia sebahagia ini. Bahkan selama bersama aku dulu. Dia tidak pernah sebahagia ini. Melihat kalian sebahagia ini, membuatku lupa akan semua rasa sakitku. Aku ke kamar mandi dulu ya.. aku juga pengen tahajut."

Rendra menganggukkan kepalanya, lalu berjalan menghampiri Keyla. Dia berjongkok di samping istrinya. "Yang, bangun.... tahajut yuk..." Rendra mengguncang pelan bahu Keyla yang tidur di sofa bed bersama Ibu Wijaya. "Yang, bangun..." Kali ini Rendra menepuk pipi Keyla. Namun Keyla tidak bangun juga. "Yang, mau ikut tahajut nggak?"

Ibu Wijaya terbangun dari tidurnya. "Biar aja dia tidur Ren. Kasihan." Ibu Wijaya duduk menatap Keyla.

"Maaf Bu, malah Ibu yang bangun," ucap Rendra yang merasa tidak enak karena sudah membuat Ibu Wijaya terbangun.

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang