Terlihat ruangan yang begitu gelap, sel-sel yang dipenuhi oleh monster dan iblis mengerikan yang tengah berteriak, meraung dan mencoba menggapai sesuatu. Diluar dari sel di tengah-tengah ruangan tersebut seorang dengan tubuh tegap, dan berotot tengah mengamati sel kosong yang terletak paling ujung. Iris merahnya menyala, senyum terukir jelas di wajahnya yang mulai keriput.
"Devian, kau tak menyapa kakekmu?" setelah mengatakan kalimat itu kakek tersebut lenyap bersama dengan kabut hitam tipis.****
Di tempat lain di hutan yang gelap Devian tengah menyusuri jejak-jejak anjingnya yang terlebih dahulu pergi meninggalkannya.
"Yang Mulia, apa tidak masalah jika hellhound itu pergi lebih dulu? Bukankah itu akan berbahaya jika.. ""Tenanglah, black tak akan melakukannya tanpa perintah ku." Devian mencoba menenangkan Aiden yang terlihat cemas. Meskipun jauh dalam hatinya dia mulai ragu dengan apa yang dia ucapkan.
"Yang Mulia, untuk berjaga sebaiknya kita membawa beberapa prajurit."
"Tidak, musuh akan menyadari keberadaan kita. Sebaiknya kita lebih cepat. "
Devian dan Aiden segera memacu laju kuda mereka lebih cepat.
***
Adrian baru saja keluar dari ruangan tempat Alice di sekap. Senyum tipis terukir jelas di wajahnya.
"Kau memang berbeda Alice." Gumamnya sebelum pergi menjauh dari pintu.Tyler masih duduk di ruang tamunya, saat Adrian sampai disana. Dia segera duduk untuk kembali membicarakan beberapa hal dengan Tyler.
"Kau yakin akan menyembunyikannya disini?" Adrian menatap Tyler penasaran."Lalu, apa yang kau harapkan? Lebih baik dia disini dan bersama denganku." Tyler menatap Adrian tajam. "Apa kau merencanakan sesuatu? "
"Hahaha.. Merencanakan sesuatu? Hahaha.. Kau lucu Tyler." Adrian menyembunyikan kecanggungan dibalik tawanya.
"Dengar, tak akan ku biarkan siapapun membawanya dari sini. Aku tak akan percaya pada siapapun termasuk kau. Meskipun kita adalah sekutu." Nada suara Tyler mulai meninggi.
"Santai saja, aku tak akan menyentuhnya." Adrian mencoba menenangkan Tyler yang mulai emosi. "Sebaiknya aku pergi sekarang, dan juga kau sebaiknya hati-hati saat membawa sesuatu milik Devian dia akan menggunakan banyak cara untuk mendapatkannya." Adrian langsung bangkit dan pergi meninggalkan Tyler di ruangan tamunya.
Sesaat setelah kepergian Adrian, seekor hellhound muncul dari hutan, di mulutnya masih terdapat potongan tangan seseorang yang entah siapa pemiliknya. Air liur bercampur darah keluar dari sela-sela gigi runcingnya, membuat bergidik ngeri siapa saja yang melihat hal itu. Hellhound yang bernama black itu segera membuka mulutnya membiarkan potongan tangan tersebut jatuh begitu saja. Beberapa penjaga yang melihat hal itu langsung siaga dengan senjata di tangan mereka. Salah satu dari mereka langsung berlari ketempat para prajurit dan penjaga lain untuk meminta bantuan.
Alice masih di ruangannya, dia berdiri didepan jendela, pikirannya menerawang setiap hal yang dia lewati bersama Devian.
"Apa dia akan baik-baik saja? Apa dia akan mencariku? Apa dia akan memikirkan aku, seperti aku memikirkannya? Devian tolong aku.." Alice menunduk dalam membiarkan air matanya jatuh membasahi lantai.
Entah sudah berapa kali dia menangis, setiap membayangkan keadaan Devian membuatnya semakin tersiksa.****
Devian masih dalam pengejarannya saat seseorang tiba-tiba muncul didepannya, membuat kuda yang ia tunggangi meringkik terkejut. Devian melirik Aiden yang berada tepat dibelakangnya.
"Kau tak ingin menyapaku?" Tanya pria tua itu tersinggung.
Dengan wajah kesal Devian turun dari kudanya di ikuti Aiden. Devian dan Aiden segera membungkuk memberi hormat, meski wajah Devian menunjukkan sedikit malas.
"Kau menghindariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with a monster (Tamat)
Fantasy#1 in fantasy (19012017) Alice Alberta Gilmore Glade Putri cantik yang penuh talenta dan pintar, harus menerima kenyataan kalau dia dikorbankan untuk keselamatan kerajaan, keluarga dan rakyatnya. Mengorbankan seluruh kebebasan dan kebahagiaannya unt...