escape

61K 5.4K 19
                                    

Devian menatap alice, tepatnya melihat bagian bawah gaun alice.
"Apa yang kau lakukan? " tanya devian heran.
"Membantumu agar bisa keluar lebih cepat. "
"Kau bahkan membawa belati, lalu apa gunanya benda itu?  Apa hanya untuk memotong gaunmu? "
"Bukankah kau bilang ingin keluar dari sini dengan cepat." alice mengingatkan.

"Hei, kau yang didalam apa urusanmu sudah selesai kau terlalu lama." triak penjaga dari luar.
"Hmmm, aku sudah selesai. Aku akan keluar." sahut devian santai.
"Tetap dibelakangku." gumam devian pada alice. Alice mengangguk.
Dengan cepat devian membuka pintu beberapa penjaga hanya menatap alice dan devian bergantian.
"Apa yang kalian lakukan? " tanya salah satu penjaga terkejut melihat penampilan alice.
Devian menatap wajah mereka tajam
"Ma.. Mata itu.. " seorang penjaga mulai gugup. Devian menyeringai dan langsung menendang perut salah seorang penjaga, membuat penjaga itu terhuyung dan menabrak temannya yang berada dibelakang. 10 penjaga langsung menarik pedang mereka bersiaga dan mengarahkan pedang pada devian.
"Kalian akan menyesal telah mengarahkan pedang kalian kearahku." ucap devian santai.
Devian menebaskan pedangnya pada penjaga itu.
Trang.. Ting.. Drakk... 
Gesekan dan benturan pedang beriringan, devian menyerang penjaga itu bertubi-tubi. Menendang, memukul, menebas dan menusuk. Darah berceceran dimana-mana,  begitu pula ujung pedang devian. Mayat penjaga mulai berjatuhan satu persatu. Dengan cepat devian membereskan penjaga itu.
Alice yang melihat aksi devian hanya bisa menahan ketakutannya, dia mahir dalam ilmu pedang dan panahan tapi tidak pernah benar-benar menggunakannya pada orang lain secara berutal. Bahkan ini ke 2 kalinya alice melihat pembunuhan didepan matanya. Alice menutup mulutnya mencoba membuang rasa mual dan ngeri yang ia rasakan.
"Ayo cepat, jalan." devian membangunkan alice dari ketakutannya menarik lengan alice menuju keluar mansion namun di aula mansion telah terjadi pertempuran. Aiden tengah melawan gerombolan pemberontak bersama 10 orang lainnya. Diluar hal sama terjadi terjadi pertempuran hebat bantuan dari panglima admiral pun juga sudah datang.
"Dengar, ikuti aku waktunya tidak banyak."
Devian mencoba membuka jalan dengan melawan penjaga-penjaga yang menyerangnya. Aiden yang melihat hal itu langsung berlari kearah devian dan membantunya. Saat mereka mencapai pintu keluar mansion keadaan semakin kacau. Aiden terpaksa bergerak menjauh dari devian dan alice. Semakin banyak pemberontak yang menyerang mereka. Devian terlihat mulai kualahan dan kelelahan. Membuatnya tidak fokus. Devian sempat terjatuh karena serangan seorang pemberontak dan pemberontak lain mengarahkan pedangnya pada devian tanpa devian sadari.
Trang...
Sebuah benturan pedang di samping devian, membuatnya terkejut dan menoleh. Alice menghalangi serangan itu.
"Jangan khawatir, aku akan mencoba membantu."ucapnya pada devian. Devian tersenyum tanpa sepengetahuan alice. Devian segera berdiri dengan pedangnya sebagai tumpuan. Dia kembali menebaskan pedangnya pada para pemberontak yang akan menyerang alice. Alice tak mau kalah dia juga mulai melawan mereka meski tak sehebat devian dia mampu menangkis serangan yang mengarah padanya dan devian. Saat alice serius dengan lawannya seseorang pemberontak mengarahkan pedangnya ke arah alice. Namun, dengan cepat devian menghalanginya membuat bahunya terluka karena tebasan pedang orang itu dan sebagai serangan balan devian menusukkan pedangnya keperut orang itu.
Devian terjatuh, menahan sakit di bahunya matanya terpejam menahan perih dan sakit.
"Ya.. Yang mulia anda tidak apa-apa? " tanya alice khawatir. Alice langsung menghampiri devian memegang tubuh devian. Devian menatap alice sejenak.
"Yang mulia mata anda... " saat alice belum selesai mengatakannya devian kembali menunduk dan memegang pundaknya yang sakit, dia mencoba kembali bangkit.
Aiden yang melihat rajanya terluka dengan cepat menuju ke tempat devian berada begitu pula panglima admir.
"Pasukan, lindungi yang mulia Raja dan Ratu." perintah panglima admiral.
Dengan cepat pasukan-pasukan itu merapat kearah devian dan alice membentuk lingkaran dan melindungi mereka. Membukakan jalan untuk keluar. Alice membantu devian berdiri menggandeng devian yang terus merintih kesakitan.
"Yang mulia apa anda baik-baik saja ?" alice kembali bertanya untuk kesekian kalinya karena khawatir.
"Tenanglah." suara devian terdengar lebih lembut.
****
Malam begitu panjang, saat Fajar mereka baru sampai dikastil corfe. Dengan cepat beberapa pelayan menghampiri alice dan devian. Namun devian langsung menolak pelayan itu dan meminta aiden untuk menuju langsung ke kamar pribadi devian.
Alice dibawa kekamarnya dan diobati oleh beberapa pelayan.

Mata devian berubah menjadi biru, tidak itu tidak mungkin. Mata devian merah bukan biru.

Alice menggelengkan kepalanya cepat, membuang setiap pikiran dibenaknya.

Aku salah lihat karena panik atau mungkin pantulan cahaya.

"Alice, putriku!!!! " suara panik ibu alice membangunkannya dari lamunan.
"Ibu " alice tersenyum melihat ibunya. "Apa ibu terluka? " tanya alice berubah khawatir.
"Dasar anak bandel, siapa yang kau khawatirkan huh?  Seharusnya ibu yang menghawatirkanmu?  Lihat tubuhmu, bahkan tak ada ruang lagi untuk ibu agar bisa memukulmu." omel ibunya.
Alice tersenyum mendengar omelan ibunya, dia pun langsung memeluk ibunya erat.
"Maafkan aku sudah membuat masalah." alice menyesal.
"Jangan lakukan hal itu lagi." ibu alice melepas pelukan putrinya dan memegang kedua tangan putrinya lembut. Menatap mata Indah putrinya dengan lembut.
"Alice, devian Raja yang baik. Dia tidak akan melukai ayah dan ibu. Jangan menilainya dari luar, cobalah untuk mengerti dia." ucap ibunya lembut.
"Tapi bu... "
"Percayalah, ayah dan ibu juga salah paham padanya. dia sedikit kasar tapi dia baik dalam banyak hal." ibu alice mengelus pipi putrinya lembut.
Tiba-tiba alice teringat sesuatu. Dia menatap ibunya serius.
"Dimana devian sekarang, dia terluka. Aku harus melihatnya."
"Dia istirahat di kamar utama, dia terluka? Yang mulia devian baik-baik saja dia tidak terluka alice."
"Apa maksud ibu, bahunya terluka karena dia melindungiku." alice terdiam sejenak.

Tak ada luka???

Alice segera merapikan dirinya setelah diobati. Dia menuju ke kamar utama yang dulu ditempati orang tuanya. Langkah kaki alice semakin cepat menyusuri setiap koridor dan ruangan.
Sampai didepan ruangan devian alice nampak ragu. Namun dengan sedikit keyakinan dia mengetuk pintu besar itu.
Tok... Tok.. Tok...
"Ada apa? Aku sedang tidak ingin diganggu!! " terdengar suara kesal dibalik pintu.
"Ya...yang mulia ini saya." alice memberanikan diri untuk menyahut.
"Masuklah." devian mempersilahkan.
Perlahan alice membuka pintu itu, ruangan besar dengan ranjang big size berwarna merah dan emas. Meja besar berada di ditengah ruangan dengan sofa panjang berwarna senada, didinding terdapat lukisan besar Raja devian dengan kudanya.

Sejak kapan ada lukisan itu disini. Pikir alice heran.

Disudut ruangan ada bendera aldwick dan corfe saling berdampingan. Sedang devian sedang duduk dikursi malas dekat jendela.

"Apa yang kau inginkan? " tanya devian data, tanpa menatap alice.
"Saya ingin mengobati luka dibahu anda yang mulia. Jika anda tidak keberatan." ragu alice mendekat kearah devian.
"Aku tidak apa-apa."
"Tapi luka anda sangat parah,saya khawatir...."
"Khawatirkan dirimu sendiri." potong devian.
"Saya hanya...."
"Jika kau terlalu memikirkan masalah luka seharusnya kau berfikir sebelum bertindak." devian mematap tajam alice.iris mata merah nya berkilat marah.
Tubuh alice gemetar ketakutan, ingatannya tentang pembunuhan yang devian lakukan.
"Maafkan saya yang mulia." ucap alice menyesal dan menunduk dalam.
"Mulai sekarang saya tidak akan melanggar peraturan yang anda buat." alice menunduk penuh penyesalan.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang