Bab 21

3.2K 309 97
                                    

Lisa panik menahan tubuh lunglai Keyla, dia segera berteriak minta tolong. Dua orang satpam kantor segera membantu membawa Keyla ke sofa terdekat. Lisa mengeluarkan minyak kayu putih dari tasnya dan menggosokkan ke bawah hidung Keyla.

"Aduh nggak ada reaksi lagi. Gimana ini? Apa kita bawa ke rumah sakit aja ya, Pak?" Lisa yang kebingungan bertanya pada satpam kantor. Beberapa pegawai kantor juga mulai berdatangan, ikut mengerubungi Keyla.

Belum sempat satpam kantor menjawab, terdengar suara Nisa, salah satu resepsionis kantor. "Iya. Bawa ke rumah sakit aja, Mbak. Badannya juga panas."

"Tolong panggilkan sopir kantor, Pak," pinta Lisa pada salah satu satpam.
 
Masih dengan bantuan satpam kantor, Lisa membawa Keyla ke mobil kantor dan menuju ke rumah sakit.

Setelah diperiksa, ternyata sakit maag Keyla kambuh. Ditambah tekanan darahnya sangat rendah membuat gadis itu harus dirawat inap.

Lisa baru bisa bernapas lega setelah Keyla mendapat kamar. Dia memilih kelas VIP. Terserahlah jika Keyla akan mengomelinya karena harganya yang mahal. Toh ditanggung kantor juga. Lisa membaringkan tubuhnya di sofa bed. Dia merasa lelah sekali.

***
Rendra dan Ryan sedang survei di Bandung. Mereka meninjau hotel yang akan mereka renovasi. Ryan meminta izin keluar sebentar karena mendapat telepon dari salah satu kliennya.

Ternyata kliennya meminta agar Ryan mengirimkan desainnya via email terlebih dahulu dan Ryan mengiyakannya. Dia akan minta tolong Lisa untuk mengirimkannya.

Ryan mencari nama Lisa dan menggeser tombol hijau.

"Ya, Kak...," jawab Lisa setelah terdengar dua kali nada dering.

"Lis, kamu di kantor, kan? Aku mau minta tolong bisa? Urgent ini. Klien minta cepat."

"Waduh, Kak. Aku lagi di rumah sakit. Keyla pingsan tadi di kantor, jadi kubawa dia ke rumah sakit. Ternyata harus rawat inap."

"Hah! Sakit apa Keyla? Terus kamu sendirian?" tanya Ryan yang terkejut.

"Iya, Kak, Lisa sendirian di sini. Tadi sih kata dokter, maagnya kumat. Tekanan darahnya rendah banget. Demam juga," jelas Lisa.

"Ya sudah kalau begitu. Aku minta tolong Henry aja."

"Ok, Kak."

Setelah menelepon Henry untuk meminta tolong mengirimkan email ke klien, Ryan segera menghampiri Rendra dan berbisik. "Keyla masuk rumah sakit. Sekarang ditemani Lisa."

Rendra yang terkejut menolehkan kepalanya ke Ryan lalu mengangguk. Dia berusaha tenang dan kembali fokus ke pembicaraan dengan pihak hotel.

Setelah rapat selesai, Rendra bergegas menuju mobilnya. "Sakit apa Keyla?" tanyanya pada Ryan.

"Maagnya kumat sama apa tadi. Lupa gue," jawab Ryan yang berjalan di samping Rendra. "Gue aja yang nyetir. Elo telepon Keyla," lanjutnya setelah mereka sampai di mobil Rendra.

"Gue aja." Rendra membuka pintu kemudi.

"NO. Lo panik. Gue aja yang bawa." Ryan mendorong Rendra dan masuk ke kursi pengemudi.

Rendra segera masuk ke kursi penumpang dan mengambil ponselnya. Digesernya ke kanan nomor HP Keyla, tetapi tidak ada yang mengangkat. Dia ganti mencari nama Lisa.

"Halo, Pak," jawab Lisa.

"Gimana Keyla?" tanya Rendra langsung tanpa basa basi.

"Masih belum sadar, Pak."

"Sakit apa?"

"Kata dokter sakit maag, Pak, sudah lumayan parah. Tekanan darahnya juga rendah banget. Tapi ini sudah mendingan kok, Pak. Tadi pagi badannya juga panas. Heran ni Keyla, penyakit diborong sendiri," jelas Lisa.

"Kamu tetap di situ kan, Lis?"

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang