hellhound

53.6K 4.1K 28
                                    

Devian sedang berdiri bagian belakang istana, tepatnya di pemakaman istana. Dia berdiri menatap sebuah rumah kecil yang terlihat seperti rumah pemakaman. Rumah kecil yang terbuat dari marmer putih, dibagian depan terdapat 2 patung iblis bersayap.
"Yang Mulia, bisakah anda pikirkan ini lagi." Aiden mencoba mengubah keputusan Devian.
"Siapkan kuda, tunggu aku di gerbang utara. Aku akan menemuimu disana."
"Baik, Yang Mulia."
Devian segera melangkah kesana, membuka gerbang yang dicat hitam dan segera masuk kesana. Di dalam udara terasa begitu dingin. Saat kaki Devian melangkah masuk, satu persatu lilin mulai menyala. Devian menatap ujung dinding yang terukir beberapa simbol-simbol kuno. Devian melihat setiap simbol disana dan seketika itu iris merahnya menyala. Membuat simbol-simbol itu menyala merah, perlahan dari dalam tanah muncul sulur cahaya berwarna merah yang membentuk pola-pola aneh seakan membuat rangkaian melingkar. Hingga sulur itu kini membentuk seperti sebuah pintu dan saat itulah cahayanya mulai memudar dan berubah menjadi pintu yang penuh dengan gambar-gambar yang aneh. Devian segera melangkah kesana dan pintu terbuka dengan sendirinya.

Saat Devian telah melewati pintu tersebut, perlahan pintu tersebut memudar seakan meleleh dan hilang. Kini, di depannya terlihat pintu gerbang besar dan menjulang tinggi. Di kedua sisinya terdapat pilar tinggi menjulang dan di bagian atas dari pilar-pilar terdapat dua patung iblis bersayap seakan mengawasi siapa saja yang datang kesana. Pada pintu tersebut juga memimiliki gambar-gambar timbul, berbagai iblis terlihat jelas disana seakan mereka adalah iblis hidup yang ditempel disana. Devian segera melangkah masuk kesana.

Devian kini berada di koridor yang gelap, dinding dinding Batu hitam legam seakan menambah hawa mencekam di sekitar tempat itu.
"Siapa disana? " sebuah suara menghentikan Devian.
Terdengar langkah kaki seseorang yang menyusulnya dengan cepat. Seorang iblis penjaga dengan wajah yang cukup menyeramkan,  Devian mengamati penjaga itu dengan iris merahnya.
"Siapa aku? " Devian menatap tajam penjaga itu.
Tubuh penjaga itu bergetar saat melihat mata Devian. Kini dia berubah ketakutan dan segera menjatuhkan dirinya bersimpuh memohon maaf pada Devian.
"Ma.. Maafkan hamba Pangeran, hamba tidak tahu anda sedang berkunjung." Keringat dingin terus keluar dari tubuhnya.
"Kau sudah menyadari situasimu? Dimana kakek? " Devian mengedarkan pandangannya keseluruh koridor.
"Yang Mulia sedang keluar, ada masalah yang harus beliau selesaikan."
"Bangunlah! Aku tidak punya banyak waktu." perintah Devian.
Iblis itu segera berdiri dan menunduk dalam. Devian menepuk bahu iblis tersebut.
"Lupakan apa yang kau lihat, ini perintah." iris mata Devian kembali bersinar dan iblis itu segera terjatuh tak sadarkan diri.

Devian kembali berjalan menuju sebuah ruangan bawah tanah. Disana terdapat sel-sel tahanan yang dipenuhi makhluk-makhluk aneh.
"Sepertinya, koleksi-koleksinya sudah bertambah."
Langkah kaki Devian terhenti di sel paling ujung. Devian mengamati sel itu seksama, iris merahnya mengamati setiap sudut sel besi itu.

Ggrrrr...

Terdengar suara geraman dari dalam sel yang cukup gelap, suara geraman semakin keras saat sebuah kaki anjing yang sangat besar muncul dari balik kegelapan. Bersamaan dengan itu kepala anjing besar muncul, menggeram dengan memamerkan gigi runcingnya. Air liur menetes keluar, anjing seukuran beruang grizzly kini menampakkan seluruh tubuhnya. Namun, Devian tersenyum saat melihatnya.
"Lama tak melihatmu, black."
Seketika anjing Itu berhenti menggeram mendengar namanya disebut Devian, tidak bukan karena namanya dipanggil olehnya tapi karena dia dapat merasakan tuannya telah kembali.
Iris mata Devian mulai bersinar, seketika itu perlahan besi-besi sel meleleh dan menghilang dalam sekejap. Saat penghalang mulai menghilang anjing itu segera melompat kearah Devian seakan ingin bermain dengan tuannya. Devian segera mengulurkan tangannya dan mengelus anjing itu pelan.
"Kau dikurung lagi? Karena kekuranganmu yang tak bisa bermutasi saat lahir. Kita memiliki kesamaan karena itu kau memilih terikat denganku." Devian menatap mata anjing itu.
'Anda ingin bermain? ' terdengar suara anjing itu di benak Devian.
Devian menggeleng, "Aku ingin membawamu keluar dari sini, sebelum kakek datang sebaiknya kita pergi."

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang