fight

58.3K 5.3K 31
                                    

Sejak devian mengatakan akan mencoba berteman dengan alice, alice lebih sering ke kastil utama saat waktu sarapan atau saat makan malam. Meskipun devian terus mengeluh dan memiminta alice untuk tidak kekediamannya alice tak memperdulikannya.
Hari ini alice membaca buku di sebuah ruangan besar, alice berada di depan perapian dengan temaram api kecil. Kursi dengan kain beludru merah tengan diduduki alice, sebuah kursi bulat kecil tanpa sandaran diletakan didepannya. Di dekat jendela terdapat meja besar dengan buku-buku besar diujung meja. Beberapa pena tersusun rapi didalam tempatnya tak lupa tempat tinta hitam juga terdapat di meja itu, beberapa stempel terlihat didalam laci yang sedikit terbuka. Dibelakang meja terdapat kursi busa yang cukup nyaman dengan bahan kayu dan dilapisi beludru. Seseorang tengah duduk disana matanya terus mengamati barisan tulisan dikertas itu dengan tekun tapi sesekali ekor matanya melirik kearah alice.
“kenapa kau masih disini ?” suara devian memecah keheningan.
“karena aku bosan dikastilku.” Jawab alice santai tanpa memalingkan matanya dari bukunya.
Devian menghela nafasnya berat, dia meletakkan kertas laporan yang sedari tadi dia baca.
“jangan membuatku menyesal dan menarik kata-kata ku.”
“apa seorang raja akan menarik kata-katanya ?” alice meletakkan bukunya di kursi dan menghampiri devian. “aku hanya ingin menunjukkan padamu cara berteman dengan seseorang.”
“apa kau bilang ? kau hanya mengganggu pekerjaanku.” Devian menatap alice tajam.
“mengganggu ? aku hanya duduk diam disana dan anda bilang saya mengganggu ???” alice menatap devian tak percaya.
“sebelumnnya aku dapat menyelesaikan pekerjaan ku dengan cepat, tapi karena kau sering kemari kau mengganggu konsentrasiku.” Devian meninggikan suaranya.
“kenapa anda tidak bisa ? bukankah saya hanya diam dan membaca, meskipun saya disini atau didekat anda. Saya bahkan tidak bicara apapun atau membuat keributan.” Jelas alice mulai emosi.
Aku hanya ingin didekat anda yang mulia, hanya ingin melihat anda. Tak bisakah anda memahaminya. Teriak alice dalam hati.
“pergi dari sini !!!” perintah devian penuh emosi.
“baiklah, jika itu yang anda inginkan.” Alice mengambil bukunya dan langsung pergi dari ruangan kerja devian.
*****
Di kastilnya alice masih terlihat kesal, dia duduk ditepi jendela kamarnya dengan wajah murung.
“kenapa menyalahkan aku ? aku bahkan tak melakukan apapun ? mengganggu konsentrasi ? bagaimana aku mengganggu konsentrasinya ???” alice terus ngomel tak jelas.

Tok…tok..tok..

“beryl aku sedang tidak ingin diganggu.”
“ini aku saudara ipar.” Terdengar suara Adrian dibalik pintu.
“apa yang dia ingin kan ?” gumam alice malas. Alice beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari kamarnya.
“pangeran anda membutuhkan sesuatu ?” Tanya alice dengan senyum dipaksakan.
“bisakah kau menemaniku minum teh ?” Adrian menatap alice dengan senyum manis di bibirnya. “beberapa hari ini kau terlalu sibuk dengan suamimu. Sangat sulit untuk mengajakmu bersantai bersama.” Adrian terlihat memohon pada alice.
“baiklah, tapi hanya sebentar.” Alice pun mengalah dengan mudah.
Adrian meraih tangan alice dan membawanya ketaman belakang kastil utama. Terlihat semua telah tertata rapi meja di tengah taman dikelilingi 4 kursi. Di depan setiap kursi diatas meja terdapat cangkir-cangkir yang ditata sedemikian rupa.
Saat alice sudah berada dekat meja tersebut, Adrian dengan cekatan menarik salah satu kursi kebelakang.
“silahkan.” Adrian tersenyum manis pada alice.
Apa suatu saat devian akan melakukan hal seperti ini untukku. pikir alice dalam hari.
“alice!!”panggil adrian lembut. Membuat alice tersadar dari lamunannya.
Alice dengan anggun duduk dikursi itu dan Adrian duduk tepat di sebrang kursi yang ditempati alice membuat mereka saling berhadapan. Pelayan segera menuangkan teh untuk keduanya. Alice terus menunduk mengamati teh dalam gelas yang tenang. Membuat Adrian sedikit tersinggung.
“alice aku sedang bersamamu ? kenapa mengabaikanku ?” Tanya Adrian.
Alice menatap Adrian dengan ekspresi datar. “bukankah anda hanya ingin saya menemani anda minum teh ? bisakah anda minum dengan tenang dan segera menyelesaikannya, yang mulia ?”
“sepertinya kau sedang suasana hati yang buruk, devian menolakmu ?” Tanya Adrian dengan senyum yang entah tak bisa diartikan oleh alice.
“sejujurnya dia tidak menolakku, dia hanya ingin sendiri.” Alice memandang Adrian tajam.
“ingin sendiri ?? bukankah dia selalu sendiri ?” Adrian tak mau kalah.
“sejujurnya dia tidak sendiri yang mulia, di bersama aiden.” Balas alice.
“dia hanya pesuruh devian.”
Dari kejauhan Nampak seorang perempuan mengamati mereka dengan tatapan kesal dan marah. Wanita muda seumuran alice dengan mata coklat dan rambut hitam bergelombang, mengenakan gaun berwarna kuning dengan lengan pendek menunjukkan kulit putih mulus lengannya, terlihat di bagian bawah gaun terdapat motif bunga berwarna warni. Dengan cepat dia berjalan menuju tempat alice dan pangeran Adrian.
“boleh saya bergabung ?” Tanya wanita itu saat di samping Adrian.
“tentu saja, silahkan bergabung bersama kami” alice mempersilahkan dengan senyum manis dibibirnya.
“terimaksih, yang mulia.” Dia sedikit menunduk memberi hormat. Wanita itu pun menarik kursi di samping kiri alice dan duduk disana, seorang pelayan langsung menuangkan the kedalam cangkir kosong didepannya.
“yang mulia, perkenalkan nama saya aleysia bernett.” Dia memperkenalkan dirinya pada alice “Saya tunangan pangeran Adrian jika anda belum tahu.” Imbuhnya dengan penekanan pada kalimat tunangan.
Alice menyesap tehnya merasakan ketidak nyamanan dalam acara ini. Aleysia terus menatap Adrian dengan kesal sesekali dia meminum tehnya untuk sekedar menengkan dirinya.
“jadi kau tunangan pangeran Adrian ? senang melihat calon keluarga ?” alice tersenyum ramah.
“calon keluarga ya ? melihat kalian berdua menghabiskan waktu bersama aku sempat berfikir kalau kalian berencana untuk…” terliat aleysia berfikir untuk menyelesaikan kalimat terakhirnya.
“aleysia, sebaiknya kau bersikap hormat didepan ratu !! atau kau bisa pergi dari sini.” Adrian terlihat kesal dengan aleysia.
“begitukah, haruskah aku menemui yang mulia devian dan melaporkan mu kalau kau sedang menggoda istrinya.”

Plak…

Sebuah tamparan melayang kepipi aleysia, alice membelalak kaget mata birunya membulat sempurna melihat Adrian menampar tunangannya.
“jaga sikapmu, aku sudah meperingatkanmu aleysia.” Adrian menatap aleysia marah.
“kau menamparku Adrian, berani sekali kau !!” aleysia berdiri menatap Adrian penuh amarah.
Sedangkan Alice hanya terdiam membeku melihat pertengkaran pasangan ini. Hingga sebuah tangan meraih lengannya. Menariknya pergi meninggalkan pasangan itu dengan paksa. Sedang Adrian dan aleysia membeku menatap pria yang membawa alice pergi dari tempat itu.
Alice masih terkejut cengkraman di pergelangan tangannya terasa sangat kuat, alice menatap pria di depannya menatap punggung dan rambut peraknya. alice terus ditariknya dan pria itu melemparkan alice ke sofa diruangan tersebut hingga tubuh alice membentur sandaran sofa dengan cukup keras.
“kau masih tidak mau mendengarkan ku ??” teriak devian penuh amarah. Alice menunduk dalam menghidari tatapan devian.
“a..aku..” suara alice tertahan rasa takut yang ia rasakan dari kemarahan devian mebuatnya takut.
“apa kau wanita murahan ??” Tanya devian lagi, mencengram rahang bawah alice penuh amarah. Mata alice mulai kabur tertutup air bening yang sudah menggenang di bagian matanya. Alice menalan ludah mencoba menahan rasa sakit dan takutnya.
“yang mulia aku hanya..”
“menggoda pria itu ? apa kau sadar kau sudah bersuami !!!!” devian kembali meninggikan suaranya dan dengan kasar melepas cengraman di rahang alice kasar.
“apa anda menganggap saya istri ?” Tanya alice dengan suara bergetar, air mata sudah tak dapat ia bendung lagi. “apakah anda benar-benar menganggap saya istri anda yang mulia ?” ulang alice masih dengan suara bergetar namun sedikit lebih keras.
Devian hanya menatap alice datar, tubuhnya membeku hanya terdiam ditempatnya selama beberapa saat.
“bukankah, saya hanya media perjanjian anda dengan ayah saya ?” isak tangis mulai terdengar disela kalimat alice.
Perlahan devian mendekat kearah alice, mengamati gadis yang tengah menangis di depannya. Selama ini dia melihat banyak orang menangis diluar sana. Tapi, saat melihat gadis di depannya menangis ada perasaan lain yang menyusup dalam hatinya. Perasaan yang dia sendiri tak mengerti.

🙋🙋 hai.. Hai .. Hai..
Apa kabar semua maaf baru bisa menyapa lagi,  author sempat baca beberapa part awal dan banyak yang salah ketik maafin author ya.. Karena author bikin cerita ini malem pas mau tidur,  jadi kalau banyak salah pada pengetikannya author minta maaf..  Tapi apa bila nanti authot ada waktu insyaallah author perbaiki lagi..  Makasih yang udah mau follow atau coment dan memberi dukungan.  Semoga cerita yang author terbitkan tidak mengecewakan...  😊😊😊😊 happy reading all ..  😘

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang