Perlahan matahari mulai tenggelam, Devian baru saja selesai mengenakan baju zirahnya. Alice dengan khawatir mendekati sang suami.
"Yang Mulia, berjanjilah padaku anda akan baik-baik saja." Alice menatap Devian sedih."Aku akan baik-baik saja, tetaplah disini bersama ayahmu. Jangan mendekat kearah Medan pertempuran apapun yang terjadi." Devian membelai pipi lembut istrinya. "Kali ini sebaiknya kau mendengarkan aku."
Alice mangangguk perlahan. Devian mengecup lembut dahi istrinya. "Aku pergi." Devian segera keluar dari tendanya.
Alice menatap sedih punggung Devian yang menghilang di balik tirai tenda itu. "Berhati-hatilah, Yang Mulia." Gumam Alice.
*****
Di ujung perbatasan Aldwick, Adrian telah bersiap dengan pasukan iblis dan juga pasukan kerajaannya sendiri. Di tangan kanan Adrian memegang tombak besi. Sebuah tanduk muncul di atas kepalanya. Iris kiri Adrian berubah menjadi merah, dan iris kanan berwarna keemasan.Suara auman, geraman dan raungan para iblis terdengar, menandakan mereka siap untuk kembali bertempur. Bendera lambang Aldwick berkibar tertiup angin. Keyakinan Adrian akan kemenangannya begitu kuat, karena dia telah memiliki hampir seribu pasukan iblis dan juga memiliki kekuatan yang cukup untuk membunuh saudaranya.
Adrian semakin menyeringai penuh kemenangan melihat Devian muncul dengan menunggangi kudanya seorang diri. Tanpa pasukan Corfe, atau siapapun menemaninya. Dengan menunggangi kudanya dan membawa sebilah pedang. Devian mendekat dengan yakin.
"Hahahahaha... " Sebuah tawa nyaring dari sang kakak terdengar begitu keras. "Apa kau akan menyerah saudaraku?" Tanya Adrian dengan nada sedikit mengejek. "Baiklah, pasukanku akan ku pastikan mereka tidak akan mencabik-cabik dirimu. Akan aku pastikan kau mati dengan cepat tanpa rasa sakit."Devian tersenyum mendengar ucapan saudaranya dari kejauhan. "Sayang sekali, padahal aku berencana untuk menyiksamu secara perlahan hingga kau berharap untuk segera mati."
Wajah Adrian mengeras begitu mendengar kalimat Devian. "Kau masih saja angkuh, meskipun kau sudah tidak memiliki apapun. Kau lihat aku memiliki pasukan iblis terkuat bersamaku?" Adrian merentangkan tangannya seakan ingin menujukkan betapa banyaknya iblis yang bersamanya saat ini.
"Hanya masalah jumlah, bagaimanapun mereka masih iblis rendahan." Gumam Devian dengan nada mengejek. Iris Devian terlihat bersinar. Tak jauh dari tempat Devian di samping kanan dan kirinya dua gerbang besar muncul. Gerbang dengan ukiran-ukiran iblis yang mengerikan di bagian gerbangnya. Perlahan gerbang-gerbang itu mulai terbuka, Beberapa iblis muncul. Tepatnya para jenderal dan tetua yang menentang keputusan Raja Erebos yang membantu Adrian. Tak berapa lama ratusan iblis-iblis paling mengerikan muncul, dengan wujud yang tidak akan pernah kau bayangkan. Dari yang merayap ditanah, hingga iblis yang dapat terbang di langit.
"Pangeran anda baik-baik saja?" Tanya salah satu tetua dengan hormat."Jangan cemas, aku hanya harus membiasakan diri dengan kekuatan ini." Gumam Devian.
Sesaat Adrian merasakan ketakutan, tapi melihat jumlah pasukannya yang lebih banyak dia yakin dengan kemenangannya. Apalagi kini dia memiliki kekuatan Raja Iblis.
Selang beberapa menit kemudian kedua kubu kini telah saling berhadapan. Petarungan antar iblis, peperangan saudara berlangsung dengan sengit. Detingan-dentingan suara senjata berbenturan terdengar bersahutan dari segala penjuru. Di bumi dan langit dipenuhi pertarungan iblis yang begitu sengit. Saling mencakar, memukul, mencabik dan membunuh sesamanya.
Adrian kini berhadapan langsung dengan Devian ditengah Medan pertempuran.
"Kau tidak akan bisa mengalahkanku Devian." Adrian bersiap dengan kuda-kudanya menatap waspada pada Devian dengan tombak ditangannya."Seharusnya kau bercermin sebelum kemari, kau terlihat mengerikan bahkan sebelum kematianmu." Gumam Devian dengan senyum mengejek.
"Pertama akan aku buat kau tidak bisa bicara lagi." Adrian langsung menyerang Devian mengarahkan tombaknya pada saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with a monster (Tamat)
Fantasy#1 in fantasy (19012017) Alice Alberta Gilmore Glade Putri cantik yang penuh talenta dan pintar, harus menerima kenyataan kalau dia dikorbankan untuk keselamatan kerajaan, keluarga dan rakyatnya. Mengorbankan seluruh kebebasan dan kebahagiaannya unt...