Fall in love

57.1K 4.4K 42
                                    

Devian sedang menatap keluar jendela, iris merahnya seakan menerawang jauh.
"Yang Mulia, kami sudah selesai." Ucap seorang pelayan yang baru saja sampai disamping Devian.

Devian melirik pelayan yang sudah cukup tua itu. "Kalian boleh keluar, aku yang akan menjaganya."

"Baik, Yang Mulia." Pelayan itu menunduk memberi hormat dan segera pergi dari ruangan tersebut diikuti beberapa pelayan lain.

Devian melangkahkan kakinya keruangan yang baru saja ditinggalkan oleh pelayan kerajaannya. Disana, sebuah ranjang besar diatasnya terbaring seorang gadis berambut perak. Perlahan Devian menghampiri ranjang besar disana, sorot mata yang penuh penyesalan dan rasa bersalah terlihat dari mata Devian. Langkah kaki Devian terhenti disamping tubuh Alice yang tengah terbaring lemah, mengamati wajah putih pucat yang terdapat luka gores dan lebam di sebagian wajahnya. Luka ditangannya terlihat lebih parah. Devian memalingkan wajahnya seakan tak kuat lagi melihat keadaan gadis itu.

Perlahan Devian duduk disamping ranjang, meraih tangan gadis itu menggenggamnya erat.
"Alice, aku bahkan tak bisa melindungimu."

***
Di luar ruangan tempat Alice terbaring seorang pria dan seorang gadis menunggu di depan pintu. Sang gadis terus menunduk sedih, sesekali lengannya menyeka air mata yang terus keluar dari kelopak matanya.
"Hmmm.. Sebaiknya kau istirahat, Yang Mulia akan menjaga Ratu." Pria itu menepuk lembut punggung gadis itu. Berharap gadis itu berhenti menangis.

"Tuan Aiden.... (Hiks..hiks..)apa yang harus aku katakan pada Yang Mulia Charles? (Hiks..hiks..) Aku tak bisa menjaga Putri Alice dengan baik ( Hiks..hiks..)." Isak tangis terdengar dari sela kalimatnya.

"Bukankah, dokter bilang dia akan segera sadar." Aiden mencoba menghentikan tangis gadis itu. "Lagi pula nona Beryl, ini bukan salahmu."

Beryl menatap Aiden sejenak. "Tapi tuan, dokter bilang lukanya cukup parah. Apa dia akan segera bangun? Aku sangat takut. Yang Mulia Alice, dia sangat baik. Kenapa dia harus mendapatkan masalah seperti ini, apa Tuhan menghukumnya? Apa Tuhan tidak menginginkan kebahagiannya." Beryl menatap Aiden dengan wajah yang penuh air mata.

Aiden dapat mengerti perasaan Beryl. Aiden tersenyum lembut dan memegang bahu Beryl. Menatap iris coklat gadis itu.
"Nona Beryl, jangan menyalahkan Tuhan. Mungkin dibalik semua yang terjadi akan ada hal baik yang terjadi. Sebaiknya kau istirahat diruanganmu. Jika Ratu sadar aku sendiri yang akan memberi tahumu."

Beryl terdiam sejenak dan mengangguk lemah. "Aku akan menunggu dikamarku, tolong jaga Yang Mulia Ratu. Tuan Aiden." Beryl memberi hormat dan melangkah lesu menjauh dari sana.

Aiden mengamati punggung Beryl. "Kasihan." Gumam Aiden.

*****
Disebuah ruangan seorang pria tengah duduk dengan gelisah. Dia hendak bangkit dari kursinya saat seseorang masuk kedalam ruangan itu.
"Pangeran Adrian." Seorang pria baru saja masuk membungkuk memberi hormat pada orang itu.

"Bagaimana?" Iris abu-abu Adrian menatap pria itu tajam. Tak sabar dengan kabar yang ingin dia dengar.

"Tempat itu hampir rata dengan tanah, banyak prajurit yang terbunuh. Tuan tyler sepertinya sudah tewas di mangsa makluk buas itu."

"Lalu, bagaimana sandra mereka. Apa tak ada yang tersisa?"

"Sebagian yang selamat melarikan diri kedalam hutan. Sandra?  Maksud anda Ratu?" Tanya orang itu memastikan.

Adrian menjawab dengan anggukan.

"Raja Devian datang menyelamatkan beliau."

"Devian?" wajah Adrian mengeras. "Kau boleh pergi."

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang