Invitation

51.7K 3.9K 100
                                    

Saat pertemuan diakhiri semua pejabat dan juga bangsawan berdiri untuk memberi hormat sebelum keluar. Devian pun segera membalas salam mereka dengan berdiri. Namun, iris merahnya menatap sang istri yang tengah menatapnya dengan ekspresi yang entah tak bisa ia mengerti. Devian pun tak menghiraukannya dan segera mengakhiri pertemuan ini.
"Baiklah, tuan-tuan silahkan kembali ke tugas kalian masing-masing."

Semua orang segera menuju pintu keluar. saat Devian hendak berbalik untuk pergi, dia kembali menatap Alice yang masih tak bergeming.
"Kau kenapa?" Tanya Devian dingin. Tapi Alice tak menghiraukannya. "Apa kau ingin disini? " Devian kembali bertanya menaikkan suaranya agar didengar oleh istrinya. Namun, Alice masih sibuk dengan sejuta pikirannya. Hingga akhirnya Devian melempar pedang yang selalu di letakkan dibelakang kursi singgasananya.

Prankkk..

Suara yang begitu nyaring membuat beberapa orang yang belum keluar berhenti dan menoleh kebelakang memeriksa apa yang telah terjadi. Alice yang sibuk dengan lamunannya pun ikut tersadar dan segera berdiri.
"Aku belum siap memiliki seorang bayi." Spontan kalimat itu keluar dari mulut Alice.

"Bayi? " Tanya Devian heran.

Semua orang langsung terdiam begitu Alice mengucapkan kalimatnya. Seakan masih mencerna setiap kalimat yang diucap gadis itu. Alice yang baru tersadar dari situasinya segera menunduk dalam menyembunyikan wajahnya yang mulai panas dan memerah karena malu.
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Devian meminta penjelasan.

"Maksudku, kucingku belum siap untuk memiliki bayi. Anda tahu kucing kerajaan yang saya pelihara." Dengan canggung Alice menjelaskan. "Sa.. Saya permisi dulu Yang Mulia." Alice segera menunduk dan berlari keluar.

Alice berjalan pelan menyusuri koridor kastil utama. Hingga sebuah suara menghentikannya.
"Berhenti disana!!" Suara Devian menggema di koridor. Sontak membuat Alice menghentikan langkah kakinya. Namun, saat mendengar langkah kaki Devian yang mendekat, gadis itu melangkah pelan untuk menjauh.

"Apa kau tidak dengar, aku menyuruhmu berhenti." Teriak Devian kesal.

Dengan terpaksa gadis itu berhenti dan menundukan kepalanya.
"Apa kau akan memunggungiku?" sindir Devian pada istrinya.

Perlahan gadis itu berbalik masih dengan menundukkan kepalanya.
"Apa mau mu?" tanya Devian lagi.

"Ma.. Mauku?" Tanya gadis itu bingung. "Saya tidak mengerti maksud anda? "

"Dengar, kau tidak pernah ikut campur dalam urusan kerajaan dan hari ini kau ikut dalam pertemuan dan tiba-tiba kau bilang tidak siap untuk memiliki.... "

"Anda salah paham." Sahut Alice cepat menatap suaminya gugup. "Anda salah paham Yang Mulia." Ulangnya mencoba terlihat meyakinkan.

Devian mengangkat sebelah alisnya. "Salah paham?"

"A.. Aku hanya lelah dan aku rasa benturan dikepalaku membuatku sedikit linglung dan terguncang." Alice mencoba mencari Alasan yang terlintas dikepalanya.

"Benturan dikepala?" Devian semakin heran dengan omongan istrinya.

"Benar, aku.. Aku rasa kepala ku sakit jadi.."

"Kau tidak mengalami benturan apapun dan apa yang sedang kau sembunyikan." Devian memandang istrinya tajam. Pria itu terus mendekat kearah istrinya membuat gadis itu gugup setengah mati dan terus mencoba menghindar.

"A.. Apa yang anda lakukan?" tanya Alice gugup.

"Aku sedang memikirkannya, bagaimana membuatmu mengakui apa yang kau rencanakan." Devian mendekatkan wajahnya kearah wajah Alice.

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang