party

57K 4.5K 21
                                    


Sudah sejak kemarin sore Alice hanya dapat berada di kastilnya, beberapa penjaga berdiri di setiap lorong dan penjaga lainnya berkeliling disekitar kastilnya. Awalnya dia berpikir akan melalui hari yang membosankan. Namun, diluar dugaan Devian mengirimkan beberapa alat musik ke kastilnya. Semua alat musik tersusun rapi di satu ruangan dekat kamar Alice.

Sebuah ruangan besar bernuansa putih dan terang, seluruh perabotan hampir berwarna putih kecuali kayu-kayu pada kerangka kursinya yang bercat emas. Jendela-jendela besar dan sebuah pintu besar yang mengarah langsung ke balkon. Jendela-jendela tertutup gorden putih tipis yang sesekali melambai saat angin bertiup dan saat angin menghilang perlahan gorden itu turun dan menyapu lantai marmer putih dengan lembut. Sebuah piano di dekat rak putih yang di sana  telah tersusun buku-buku tentang musik. Di dekat jendela, disana berdiri alat musik harpa yang cukup besar dan sebuah kursi untuk pemainnya. Di bagian lain terdapat lemari-lemari kaca yang di dalamnya tersusun rapi dengan alat musik lain.

Dengan langkah perlahan seseorang memasuki ruangan itu, gaun satin panjangnya menjuntai hingga menyapu lantai yang di lewatinya. Rambut peraknya melambai perlahan karena belaian angin yang masuk. Gadis itu yang tak lain adalah Alice, telah duduk di depan salah satu alat music yang disukainya, harpa. Perlahan jari-jarinya mulai memetik satu persatu senarnya, menimbulkan dentingan-dentingan nada indah yang menawan. Mungkin, karena hal itulah harpa disebut alat musik para dewa.

Saat Alice menyelesaikan musiknya, terdengar suara tepuk tangan seseorang di ikuti suara langkah kaki perlahan. Ekor mata gadis itu pun segera menangkap sosok yang baru saja masuk.
“Aku tidak tau kau punya bakat lain, selain membuat masalah.” Pria yang tak lain adalah devian, kini telah duduk di kursi panjang dengan menyilangkan kakinya.
“Yang Mulia, apa yang anda lakukan disini?” tanya Alice terkejut.
“Suara benda itu cukup keras, karena penasaran aku mencari berasal dari mana suara itu.”
“Aku ingin melakukan ini di hari ulang tahun Raja Aaron, sebagai kado ulang tahun. Apa kau akan mengijinkan aku ?” Alice menatap pria itu seakan memohon.
“Terserah.” Jawab pria itu datar sambil memalingkan wajahnya kearah lain.
“benarkah, kau mengijinkannya kan ? anda adalah Raja yang baik devian.” Dengan semangat alice terus memuji Devin.
“Kau panggil apa tadi barusan ? DEVIAN !!!” iris merah Devian menatap tajam gadis itu.
“Apa maksudmu? Aku memanggilmu Raja Devian.”
“Sudahlah, aku sedang tidak ingin marah-marah.” Gumamnya malas. Otomatis mata Alice sedikit membulat terkejut dengan kalimat langka yang keluar dari mulut suaminya itu.
Dengan cepat Alice menghampiri Devian, iris birunya mengamati Devian dengan seksama. Dia langsung duduk di samping Devian.
“Apa anda benar-benar tidak ingin marah padaku? Dengan mata…” Alice menunjuk matanya sendiri, tapi dengan cepat diturunkannya tangannya karena Devian terlihat mulai tersinggung. “Tidak, maksudku apa terjadi sesuatu pada anda? Apa kepala anda terluka?”
“Apa kau sedang berharap sesuatu yang buruk terjadi padaku?” tanya Devian tajam.
“Bukankah, anda baru saja mengatakan tidak ingin marah.” Gumam Alice sedikit takut.
“Hmmm… lanjutkan saja musikmu, aku akan kembali bekerja. Berada disini membuat konsentrasiku kacau.” Devian segera beranjang pergi meninggalkan Alice.

****
Sebuah ruangan yang remang di sana sedang ada pertemuan dengan 2 orang pemimpin. Seorang pria dengan pakaian biasa dan satu lagi dengan pakaian formal layaknya bangsawan.
“Anda pasti Adrian, putra pertama dari Raja Aaron.” Iris coklatnya mengamati Adrian dengan teliti.
“Begitulah, lebih tepatnya aku adalah pewaris sah kerajaan aldwick.” Adrian sedikit mengangkat wajahnya menunjukkan keangkuhan ala bangsawan.
“Apa yang anda inginkan?”
“Kerja sama. kita memiliki tujuan yang sama, tyler.” Adrian sedikit membungkukan tubuhnya sedikit mendekat pada tyler. “Kau kekuranga pasukan bukan.” Gumamnya. “Jika hanya masalah itu, aku akan membantumu. Pasukan, dana dan tempat berlindung aku bisa mengurus semuanya. Tapi, dengan syarat setelah kau bisa membunuh saudaraku. Kau harus menyerahkan Aldwick padaku dan kau bisa memiliki Corfe.”
Tyler tak menanggapi dan hanya diam mengamati Adrian, dalam kepala Tyler dia memikirkan perkataan Adrian menimbang keuntungan dan kerugian dari perjanjian ini. Sesaat kemudian Tyler memamerkan smirknya.
“Kau ingin menjebakku?” Tyler menatap Adrian penuh selidik.
“Tidak, tentu saja tidak !!” Adrian menggelengkan kepalanya perlahan. “Aku tidak suka Devian, Aku hanya suka…”
“Tahtanya ?” Tyler menebak dengan cepat memotong kalimat Adrian.
“Benar! Aku menginginkannya. Jadi, mari bekerja sama.”
“Baiklah. Tapi jika kau berani menjebakku, aku tak akan melepaskanmu dengan mudah.” Tyler menatap Adrian tajam.
“Tenang saja, Musuh dari musuh adalah teman. Jadi, kau hanya menginginkan Corfe kan ?”
“Bukan, setelah aku mendapatkan Raja itu, akan ku serahkan Aldwick padamu. Tapi, Corfe dan Alice aku tak akan menyerahkannya padamu.”
Mendengar nama Alice, raut wajah Adrian mengeras sesaat. Namun, dengan cepat dia menyembunyikannya.
“Bukankah, dia istri Devian?” mata Adrian menatap Tyler penuh selidik.
“Benar, tapi aku menginginkan dia.”
“Kau menyukainya?”
“Apakah informasi pribadiku juga penting bagimu?” tanya Tyler mulai tidak nyaman.
“Tidak! Aku akan pergi sekarang. Akanku kirimkan kabar selanjutnya. Persiapkan pasukanmu dengan matang.” Adrian segera beranjak pergi.

*****
Hari telah berganti, perta ulang tahun Raja Aaron akan dimulai sebentar lagi. Seluruh tamu undangan telah memenuhi aula pesta. Aula besar dengan banyak dekorasi indah di setiap sudutnya. Puluhan jenis makanan dan minuman telah tertata rapi di setiap meja. Pemain musik telah memainkan alat musiknya sedari tadi, mengalun lembut yang terdengar di seluruh penjuru ruangan.
Sang tokoh utama diacara ini Raja Aarron nampak menikmati pestanya. Dia terus menyambut para bangsawan dan Raja Ratu dari kerajaan sekutu. Senyum di wajah keriputnya terus mengembang lebar, seakan ingin menunjukkan kebahagiaannya.
Saat Raja Aaron sedang tertawa dengan beberapa temannya, Semua mata tamu undangan kini terarah pada pintu yang baru saja terbuka. Mereka dengan cepat menunduk memberi hormat, Devian dan Alice datang bersama meski sebelum datang bersama mereka harus melalui banyak perdebatan. Tangan Alice melingkar pada lengan Devian, dengan anggun pasangan ini pun memasuki ruangan pesta. Seakan tokoh utama hari ini telah berubah. 
Wajah Alice terus tersenyum lebar dan Devian dengan wajah datarnya. Dari kejauhan terlihat Raja Aaron yang tersenyum lebar, karena putranya yang mulai berubah.
“Menantumu sangat cantik, tak ku sangka rumor yang mengatakan Putri dari Corfe sangat cantik ternyata memang benar.” Puji salah seorang bangsawan pada Raja Aaron.
“Begitulah, aku rasa putraku cukup pandai memilih seorang istri.” Jawab Raja Aaron bangga.
“Tapi, kenapa upacara pernikahannya tidak dilakukan di Aldwick ?” tanya salah seorang bangsawan.
“Upacara pernikahan dilakukan di Corfe, Mungkin aka nada pesta disini juga.”

Kembali ke pasangan kita. Alice perlahan melirik wajah Devian sedikit kesal Alice mengerucutkan bibirnya.
“Tak bisakah kau tersenyum? Mereka pasti menunggumu dari tadi?” bisik Alice.
“Aku tidak meminta mereka untuk menungguku, lagi pula ini acara si tua itu.”
“Tetap saja…”
“bisakah kau diam !!” Devian melirik Alice kesal. “Seharusnya aku memang harus datang sendiri.” Devian mendesah kesal.

Flash back*
“Yang Mulia, anda harus segera bersiap.” Dengan panic Beryl terus mengikuti Tuannya. “Anda tidak boleh keluar dari kastil.”
“Beryl, aku harus bertemu Devian Sebentar.”
“Anda akan bertemu dengan Yang Mulia dia pesta nanti.”
“Kembali saja ke kamarku siapkan semuanya.”
“Tapi…”
“Cepat pergi.” Alice mendorong pelan pelayannya.
Kini alice sudah berada di depan pintu ruangan Devian. Perlahan dia mengetuk pintunya dan masuk ke ruang kerja Devian.
“Apa yang sedang kau lakukan disini ?” tanya Devian. “Bukankah aku melarangmu untuk keluar dari kastilmu sebelum pesta ?”
“Saya hanya ingin memastikan, anda akan datang untuk menjemputku kan ?” Alice Mendekat ketempat Devian duduk.
“Kenapa aku harus menjemputmu ?” tanya Devian sedikit heran.
“Bukankah kita akan pergi bersama kesana ?” tanya Alice sedikit bingung.
“Kenapa aku harus kesana ? dan kenapa aku harus pergi denganmu ?”
“Bukankah itu pesta ayah anda? Apa gunanya menyiapkan pestanya jika anda tak datang?”
“Tanpa aku pesta itu akan tetap berjalan dengan baik.”
Alice menatap Devian tak percaya. “Meskipun begitu, pasti Raja Aaron akan lebih bahagia jika putranya mengucapkan selamat ulang tahun padanya.”
Devian meletakkan kertas yang sedari tadi ditangannya. “Kau saja yang kesana. Anggap kau adalah wakil yang aku kirim.”
“Yang Mulia, jika anda tidak pergi maka saya akan memindah pestanya kemari pasti tidak masalahkan ?”
“Apa kau berani mengancamku ?” tanya devian mulai tersinggung.
“Saya tidak mengancam anda, hanya Saya ingin memberi sedikit kebahagiaan untuk Raja Aaron.”
“Baiklah aku akan kesana, kau pergi duluan aku akan menyusulmu.”
“Kita harus pergi bersama.”
Pada akhirnya Devian harus menunggu Alice yang tengah bersiap Di kamarnya, sehingga mereka sedikit terlambat menghadiri ulang tahun Raja Aaron.
Flash back end*

Devian dan Alice telah berdiri di depan Raja Aaron. Alice memberi senyum lebar pada ayah mertuanya menunduk memberi hormat.
“Selamat ulang tahun ayah, semoga kebahagiaan, kebaikan dan kesehatan selalu menyertai anda.”
Raja Aaron pun tersenyum pada menantunya dan menatapa putranya. Namun, devian memalingkan wajahnya.

Hai lagi  😊
Author tiba-tiba ingin segera diupdate, jadi begitu selesai author langsung update chapter selajutnya..  Maaf apa bila masih ada kesalahan dalam pengetikan dan lain sebagainya... 🙏
Dan Selamat membaca  ☺☺

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang