Chapter 38

41K 3.5K 125
                                    

Devian mendekat perlahan kearah Ayahnya Raja Aaron. Luka terlihat menganga di bagian dadanya, darah segar terus mengalir dari luka tersebut. Dengan susah payah dia mengulurkan tangannya yang terkena darah dari lukanya sendiri, memberi isyarat pada Devian untuk mendekat. Devian bersimpuh di hadapan sang ayah. Dengan tangan bergetar, dia meraih kepala sang ayah dan membaringkannya di pangkuannya. Raja Aaron membelai wajah putranya perlahan.
"Aku.. Ingin... Mel.. Lihat.. Kedua.. Putra.. Ku ber.. Sama.. " Dengan terbata Raja Aaron mulai bicara.

"Aiden, panggil petugas kesehatan istana kemari. Minta prajurit datang untuk membawa ayah kekamarnya." Devian mencoba menahan rasa sedih yang perlahan menjalari perasaannya.

"Ti.. Tidak, put...raku..!! Ba...wa istrimu...kembali...sempurnakan...upacarnya.. " Raja Aaron mengambil botol kecil berisi cairan merah.

*flash back*

Sesaat setelah setelah gelas yang dipegang Alice pecah seorang pendeta yang memimpin upacara penyatuan mengambil cangkir Devian yang masih tersisa setengah. Membawanya menyingkir dan menyerahkannya pada Raja Aaron.

Raja Aaron yang mengetahui jika Raja Erebos tahu darah itu masih tersisa, dia akan berusaha mengambilnya dan membuat upacara ini berakhir sia-sia. Jadi, Raja Aaron meletakkan sisa cairan darah dari gelas Devian kedalam botol kecil dan menyimpannya di saku bajunya.
"Yang Mulia Alice harus meminum darah ini meski hanya setetes, untuk penyempurnaan upacara ini. Raja Devian sudah meminumnya, dia akan merasakan ikatannya pada Yang Mulia Alice tapi Yang Mulia Alice dia tidak akan terpengaruh sampai dia meminumnya. Saat Ratu meminum darah penyatuan tak akan ada satu iblis pun bisa menyentuhnya. Darah Raja Devian keturunan dari Raja Erebos akan mengalir dalam dirinya, setiap iblis akan tahu kalau dia adalah Ratu dari Raja Devian dan saat itulah Pangeran Devian memiliki hak untuk memutuskan akan hidup dimana dan bagaimana dia akan menjalaninya." pendeta itu menjelaskan pada Raja Aaron dengan setengah berbisik.

*flash back end*

"Jaga... Dirimu...dan sau...daramu, ayah...tidak...bisa....menjadi....ayah...yang...baik....untuk...kalian." Nafas Raja Aaron mulai tak beraturan.

"Ayah, jangan bicara. Petugas kesehatan akan datang dan menyelamatkanmu." Devian mencoba untuk tetap tenang.

Tapi Raja Aaron terbatuk, dari rongga mulutnya darah segar mengalir keluar. Devian mulai panik, melihat keadaan ayahnya yang semakin kritis. Rasa benci yang selama ini dia rasakan sirna begitu saja, saat ini dia berharap untuk bisa menyelamatnya pria tua itu. Perlahan mata Raja Aaron mulai terpejam dan sesaat kemudian tangannya mulai terjatuh. Tubuhnya terkulai lemas, tak bernafas. Devian segera meraih lengan ayahnya memeriksa denyut nadinya, tapi tak ada. Devian segera mencari nadi di bagian leher ayahnya tapi tak ada apapun yang ia rasakan. Sang ayah kini telah meninggalkannya dari dunia ini.

*****
Istana masih berkabung, langit tertutup awan abu-abu. Seluruh istana begitu murung, Devian duduk diam di ruang baca ruangannya. Mengamati botol kecil yang kini tergantung dilehernya. Pikirannya tak bisa lepas dari Alice yang dibawa oleh kakeknya. Rasa khawatir akan gadis itu terus menghantuinya, namun dia sendiri tak yakin dengan keberadaan gadis itu di kastil kerajaan iblis.

Seseorang baru saja menerobos masuk kekamar Devian dengan paksa. Adrian masuk kedalam ruangan itu dengan wajah emosi.
"Kau membunuh ayahku!!! " teriaknya marah.

Devian hanya diam, seakan tak mendengar teriakan saudaranya. Pria itu masih sibuk dengam pikirannya.
"Apa kau sadar tak seharusnya kau menjadi Raja, tak seharus kau berada disini, dan tak seharusnya pula kau dilahirkan dasar Putra Iblis." Adrian melempar vas bunga kecil di sampingnya yang terletak di atas meja.

Devian akhirnya menatap tajam kearah Adrian.
"Kenapa kau akan membunuhku juga?" Tantang Adrian penuh amarah. "Bunuh aku, kau telah membunuh seluruh keluargaku."

I'm in love with a monster (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang