Bab 29

3K 299 97
                                    

Keyla membuka matanya perlahan-lahan, kepalanya terasa pusing, membuatnya kembali memejamkan mata. Dia mencoba mengingat-ingat ada di mana dirinya.

Dia keluar bandara lalu menunggu di depan pintu apartemen Rendra. Kemudian dia pingsan di pelukan Rendra. Berarti dia sekarang... Keyla kembali membuka mata dan mengedarkan pandangannya. Kemudian dia mencoba untuk duduk. Ya benar, dia kamar Rendra.

Keyla memijit pelipisnya. Kenapa dia sekarang lemah sekali? Sampai-sampai dia pingsan di pelukan Rendra. Apalagi saat itu, tampangnya pasti berantakan. Keyla merutuk dalam hati. Tapi biar lah. Toh dia juga sudah sering menangis di hadapan Rendra.

Mengingat Rendra, membuatnya kembali teringat tujuannya kemari. Keyla bingung sendiri, bagaimana caranya dia bertanya pada Rendra? Lalu bagaimana kalau Rendra lebih memilih bersama Sarah dan bayinya? Tanpa sadar, Keyla menggigiti bibir bawahnya.

"Kasihan banget itu bibir digigiti kaya gitu." ucap Rendra sambil menutup pintu lalu berjalan menuju tempat tidur.

"Allahu Akbar," ucap spontan Keyla yang terlonjak kaget dan menoleh. Sibuk melamun membuat Keyla tidak sadar kalau pintu kamar terbuka.

"Kirain hantu Pak." lanjut Keyla sambil mengusap dadanya.

"Kamu takut hantu?"

Keyla hanya tersenyum datar. "Sekarang lebih takut Bapak." ucap Keyla dalam hati.

"Tenang aja. Aku nggak akan cekik kamu. Aku cuma mau kita bicara. Dan itu nggak sekarang, tapi besok pagi. Sekarang kamu bangun dan makan dulu." Rendra mengulurkan tangannya.

Keyla menghela napas. Mengabaikan uluran tangan Rendra. "Kita bicara aja dulu Pak."

"Besok pagi Keyla. SAYA nggak mau kamu pingsan lagi. Apa perlu saya gendong keluar?"

Mendengar suara tegas Rendra membuat Keyla bergidik juga. Apalagi dia menggunakan kata SAYA. Seakan tidak mau dibantah. Keyla menyambut uluran tangan Rendra.

Keyla melirik Bonianya. Ternyata sudah lewat isya. "Pak, aku belum sholat magrib."
Melihat wajah Keyla yang takut-takut membuat Rendra tidak tega juga. Dia melemahkan suaranya. "Kamu kuat kalo sholat dulu?"

Keyla mengangguk. "Tapi mu..ke..na.. nyaa?" ucapan Keyla melambat ketika dia teringat semua barangnya masuk bagasi. Keyla langsung syok. "Aduh, mati aku?" ucapnya dalam hati.

Rendra hanya menatap prihatin Keyla. "Itu sudah aku siapin." Rendra menunjuk meja kerjanya yang ada di sudut dengan dagunya. Keyla menoleh ke arah yang ditunjuk Rendra. Bisa dilihatnya kantong-kantong belanjaan di sana.

"Ya sudah kamu sholat dulu. Aku siapin makanmu." lanjut Rendra lalu keluar kamar.

Keyla mendatangi meja itu dan terkejut. Ada mukena, baju tidur, pakaian dalam dan beberapa dress. Semua masih di dalam kantong belanjaan dan barang branded.

Keyla mengambil kantong belanjaan pakaian dalam. Tanpa membukanya Keyla tahu karena kantong belanjaannya khas dan tertulis WACOAL. "Bagaimana Pak Rendra bisa tahu kalau dia biasa memakai merek ini?" ucapnya dalam hati.

Keyla mengecek isinya. Semua new arrival. Keyla mengambil nota belanja yang ada di dalam kantong dan bergidik sendiri. Dia memang memakai merek itu, tapi biasa beli kalau sedang ada diskon. Keyla mengecek ukurannya dan ternyata benar. Membayangkan Rendra membeli ini untuknya membuat wajahnya panas menahan malu.

Keyla menuju kamar mandi untuk berwudhu. Dia berusaha menepis rasa malunya. Selesai sholat, Keyla berjalan keluar kamar pelan-pelan.

Rendra yang sedang duduk di sofa bed di depan TV memperhatikan Keyla yang baru keluar kamar. "Kamu kenapa? Jalan kok kaya maling gitu." ucap Rendra yang membuat Keyla langsung terlonjak kaget.
Keyla mengelus dadanya. "Bisa nggak sih Pak, nggak usah kagetin orang kaya gitu?"

Cinta KeylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang